Pada perdagangan harga emas global di pasar spot hanya turun 0,15% menjadi US$ 1.339,28/troy ounce.
Berdasarkan situs resmi milik Antam, harga emas batangan ukuran 100 gram di Gerai Butik Emas LM-Pulo Gadung adalah Rp 63 juta, atau sama dengan kemarin. Harga emas Antam di gerai penjualan lain dapat berbeda.
Sebagai informasi, harga emas kepingan 100 gram lebih lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara global.
Sementara itu, harga beli kembali (buyback) hari ini naik Rp 3.000/gram dari posisi kemarin menjadi Rp 611.000/gram. Harga buybackmerupakan uang yang harus dibayar saat pemilik emas bersertifikat menjualnya kepada Antam.
Sentimen yang berpotensi mengangkat harga emas pekan ini adalah arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang berpotensi semakin longgar.
Pada dini hari waktu Indonesia, Bank Sentral AS The Fed akan mengumumkan hasil rapat komite pengambil kebijakan edisi bulan Juni. Meski kemungkinan suku bunga masih akan ditahan, pidato yang akan disampaikan oleh Gubernur The Fed, Jerome Powell menjadi salah satu yang amat dinantikan oleh pelaku pasar.
Bila kalimat-kalimat nan dovish semakin santer terdengar, maka keyakinan suku bunga acuan The Fed (Federal Fund Rate/FFR) turun di tahun 2019 akan semakin tinggi. Mengutip CME, probabilitas FFR turun 25 basis poin di bulan Juli mencapai 67,9%.
Tanpa adanya suku bunga yang memadai, minat investor untuk berinvestasi pada aset berbasis dolar juga akan surut. Emas sebagai safe haven bisa mendapat momentum.
Instrumen safe haven memang sedang gencar diburu pelaku pasar lantaran nasib hubungan AS-China yang masih tak tentu. Hingga saat ini China masih belum membenarkan adanya rencana pertemuan Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Sebelumnya sempat dikabarkan bahwa Trump bisa bertemu dengan Xi Jinping di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 28-29 Juni 2019 mendatang di Osaka.
Jika sampai tidak ada perkembangan positif terkait perang dagang AS-China, pemerintah Negeri Paman Sam sudah sempat menyatakan rencananya untuk memberi tarif baru sebesar 25% pada produk China senilai US$ 300 miliar, yang sebelumnya bebas tarif.
Kondisi serba tak pasti seperti ini tentu saja membuat investor menghindari instrumen-instrumen berisiko, dan lebih memilih safe haven.
0 komentar:
Posting Komentar