Equity World Futures - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan di pasar spot, kembali melanjutkan pelemahan. Sempat dibuka naik 2 poin ke level Rp14.100 per USD, laju rupiah di indeks Bloombergkemudian berbalik turun 6 poin atau 0,04% ke Rp14.108 per USD.
Data Yahoo Finance menunjukan hal serupa, dimana rupiah pada pagi ini melemah 9 poin atau 0,06% ke level Rp14.105 per USD, setelah kemarin ditutup di level Rp14.096 per USD.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, mata uang NKRI pada Jumat ini dipatok di Rp14.102 per USD, terdepresiasi 12 poin dari Kamis lalu di level Rp14.090 per USD.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, melemahnya rupiah karena tekanan eksternal, yaitu kekhawatiran tentang perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.
"Tampaknya pelaku pasar masih terlihat panik dengan adanya sentimen perang dagang antara China dan AS serta rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia, sehingga untuk sementara menjauhi rupiah,"
Rupiah pun gagal memanfaatkan melemahnya dolar AS, yang jatuh dari puncak 11 bulan terhadap enam mata uang utama. Dolar terpukul oleh rebound-nya euro dan poundsterling Inggris. Lemahnya dolar disebabkan indeks manufaktur yang turun tajam ke level terendah 1-1/2 tahun.
Indeks manufaktur Philadelphia Fed turun menjadi 19,9 pada Juni ini, berbanding angka 34,4 pada Mei kemarin. Menjadi penurunan paling tajam sejak Januari 2014. "Indeks Philly Fed yang lemah memperkuat kekhawatiran bahwa perang dagang Presiden Trump akan melukai prospek ekonomi AS dan memperburuk suasana,"
Indeks USD yang melacak greenback terhadap enam mata uang lainnya, turun 0,1% menjadi 94,792. Alhasil, euro rebound dari level terendah 11 bulan menjadi USD1,1508 per EUR. Dan poundsterling Inggris naik 0,7% menjadi USD1,3270 per GBP, setelah Kepala Ekonom Bank of England Andy Haldane setuju untuk kenaikan suku bunga ke level 0,75%.