Senin, 18 Juli 2016
Djarot menutup Festival Jakarta Great Sale 2016
Pelajar dominasi arus balik susulan di Bakauheni
Rute kereta Bandara Kualanamu diperpanjang ke Binjai
Selasa, 12 Juli 2016
Rupiah hari pertama usai Lebaran menguat ke 13.109 per dolar AS
BEI siap tampung dana repatriasi
Apindo: pengusaha tidak ragu dengan pengampunan pajak
Senin, 11 Juli 2016
Kalangan DPR ingatkan soal pasokan BBM di masa libur lebaran
Dampak Brexit, Indonesia seharusnya perkuat cadangan emas
Keberangkatan kereta api dinilai makin tepat waktu
Jumat, 08 Juli 2016
Persediaan Minyak Mentah Turun, Harga Minyak Naik Jangka Panjang
Analisa Trend Mayor Minyak
- Perubahan jumlah barel minyak mentah yang diadakan dalam persediaan oleh perusahaan komersial selama 1 minggu sebelum data dirilis pada 29 Juni 2016 menunjukan penurunan sekitar 4,1 juta barel. penurunan supply pada minyak tersebut mengakibatkan gerak USD semakin turun dalam jangka panjang dan minyak semakin naik, namun pada detil harga di chart 15 menit harga USDX menunjukan kenakan hingga level 96.22, naiknya harga tersebut kini dihalangi oleh level kuat 96.22 yang umumnya menjadi pertimbangan buyer seller dalam melanjutkan aksinya. Pantulan biasanya terjadi pada level seperti ini, hal ini searah dengan data persediaan minyak yang sedang turun dan secara logika juga dapat menurunkan harga USDX.
- Dengan analisa kedua data harga yaitu harga minyak dan USD maka minyak deprediksikan akan naik, dengan naiknya harga minyak maka peluang buy muncul pada minyak.
Analisa Trend Minor Minyak
- Minyak terus turun seiring naiknya harga USDX ke level kuat 96.22, harga terus turun namun seketika berbalik ketika USDX sedikit mengalami pantulan di level kuat 96.22. Prediksi naiknya harga minyak akibat supply minyak mentah yang turun memunculkan peluang buy minyak, hal itu juga didukung dengan data USDX yang diprediksikan akan terpantul dari level kuat 96.22.
- Buy dapat dibuka di harga sekarang dengan stop loss pada level 46.94 dan take profit pada level 48.97 yang merupakan level kuat terdekat di atas harga saat ini. Jika trader tidak ingin membatasi profit dengan take profit, maka SL plus dapat digunakan saat trader menemui kesempatan ketika harga sudah cukup jauh dari open posisi dalam kondisi profit. Khusus untuk pengguna martingale yang mengacu pada jurnal minyak, buy terfloating minus dan kini saatnya melakukan buy perbaikan dengan ukuran lot sesuai rumus b pada jurnal minyak.
- Rekomendasi buy di harga sekarang dengan stop loss pada level 46.94 dan take profit di-hold menggunakan strategi SL plus, atau bisa diletakkan pada level 48.97. Bagi pengguna martingale, stop loss dapat dihilangkan dan dilakukan diversifikasi akun seperti pada jurnal minyak dan forex cross. Jika ada sinyal open posisi, ada saatnya posisi dapat langsung dibuka pada pagi hari tanpa menunggu harga menyentuh level kuat dikarenakan martingale yang tidak menggunakan batasan-batasan level sebagai ukuran risk/rewardnya, melainkan hanya menggunakan kekuatan balance. Aturan-aturan penggunaan lot harus dipatuhi untuk menghindari MC, sehingga jika MC terjadi maka akun yang lain masih ada.
Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga FED Juni Telah Pupus, Lalu Kapan?
Rapat FOMC akan kembali digelar dua hari ke depan, dimana ada perubahan ekspektasi 180 derajat tentang kenaikan suku bunga The Fed, dari sebelum data ketenagakerjaaan AS diumumkan, utamanya karena data Non Farm Payroll (NFP) terakhir sangat jauh di bawah ekspektasi.
Data Non Farm Payroll (NFP) bulan Mei hanya mengalami pertambahan sebesar 38,000. Itu jauh lebih sedikit ketimbang ekspektasi kenaikan sebesar 158,000, sekaligus merupakan angka NFP terburuk sejak September 2010 serta menumbuhkan keraguan tentang kekuatan ekonomi AS. Apalagi, angka NFP periode sebelumnya pun direvisi turun ke 123,000 dan rerata tiga-bulanan ambruk dari dekat 200,000-an ke 116,000 saja.
Pasar yang semula hawkish dan yakin kenaikan suku bunga AS yang dikenal dengan istilah "Fed rate hike" ini akan dieksekusi bulan Juni 2016, sontak berbalik. Sejumlah komentar pejabat penting The Fed pasca laporan data ketenagakerjaan yang masih menggaungkan nada hawkish pun tampaknya tak berhasil membuat pasar untuk tetap mempertahankan sentimen hawkish-nya.
