Equityworld Futures - Bank sentral global masih mengambil posisi agresif dalam kebijakan
moneternya menjadi katalis negatif untuk emas. Meski demikian, ancaman
kondisi resesi yang kian nyata membuat komoditas mulia masih menjadi
opsi alternatif investasi yang menarik.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengungkapkan bila dalam
posisi trading emas masih menarik karena dalam saat pola harga emas
sideways seperti saat ini berpeluang untuk dibeli pada level support.
Kemudian nantinya bila harga mendekati resistance maka aksi jual dapat
dilakukan.
"Dalam jangka panjang emas masih bisa jadi asset safe haven saat
harga saham di bursa anjlok,"
Namun emas kurang menarik bila investor membeli logam batangan dan
logam mulia dalam jangka pendek. Belum lagi dengan kondisi bank sentral
menaikkan suku bunga tinggi dan kenaikan yield obligasi Amerika Serikat
(AS) maka emas sulit untuk naik tinggi dan belum dapat memberikan imbal
hasil menarik.
"Sentimen emas saat ini masih tarik menarik positif dan negatif. Sisi
positif hanya bila terjadi resesi ekonomi akibat kriris ekonomi AS dan
juga perang Rusia-Ukraina maka orang berburu emas sebagai aset yang
aman,"
Oleh karena itu, Alwi menilai dalam beberapa bulan terakhir harga
emas cenderung flat bahkan sideways di kisaran USD 1.800 - USD 1.875.
Selanjutnya dalam sepekan kedepan, emas diprediksi bergerak dalam
support 1.813 dan resistance di 1.847.
Harga emas naik tipis ini
karena imbal hasil Treasury AS melemah. Namun tidak adanya katalis
penggerak pasar membuat investor masih menunggu kabar sentimen positif.
Harga emas spot () bergerak naik 0,2% ke USD 1,825.99 per ounce . Harga Gold Futures naik 0,2% ke USD 1.828.
“Larangan emas Rusia adalah katalis yang tidak pernah ada. Aset Rusia
tidak boleh digunakan sejak invasi Rusia, jadi konfirmasi G7 tentang
larangan emas tidak dapat dilakukan. Hal tersebut meninggalkan emas di
area choppy range,"
Analis DCFX Futures, Lukman Leong menambahkan saat ini investor emas
masih menantikan sinyal dari ECB untuk kebijakan suku bunga yang
diperkirakan akan memulai pengetatan kenaikan suku bunga pada pertemuan
July mendatang. Larangan emas Rusia oleh G7 tidak terlalu berdampak
karena telah diantisipasi, dan pembeli terbesar dari India dan China
bukan anggota G7 sehingga tidak terdampak sanksi.
"Sepekan emas masih akan range bound dengan kecenderungan tertekan
oleh ekspektasi suku bunga dan rilis data-data ekonomi penting AS
seperti data inflasi PCE dan NFP minggu depan,"
Ia menambahkan emas masih bullish untuk longterm dan untuk shortterm, range support di USD 1.780-1.800 adalah harga yang menarik bagi investor untuk melakukan pembelian (strategy buy on dip). Sepekan depan, Lukman melihat emas akan berada di range USD 1.800- USD 1.840.
Selanjutnya
dalam jangka pendek emas berpotensi masih terkoreksi turun. Alhasil
bagi para pemegang emas disarankan untuk long term, dengan mengakumulasi
emas di USD 1.750, USD 1.780 dan USD 1.800.
Equityworld Futures