PT Equityworld Samarinda, Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat 25 poin menjadi Rp13.313 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya pada Rp13.338 per dolar AS.
Menurut Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah, seiring respons pelaku pasar terhadap keputusan Komite Pasar Terbuka Bank Sentral AS atau the Fed (FOMC) yang menahan tingkat suku bunga acuan.
"FOMC tidak menghasilkan keputusan menaikkan suku bunga acuan. The Fed mempertahankan suku bunga bunga acuannya di kisaran 1-1,25 persen, hal itu karena inflasi di AS yang cenderung menurun," papar Ariston.
Ia menambahkan bahwa sikap The Fed yang mempertahankan suku bunga acuannya mengakibatkan aksi jual dolar AS dan beralih ke aset negara-negara berkembang seiring dengan menyempitnya spread yield obligasi.
Ariston mengatakan bahwa data ekonomi Amerika Serikat mengenai data pesanan barang modal inti serta data klaim pengangguran mingguan akan menjadi perhatian pelaku pasar selanjutnya.
Sementara analis riset FXTM, Lukman Otunuga, menambahkan bahwa optimisme terhadap ekonomi Indonesia cenderung membaik menyusul laporan investasi asing langsung meningkat tajam pada kuartal kedua tahun 2017.
"Arus masuk investasi asing langsung meningkat membuat sentimen domestik membaik, dan data domestik juga menunjukkan stabilitas sehingga prospek ekonomi secara umum terlihat menjanjikan," kata Otunuga.
Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia hari ini, rupiah menguat ke posisi Rp13.315 dibandingkan hari sebelumnya (Rabu, 26/7) Rp13.334 per dolar AS.
PT Equityworld Samarinda
Menurut Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah, seiring respons pelaku pasar terhadap keputusan Komite Pasar Terbuka Bank Sentral AS atau the Fed (FOMC) yang menahan tingkat suku bunga acuan.
"FOMC tidak menghasilkan keputusan menaikkan suku bunga acuan. The Fed mempertahankan suku bunga bunga acuannya di kisaran 1-1,25 persen, hal itu karena inflasi di AS yang cenderung menurun," papar Ariston.
Ia menambahkan bahwa sikap The Fed yang mempertahankan suku bunga acuannya mengakibatkan aksi jual dolar AS dan beralih ke aset negara-negara berkembang seiring dengan menyempitnya spread yield obligasi.
Ariston mengatakan bahwa data ekonomi Amerika Serikat mengenai data pesanan barang modal inti serta data klaim pengangguran mingguan akan menjadi perhatian pelaku pasar selanjutnya.
Sementara analis riset FXTM, Lukman Otunuga, menambahkan bahwa optimisme terhadap ekonomi Indonesia cenderung membaik menyusul laporan investasi asing langsung meningkat tajam pada kuartal kedua tahun 2017.
"Arus masuk investasi asing langsung meningkat membuat sentimen domestik membaik, dan data domestik juga menunjukkan stabilitas sehingga prospek ekonomi secara umum terlihat menjanjikan," kata Otunuga.
Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia hari ini, rupiah menguat ke posisi Rp13.315 dibandingkan hari sebelumnya (Rabu, 26/7) Rp13.334 per dolar AS.
PT Equityworld Samarinda