EquityWorld Futures - Surplus beras sebanyak 2,8 juta ton diprediksi bakal terjadi tahun ini. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan data surplus beras itu merupakan hasil perhitungan secara kumulatif, sebab data konsumsi beras memang stabil setiap bulannya sekitar 2,27 juta ton hingga 2,51 juta ton, di sisi lain produksi beras setiap bulan fluktuatif.
"Surplus itu dengan catatan secara kumulatif. Kalau dilihat bulan-bulan tertentu ada yang defisit, seperti pada Oktober sampai Desember itu kita musim tanam, jadi produksi turun. Jadi harus diperhatikan bagaimana kita mengelola stok ini agar harganya stabil,"
Menurut data BPS produksi beras di atas kebutuhan konsumsi sejak Februari 2018, yaitu sebesar 3,21 juta ton, kemudian pada Maret menunjukkan posisi tertinggi yakni 5,42 juta ton.
"Jadi surplus menyebar, yang bisa dikelola pemerintah hanya di Bulog. Kalau mengacu survei cadangan beras 44% berada di rumah tangga produsen itu jumlahnya 14,1 juta, kalau 44%-nya sekitar 1,35 juta. Kalau dibagi rumah tangga produsen setiap rumah tangga surplus 7,5 kg,"
Sehingga, kata Suhariyanto, angka surplus beras tetap harus ditangani dengan hati-hati. Perlu pengelolaan stok yang baik, agar dapat menutupi ketika stok beras mengalami defisit.
"Kalau melihat stok harus diamati dari waktu ke waktu. Karena ada bulan-bulan defisit ada juga yang surplus. Kemudian diperhatikan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain. Untuk dapat data itu cukup rumit karena perdagangan antar provinsi cukup sulit."
EquityWorld Futures
0 komentar:
Posting Komentar