Shutdown AS Menahan Laju Kenaikan Pasar
FINANCEROLL
– Bursa saham AS berakhir turun dalam perdagangan Jumat (04/10)
kemarin. Sepanjang minggu, perdagangan berlangsung menurun setelah
banyak investor memilih untuk bertahan dengan berbagai isu sensitive
mengenai Penutupan (Shutdown) Pemerintahan AS.
Reaksi Bursa Saham atas Shutdown
Indek
saham mengurai keuntungannya setelah pernyataan dari John Boehner, juru
bicara Senat meski akhirnya menguat kembali dan ditutup lebih rendah
dari harga tertingginya dalam perdagangan hari itu. Indek S&P 500
ditutup naik 11.84 poin atau 0.7%, ke 1,690.50. Sektor layanan kesehatan
dan barang tambang menjadi sector yang baik dalam bursa ini, sementara
sector konsumen dan perdagangan umum mengalami penurunan. Indek Dow
Jones naik sebesar 76.10 poin atau 0.5%, ke 15,072.58 dimana saham Walt
Disney Co. dan Boeing Co. menjadi pendorong kenaikan setelah naik
masing-masing 2% dan 1.7%. Dalam sepekan, indek Dow Jones masih mencatat
penurunan 1.2% bersama dengan indek S&P 500. Indek Nasdaq ditutup
naik 33.41 poin atau 0.9%, ke 3,807.75. Dalam pekan ini, saham-saham
teknologi mengalami kenaikan 0.7%, dibantu naiknya saham Microsoft
sebesar 1.8% dalam sepekan. Ini juga menjadi kenaikan Nasdaq dalam lima
minggu secara beruntun, posisi tertinggi yang belum pernah terlihat oleh
para pialang sejak September 2000.
Dalam konferensi media yang
dilakukan hari Jumat, Boehner meminta Demokrat untuk berunding dan
mengkritisi pernyataan kalangan Demokrat akan sebutan Partai Pemenang.
Presiden Barack Obama kemudian merespon pernyataan Boehner ini dengan
menyatakan bahwa tidak ada pihak yang menang. Kabar terkini mengenai
Penutupan Pemerintahan AS mencakup terbelahnya sikap Republikan atas
pemangkansan Affordable Care Act (ACA) dan kemudian menitik beratkan
pada kesepakatan anggaran dimana akan mencakup peningkatan plafon hutang
pemerintah.
Sehari sebelumnya, Presiden barrack Obama menunda
perjalanan panjang ke Asia untuk lebih memfokuskan perhatiannya pada
masalah keuangan domestik AS.Secara terpisah, Boehner mengindikasikan
kebersediannya untuk menyetujui plafon anggaran hutang. Plafon anggaran
hutang saat ini dianggap sangat signifikan daripada penutupan pemerintah
(shutdown), namun demikian kedua isu ini saling tumpang tindih.
Pihak
Departemen Keuangan AS menegaskan bahwa masalah plafon hutang ini harus
selesai sebelum 17 Oktober nanti. Meski kebangkrutan AS akibat ketidak
beresan ini sangat kecil, namun ketidak pastian akan anggaran membuat
pasar juga tidak menentu.Aksi jual yang terjadi di pasar saham hanya
bersifat sementara. Di akhir tahun, masih terlihat potensi kenaikan
pasar saham dan kondisi saat ini akan membuat Wall Street menguat
kembali manakal di Washington telah tercapai kesepakatan. Pembicaraan
ini akan terasa a lot dan bahkan bisa melewati tenggat dari Departemen
Keuangan pada 17 Oktober nanti. Pun demikian kesepakatan pada
akhir-akhir tenggat waktu adalah hal yang nomal dalam dunia politik.
Secara umum saham-saham masih diperkirakan akan naik. Faktor fundamental
juga masih cukup baik untuk mendukung kenaikan indek saham lebih tinggi
lagi.