Ketua The Fed, Janet Yellen, pun seolah mengamini sentimen pasar tersebut dengan mengeliminasi kata keterangan waktunya dalam pidato terakhirnya sebelum FOMC besok. Padahal sebelumnya, pimpinan bank sentral AS itu dengan yakin mengisyaratkan kenaikan suku bunga minggu ini. Dengan demikian, pasar mengubah ekspektasi mereka bahwa suku bunga AS tidak akan mungkin dilakukan bulan ini.
Brexit Mengalihkan Perhatian Pasar Dari FED
Faktor yang mencegat langkah kenaikan suku bunga Federal Reserve pada bulan ini kian bertambah dengan kekalutan global yang disebabkan oleh makin besarnya kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dilihat dari beberapa hasil pemungutan suara sementara tentang Brexit.
Menurut analis Goldman Sachs Group Inc. yang dipimpin oleh, Krag Gregory, pasar bahkan memasang risiko yang lebih besar terhadap kemungkinan lepasnya Inggris dari UE ketimbang kebijakan moneter The Fed besok.Walaupun, jika The Fed meniupkan nada dovish diiringi data-data fundamental AS yang lemah, Goldman Sachs memprediksi pasar tidak akan terlalu ambil pusing dan tetap memusatkan perhatian mereka ke referendum di Inggris.
Menurut analis Goldman Sachs Group Inc. yang dipimpin oleh, Krag Gregory, pasar bahkan memasang risiko yang lebih besar terhadap kemungkinan lepasnya Inggris dari UE ketimbang kebijakan moneter The Fed besok.Walaupun, jika The Fed meniupkan nada dovish diiringi data-data fundamental AS yang lemah, Goldman Sachs memprediksi pasar tidak akan terlalu ambil pusing dan tetap memusatkan perhatian mereka ke referendum di Inggris.
Apa Yang Perlu Diperhatikan Dari Pengumuman Kebijakan FOMC Juni?
Pasar menantikan pengumuman FOMC mendatang untuk mendapatkan sinyal waktu pelaksanaan untuk melaksanakan Fed Hike, apakah Juli ataukah September. Hal inilah yang akan menjadi informasi yang paling krusial dari FOMC besok. Sejumlah besar pengamat pasar memberikan pandangan berbeda akan kenaikan tingkat suku bunga The Fed Juli dan September. Empat perlima dari 92 ekonom yang disurvei oleh Reuters mengantisipasi kenaikan suku bunga pada pertemuan bulan Juli maupun September.
Alasan Untuk Meyakini Kenaikan Pada Bulan Juli
Untuk para ekonom yang memprediksi kenaikan pada bulan Juli, mereka beralasan Fed ingin menjaring lebih banyak pilihan. Richard Moody, Kepala Ekonom di Regions Financial mengatakan, The Fed mungkin akan menunggu setidaknya dua data lagi dari sektor ketenagakerjaan yang menunjukkan hasil solid demi meyakinkan mereka untuk menaikkan suku bunga.
Selain revisi naik data ketenagakerjaan, menurut Moody, salah satu peluang yang membuka kenaikan pada bulan Juli adalah jika Inggris memenangkan suara untuk tetap menjadi anggota Uni Eropa. Meski lebih melihat kesempatan pada bulan Juli, Moody tak menutup kemungkinan kenaikan akan dilakukan pada bulan-bulan berikutnya tahun ini.
Selain revisi naik data ketenagakerjaan, menurut Moody, salah satu peluang yang membuka kenaikan pada bulan Juli adalah jika Inggris memenangkan suara untuk tetap menjadi anggota Uni Eropa. Meski lebih melihat kesempatan pada bulan Juli, Moody tak menutup kemungkinan kenaikan akan dilakukan pada bulan-bulan berikutnya tahun ini.
RBS Berat Kemungkinan Pada Bulan September
Pandangan lain datang dari Royal Bank of Scotland (RBS) yang memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed bulan Juli pun akan sulit dilakukan. Waktu yang paling memungkinkan menurut RBS adalah bulan September.
"...Mengingat bahwa Ketua The Fed, Janet Yellen, terus mendukung kebijakan dengan pendekatan manajemen risiko (lebih baik mengambil tindakan kenaikan suku bunga yang terlalu lambat daripada terlalu cepat) kami tak yakin the Fed akan bertindak pada bulan Juli, walaupun jika nantinya angka ketenagakerjaan menunjukkan penguatan. Jadi, kami lebih condong pada kemungkinan kenaikan suku bunga bulan September." tulis RBS.
"...Mengingat bahwa Ketua The Fed, Janet Yellen, terus mendukung kebijakan dengan pendekatan manajemen risiko (lebih baik mengambil tindakan kenaikan suku bunga yang terlalu lambat daripada terlalu cepat) kami tak yakin the Fed akan bertindak pada bulan Juli, walaupun jika nantinya angka ketenagakerjaan menunjukkan penguatan. Jadi, kami lebih condong pada kemungkinan kenaikan suku bunga bulan September." tulis RBS.
