Equityworld Futures - Harga emas melonjak di atas USD1.700, mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun imbas penyebaran virus korona (coronavirus) Covid-19, sehingga investor mencari aset yang lebih aman.Namun, para analisis mengatakan bahwa harga logam mulia akan terus naik ke level ke USD2.000.
Manajer Portofolio di RWC Partners Clark Fenton memprediksi harga emas bisa menembus USD2.000 tahun ini, terutama pasca tindakan darurat Federal Reserve minggu lalu.
"Ini mungkin terlihat seperti emas telah menguat, tetapi investor juga tak melewatkan kesempatan sebagai tempat yang aman. Investor akan dipaksa untuk mencari di luar obligasi untuk menjaga kekayaan mereka,"
Aset seperti obligasi pemerintah dan emas dipandang sebagai tempat yang aman bagi investor. Dalam kondisi pasar saat ini, emas telah mendekati level tertinggi karena saham dan obligasi berada di bawah tekanan.
Kepala Investasi di Willis Owen Adrian Lowcock menyebutkan beberapa minggu ke depan sebagai berpotensi kritis bagi para investor, ketika penyebaran virus korona. Ia meramalkan bahwa tingkat ketakutan yang ada di pasar bisa mendorong emas ke USD2.000.
"Apa yang dapat kita lihat adalah tingkat ketakutan di pasar sangat ekstrem yang belum pernah kita lihat sejak krisis keuangan. Jika situasinya meningkat ada kemungkinan yang sangat nyata bahwa harga emas dapat terus berjalan selama beberapa bulan terakhir dan dapat menembus USD2.000,"
Sementara itu, harga minyak, saham, imbali hasil obligasi, dan cryptocurrency jatuh setelah Rusia menolak bergabung dengan produsen minyak lainnya dengan tujuan memotong produksi sebagai tanggapan dari wabah virus korona yang memicu perang harga.
Investor mencari perlindungan di obligasi pemerintah AS yang mendorong harga dan sedang menunggu lebih banyak respon fiskal dan moneter terhadap virus korona. Ahli Strategi di UBS Joni Teves menjelaskan Rusia yang mundur dari aksi harga baru-baru ini, kami pikir kondisi makro terus positif untuk emas.
"The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga lebih lanjut. Ketidakpastian tetap tinggu karena ekonomi global bersaing dengan wabah virus korona atau covid-19."
0 komentar:
Posting Komentar