Untuk bursa saham S&P 500 pekan ini mendapat tekanan
dan berada dibawah garis rata-rata pergerakannya dalam 50 hari. Ini
merupakan level penting yang terbentuk untuk pertama kalinya sejak 6
September silam. Namun demikian indek ini masih berada diatas garis
trend utama sehingga terbukti akhirnya mampu berakhir diatas garis
rata-rata 50 harinya.
Para investor memperhatikan secara seksama
berbagai pernyataan pada akhir pekan kemarin. Gubernur Bank Sentral AS
wilayah Dallas, Richard Fisher menyatakan bahwa bank-bank sentral
terbagi-bagi sikapnya pada bulan September ini atas sisi pengurangan
program pembelian Obligasi (Tappering) atau justru menghentikan sama
sekali. Namun demikian secara umum, berbagai pernyataan kalangan The Fed
mengisyaratkan bahwa pengurangan tersebut tidak terjadi di bulan
Oktober ini.
Masih berkenaan dengan Shutdown, laporan lapangan
kerja bulanan dari pemerintah tidak disajikan pada hari Jumat
sebagaimana biasanya. Bagi pasar hal ini sangat kritis mengingat pialang
juga meyakini kebijakan The Fed tidak terlahir tanpa memperhitungkan
data-data ekonomi seperti ini termasuk pertimbangan dalam hal Tappering
nantinya. Berdasarkan data ekonomi lapangan kerja yang ada saat ini,
diperkirakan bahwa angka nonfarm payrolls masih sama dengan bulan
sebelumnya.
Respon pasar lainnya adalah kabar bahwa Facebook
mengalami kenaikan harga saham sebesar 4% setelah mereka menyatakan akan
menambahkan fitur iklan di dalam Instagram. Sementara pesaing media
social mereka, Twitter menyajikan laporan keuanggannya berkaitan dengan
IPO mereka. Dan hasil IPO jaringan penjual sandwich Potbelly Corp.
diperdagangkan naik dua kali lipat di Nasdaq.
Dolar AS sendiri
menguat dalam perdagangan hari Jumat namun selama sepekan mengalami
tekanan terhadap Euro dan Yen. Harga komoditi minyak mengalami kenaikan
dan berakhir naik dalam pekan ini meski harga Emas mengalami penurunan
dan berakhir dengan kinerja sepekan minus lebih dari 2%.
Shutdown masih akan membayangi , ditengah masalah anggaran.
Pada
perdagangan di pasar saham salam pekan ini masih akan dibayang-bayangi
dengan isu shutdown pemerintah AS dan masalah anggaran hutangnya.
Meskipun harapan akan sentiment positif akan datang dari berbagai
laporan keuangan yang dilakukan para emiten, tetap saja pasar was-was
akan sentiment negatifnya.
Jatuhnya indek saham dalam pekan
kemarin, S&P 500 dan Dow Jones menegaskan kuatnya tekanan jual saat
ini. Meski akhirnya menunjukkan perlawanan untuk menguat kembali namun
para investor masih was-was bahwa shutdown akan mengakhiri daya beli
pasar saat ini. Fakta bahwa shutdown akan diberlakukan lebih lama 10
hari akan memberikan dorongan kenaikan lebih dari 5%. Sejarah juga
mencatat bahwa jatuhnya pasar akan menjadi momen tersendiri untuk
melakukan pembelian kembali.
Sebaliknya jika shutdown ini akan
menyeret lebih dalam pasar saham, maka shutdown telah melancarkan
pukulan awal sebelum pasar memasuki musim laporan keuangan emiten. J.P.
Morgan Chase & Co. dan Well Fargo & Co., telah menyatakan
laporan keuangannya. Diperkirakan awalnya bahwa J.P. Morgan, Citigroup,
Morgan Stanley dan Goldman Sachs Group Inc. akan melakukan pada
bulan-bulan sebelumnya, diyakini mereka akan mendapat keuntungan dengan
kondisi krisis yang telah membaik sehingga mengakhiri penderitaan mereka
dalam waktu lama sebelumnya.