Ferres: Tak Mungkin Naik Tahun Ini
Bertolak belakang dengan pandangan kontroversial yang datang Nicholas Ferres, Direktur Investasi di Eastspring Investments yang diwawancarai oleh CNBC, justru tak setuju dengan pandangan ekonom Reuters tersebut. Ferres justru tak yakin sama sekali "FED rate hike" dapat dilaksanakan tahun ini. Malah, pemotongan suku bunga masih lebih mungkin daripada menaikkannya lagi.
"Saya menghargai pada pandangan yang menunjukkan bahwa Anda tidak ingin fokus hanya pada satu poin data saja, tetapi revisi menurun dalam data tenaga kerja, berkombinasi dengan pertumbuhan profit yang negatif dalam dua kuartal-lah yang menjadi perhatian saya," jelas Ferres merujuk pada penurunan profit perusahaan sebanyak 8.1 dan 3.3 persen pada kuartal tiga dan empat di tahun 2015.
"Saya menghargai pada pandangan yang menunjukkan bahwa Anda tidak ingin fokus hanya pada satu poin data saja, tetapi revisi menurun dalam data tenaga kerja, berkombinasi dengan pertumbuhan profit yang negatif dalam dua kuartal-lah yang menjadi perhatian saya," jelas Ferres merujuk pada penurunan profit perusahaan sebanyak 8.1 dan 3.3 persen pada kuartal tiga dan empat di tahun 2015.
Nasib Dolar AS?
Terlepas dari Brexit dan kemungkinan-kemungkinan waktu "FED rate hike" lainnya, dengan besarnya ekspektasi pasar akan penundaan kenaikan suku bunga bulan Juni ini, maka kemungkinan Dolar AS akan tak banyak perubahan apabila kebijakan moneter Federal Reserve sesuai ekspektasi bahkan sekalipun FED mensinyalkan nada dovish seperti yang dikatakan oleh Goldman Sachs. Sebaliknya, jika FED ternyata mematahkan ekspektasi pasar, bisa jadi Dolar AS akan hancur lebur dan Yen akan semakin berkilau.
Oleh sebab itulah, para analis Seputar Forex seperti Buge Satrio dan Martin Singgih memperingatkan agar trader jangan lengah. Meskipun kecemasan referendum Brexit mendominasi, tidak ada salahnya untuk menyimak data ekonomi penting lain dari AS, antara lain CPI, Jobs Data, laporan COT (Commitment of Traders), dan Retail Sales yang akan dirilis lebih dulu sebelum hasil FOMC.
Sebagai tambahan, Bank Sentral Inggris, Bank Sentral Jepang dan Bank Sentral Swiss juga akan mengadakan rapat pada pekan ini. Menurut Barclays, bank-bank sentral tersebut juga akan mempertahankan kebijakan moneter mereka sehubungan dengan ketidakpastian Brexit.
8 Juli 2016 : Non Farm Payrolls AS Dan Employment Change Canada
bulan Mei 2016 (Berdampak medium pada JPY)
Current account mengukur perbedaan nilai impor dan ekspor barang dan jasa, aliran modal yang masuk dan dana yang ditransfer keluar selama periode sebulan. Neraca perdagangan adalah bagian dari current account. Jika hasil perdagangan dan penerimaan melebihi pengeluaran maka Current Account akan surplus, dan sebaliknya jika dana yang keluar lebih besar maka current account akan defisit. Surplus current account akan menyebabkan permintaan mata uang Yen meningkat, dan sebaliknya defisit current account akan cenderung memperlemah Yen.
Current account mengukur perbedaan nilai impor dan ekspor barang dan jasa, aliran modal yang masuk dan dana yang ditransfer keluar selama periode sebulan. Neraca perdagangan adalah bagian dari current account. Jika hasil perdagangan dan penerimaan melebihi pengeluaran maka Current Account akan surplus, dan sebaliknya jika dana yang keluar lebih besar maka current account akan defisit. Surplus current account akan menyebabkan permintaan mata uang Yen meningkat, dan sebaliknya defisit current account akan cenderung memperlemah Yen.
Selasa, 05 Juli 2016
Rentetan ledakan terjadi di Madinah dan Qatif
Sedikitnya empat orang tewas dalam sebuah ledakan di dekat Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi, Senin petang waktu setempat, demikian menurut sumber Al Jazeera.
Sejumlah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan asap hitam membumbung dari api yang tak jauh masjid yang juga tempat persemayaman terakhir Nabi Muhammad SAW tersebut.
Belum diketahui secara pasti penyebab ledakan yang terjadi tersebut, sejumlah laporan menyebutkan peristiwa tersebut merupakan bom bunuh diri, laporan lainnya mengatakan itu ledakan tabung gas.