Equityworld Futures - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan pembangunan pabrik mobil listrik di Indonesia terus dikerjakan. Bahkan, Bahlil mengemukakan saat ini progres pembangunannya sudah mencapai 80 persen.
Pabrik mobil listrik hasil investasi Hyundai Group ini pun ditargetkan selesai pada bulan Mei 2022 mendatang.
"Jangan sampai salah persepsi, 2022 bulan Mei itu kita produksi mobil listrik buatan Hyundai,"
Bahlil mengungkapkan, bahwa Hyundai Group menginvestasikan dananya untuk bangun pabrik ini senilai 1,5 miliar dolar. Alasan perusahaan asal Korea Selatan tersebut, tak lepas dari potensi sumber daya alam (SDA) Indonesia yang memiliki nikel berlimpah.
"Teman-teman, tidak ada negara di dunia ini berkembang lebih cepat tanpa melakukan langkah-langkah yang luar biasa terkait dengan industri dan kita belajar pada masa lampau kekayaan SDA kita luar biasa, kita pernah mengalami kejayaan kayu, keemasan tambang, keemasan batu bara,"
Oleh karena itu, hilirisasi nikel dengan membangun baterai hingga kendaraan listrik menurutnya akan terus dilakukan pemerintah.
Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Naik, Data Penjualan Ritel Topang Pergerakan Dolar AS
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking pabrik industri baterai kendaran listrik PT HKML Baterai Indonesia di Karawang, Jawa Barat.
Jokowi menuturkan pabrik yang akan dibangun dengan nilai investasi sebesar 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp 15,6 triliun, merupakan pabrik industri baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara.
"Kita patut bersyukur hari ini bisa menyaksikan groundbreaking pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia dan bahkan yang pertama di Asia Tenggara dengan nilai investasi sebesar 1,1 miliar dolar AS,"Pembangunan pabrik ini merupakan wujud keseriusan pemerintah untuk melakukan hilirisasi industri yang juga menandakan era kejayaan komoditas bahan mentah sudah berakhir.
Karenanya, harus berani mengubah struktur ekonomi yang selama ini berbasis komoditas, untuk masuk ke industrialisasi menjadi negara industri yang kuat dengan berbasis pada pengembangan invoasi teknologi.
"Karena ini strategi bisnis besar negara adalah keluar secepatnya dari jebakan pengekspor bahan mentah, melepaskan ketergantungan pada produk-produk bahan impor dengan mempercepat revitalisasi industri pengolahan sehingga bisa memberikan peningkatan nilai tambah ekonomi yang semakin tinggi,"
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, dengan potensi yang luar biasa.
Jokowi meyakini tiga sampai empat tahun ke depan, melalui manajemen pengelolaan yang baik, Indonesia akan bisa menjadi produsen utama produk-produk barang jadi berbasis nikel seperti baterai litium, baterai listrik, baterai kendaraan listrik.
Hilirisasi industri nikel, juga akan meningkatkan nilai tambah bijih nikel secara signifikan jika diolah dengan sel baterai, nilainya bisa meningkat sampai enam sampai tujuh kali lipat dan jika diolah jadi mobil listrik maka nilai tambahnya akan meningkat 11 kali lipat.
0 komentar:
Posting Komentar