Equityworld Futures, Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) subsidi premium turun hingga 60 persen di Kalimantan Timur dan gantinya adalah BBM non subsidi pertalite dan pertamax.
"Di Kaltim penggunaan pertalite pada 2017 sudah 15.404 kilo liter (KL) per bulan, sudah 48 persen lebih banyak daripada konsumsi bulanan 2016," kata Manajer Area Komunikasi dan Relasi PT Pertamina (Persero) Kalimantan Alicia Irzanova di Balikpapan, Selasa.
Kemudian, pertamax terjadi kenaikan konsumsi 17 persen dari tahun 2016. Sekarang bahan bakar berwarna biru itu per bulan tersedot pasar 4.387 KL.
Peningkatan konsumsi pertalite itu diyakini sebab konsumen mulai merasakan efisiensi dari bahan bakar ber-oktan tinggi. Oktan adalah bilangan yang menyebutkan titik bakar bahan bakar.
Pertalite memiliki angka "research octane number" (RON atau angka oktan) 90 dan pertamax 92, sementara premium 88. Semakin tinggi angka oktan, semakin bagus tingkat pembakaran di dalam mesin.
"Dengan konsumsi BBM lebih sedikit kendaraan dapat menempuh jarak lebih jauh. Oktan yang tinggi juga membuat pembakaran sempurna dan tidak membuat silinder mesin berkerak. Mesin jadi lebih awet," katanya.
Untuk bahan bakar diesel juga terjadi peningkatan. Solar jenis dexlite sekarang habis hingga 1118 KL per bulan.
Menurut Irzanova, konsumsi sebesar itu naik 26 persen dari pola konsumsi tahun 2016. Dexlite umumnya dikonsumsi mobil-mobil bermesin diesel keluaran terbaru.
"Jadi kami kembangkan outlet atau SPBU yang menjual produk-produk tersebut," lanjut Irzanova.
Di Kalimantan, pertalite telah tersedia di 93 outlet dan dexlite ada di 35 outlet dari seluruhnya 148 outlet yang ada di Kalimantan Timur.
Di sisi lain, Pertamina mulai menggelontorkan premium, sebagai bahan bakar subsidi, ke perbatasan untuk mendapatkan harga yang sama dengan di pesisir.
Hasilnya, di Kalimantan Timur, warga Kecamatan Long Apari di dekat perbatasan Indonesia-Malaysia kini mendapatkan harga premium Rp6.450 per liter di SPBU Kompak di Kampung Tiong Ohang, sama dengan di Balikpapan tempat premium itu diproduksi.
Equityworld Futures
"Di Kaltim penggunaan pertalite pada 2017 sudah 15.404 kilo liter (KL) per bulan, sudah 48 persen lebih banyak daripada konsumsi bulanan 2016," kata Manajer Area Komunikasi dan Relasi PT Pertamina (Persero) Kalimantan Alicia Irzanova di Balikpapan, Selasa.
Kemudian, pertamax terjadi kenaikan konsumsi 17 persen dari tahun 2016. Sekarang bahan bakar berwarna biru itu per bulan tersedot pasar 4.387 KL.
Peningkatan konsumsi pertalite itu diyakini sebab konsumen mulai merasakan efisiensi dari bahan bakar ber-oktan tinggi. Oktan adalah bilangan yang menyebutkan titik bakar bahan bakar.
Pertalite memiliki angka "research octane number" (RON atau angka oktan) 90 dan pertamax 92, sementara premium 88. Semakin tinggi angka oktan, semakin bagus tingkat pembakaran di dalam mesin.
"Dengan konsumsi BBM lebih sedikit kendaraan dapat menempuh jarak lebih jauh. Oktan yang tinggi juga membuat pembakaran sempurna dan tidak membuat silinder mesin berkerak. Mesin jadi lebih awet," katanya.
Untuk bahan bakar diesel juga terjadi peningkatan. Solar jenis dexlite sekarang habis hingga 1118 KL per bulan.
Menurut Irzanova, konsumsi sebesar itu naik 26 persen dari pola konsumsi tahun 2016. Dexlite umumnya dikonsumsi mobil-mobil bermesin diesel keluaran terbaru.
"Jadi kami kembangkan outlet atau SPBU yang menjual produk-produk tersebut," lanjut Irzanova.
Di Kalimantan, pertalite telah tersedia di 93 outlet dan dexlite ada di 35 outlet dari seluruhnya 148 outlet yang ada di Kalimantan Timur.
Di sisi lain, Pertamina mulai menggelontorkan premium, sebagai bahan bakar subsidi, ke perbatasan untuk mendapatkan harga yang sama dengan di pesisir.
Hasilnya, di Kalimantan Timur, warga Kecamatan Long Apari di dekat perbatasan Indonesia-Malaysia kini mendapatkan harga premium Rp6.450 per liter di SPBU Kompak di Kampung Tiong Ohang, sama dengan di Balikpapan tempat premium itu diproduksi.
Equityworld Futures