Equity World Samarinda, Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, menguat tipis sebesar tiga poin menjadi Rp13.343 per dolar AS dibandingkan posisi penutupan pada hari sebleumnya Rp13.346 per dolar AS.
"Kurs utama dunia, termasuk rupiah cenderung mendatar terhadap dolar AS di tengah penantian hasil pertemuan bank sentral dunia di Jackson Hole pada akhir pekan ini," ujar Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Jumat.
Secara umum, lanjut dia, pelaku pasar menunggu sinyal dari pertemuan tersebut yang dapat mendorong ekonomi dunia menjadi lebih baik lagi. Salah satu kebijakan yang dinanti pasar yakni kebijakan suku bunga The Fed.
"Konsensus pasar untuk kenaikan suku bunga The Fed masih terpecah, namun mayoritas menyimpulkan tidak akan ada kenaikan sampai akhir tahun ini," katanya.
Situasi itu, menurut dia, pergerakan dolar AS akan bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah walau relatif terbatas. Dengan demikian, peluang mata uang rupiah melanjutkan apresiasi cukup terbuka.
Dari dalam negeri, ia mengatakan bahwa ekonomi Indonesia terbilang cukup bagus menyusul laju inflasi yang terjaga. Dengan inflasi yang terjaga maka dapat menguatkan daya beli di dalam negeri yang akhirnya menjaga pertumbuhan ekonmi nasional.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa pelaku pasar berharap Gubernur The Fed Janet Yellen menyinggung mengenai peluang kenaikan suku bunga acuannya dalam pertemuan Jackson Hole.
"Pertemuan Jackson Hole akan menjadi fokus pelaku pasar, diharapkan ada kepastian atau sejumlah kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi global," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini (25/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.348 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.354 per dolar AS.
Equity World Samarinda
"Kurs utama dunia, termasuk rupiah cenderung mendatar terhadap dolar AS di tengah penantian hasil pertemuan bank sentral dunia di Jackson Hole pada akhir pekan ini," ujar Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Jumat.
Secara umum, lanjut dia, pelaku pasar menunggu sinyal dari pertemuan tersebut yang dapat mendorong ekonomi dunia menjadi lebih baik lagi. Salah satu kebijakan yang dinanti pasar yakni kebijakan suku bunga The Fed.
"Konsensus pasar untuk kenaikan suku bunga The Fed masih terpecah, namun mayoritas menyimpulkan tidak akan ada kenaikan sampai akhir tahun ini," katanya.
Situasi itu, menurut dia, pergerakan dolar AS akan bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah walau relatif terbatas. Dengan demikian, peluang mata uang rupiah melanjutkan apresiasi cukup terbuka.
Dari dalam negeri, ia mengatakan bahwa ekonomi Indonesia terbilang cukup bagus menyusul laju inflasi yang terjaga. Dengan inflasi yang terjaga maka dapat menguatkan daya beli di dalam negeri yang akhirnya menjaga pertumbuhan ekonmi nasional.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa pelaku pasar berharap Gubernur The Fed Janet Yellen menyinggung mengenai peluang kenaikan suku bunga acuannya dalam pertemuan Jackson Hole.
"Pertemuan Jackson Hole akan menjadi fokus pelaku pasar, diharapkan ada kepastian atau sejumlah kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi global," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini (25/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.348 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.354 per dolar AS.
Equity World Samarinda