Dari tahun lalu, diperkirakan
terjadi kenaikan pendapatan S&P 500 sendiri bisa mencapai 3% pada
kuartal ini, dimana sector keuangan akan menjadi pemimpin kenaikan dari
sector-sektor lainnya. Sektor energy masih akan menjadi sector yang
berat. Dalam catatan, 90 emiten dalam S&P 500 telah mengindikasikan
pendapatan negative, sementara 19 perusahaan lainnya sudah isyaratkan
laporan yang positif. Perbandingan ini akan mencolok dalam pekan-pekan
mendatang.
Berbagai laporan keuangan yang ada menunjukkan
pertumbuhan perusahaan sangat lamban dan potensi keuntungan yang ada
dalam 10 kuartal kedepan diperkirakan masih akan kurang dari 10%
pertumbuhannya. Sementara itu pertumbuhan di kuartal empat ini masih
datar saja sekitar 24.8%, hal ini bisa diartikan bahwa para investor
harus lebih siap menghadapi aksi jual atas ambil untung yang dilakukan.
Bulan-bulan ini akan banyak aksi jual yang terjadi di pasar disaat pasar
saham juga masih tidak menentu. Keraguan pasar mungkin akan terdorong
dengan perkiraan pendapatan kuartal ini yang diyakini akan berada di
titik nadir dari tiga kuartal sebelumnya. Pada akhirnya dengan kondisi
ekonomi yang masih lemah tersebut, hasil dari proyeksi emiten
diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan dan kedepannya mereka
masih akan menurunkan proyeksi pendapatan mereka.
Menyikapi Berbagai Data Ekonomi paska Shutdown
Berbagai
indikator ekonomi baik secara global dan domestik AS diperkirakan masih
akan bergerak naik di kuartal empat ini, bisa jadi akan lebih baik
daripada estimasi awalnya. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan menguat
tipis dengan penjualan meningkat sebesar 2.5% dari kuartal sebelumnya
yang tidak mengalami peningkatan. Pendapatan indivudu akan mengalami
peningkatan.
Harus dipahami bahwa Shutdown yang berlaku saat ini
termasuk penundaan pengumuman Non Farm Payroll bulan September dan
data-data ekonomi bulan Agustus akan menjadi perhatian pasar pada minggu
ini. Neraca Perdagangan AS sedianya akan diumumkan pada Kamis dan
penjualan ritel bulan September pada Jumat besok. Hasil jajak pendapat
yang dilakukan oleh University of Michigan atas sentiment pasar bulan
Oktober akan menjadi pemikat pasar pada Jumat besok. Angka ini akan
mengindikasikan sejauh mana efek shutdown terhadap perilaku konsumen AS.
Sementara
itu, data pemulihan ekonomi di Eropa perlu mendapat perhatian pasar
pula. Kondisi pasar AS saat ini memberiken keuntungan bagi Eropa yang
masih diperkirakan akan menguat. Bursa Eropa bisa menguat dengan
jatuhnya bursa S&P 500. Pada musim panas lalu, indek S&P 500
masih dikisaran 1,850 danpekan kemarin di 1,690. Divergensi antara data
ekonomi AS yang lunak dan keras telah menciptakan dorongan kenaikan
pasar Eropa.
Data Institute for Supply Management (ISM) atas
sector manufaktur dan jasa kembali menunjukkan penguatan seakan
mengkonfirmasi menurunnya klaim pengangguran mingguan AS. Sementara itu
berbagai data penjualan, masih lemah di bulan September ini. Pertumbuhan
ekonomi AS di kuartal ini lamban antara 1.5% hingga 2%. Dalam beberapa
hal, ini menjadi pijakan pasar bersikap optimis atas bursa saham.
Hambatan akan pertumbuhan yang masih lemah dengan tingkat pengangguran
yang tinggi akan menjadi perhatian yang ditujukan bagi The Fed pula. Ini
membuat The Fed masih akan kesulitan dalam menurunkan kebijakan
kuantitatifnya.
Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi AS akan
bergerap cepat dengan kenaikan indikator-indikator ekonomi tersebut,
karenanya masalah Shutdown dan plafon kredit ini menjadi sangat
problematis.
0 komentar:
Posting Komentar