Equityworld Futures - Harga emas turun di Asia, dengan dolar AS dan imbal hasil Treasury AS menguat usai Federal Reserve AS mempertahankan sikap hawkish-nya. Namun, kegelisahan bahwa Rusia bisa saja mengerahkan serangan baru di Ukraina timur membatasi kerugian logam kuning safe haven itu.
Harga emas berjangka turun 0,23% di $1.941,10/oz, setelah menyentuh level tertinggi lebih dari satu minggu di $1,949,32 di awal sesi. Dolar AS, yang biasanya bergerak terbalik dengan emas, naik tipis 0,11% di 99,865 pada hari Senin. Greenback stabil setelah mencapai level 100 untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun pada hari Jumat silam.
Imbal hasil benchmark 10 tahun AS mencapai 2,73%, level tertinggi Maret 2019. Namun, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan ia yakin bahwa AS akan menghindari resesi bahkan di tengah kebijakan yang lebih ketat, meskipun tingkat inflasi kemungkinan akan tetap lebih dari 2% hingga tahun 2023.
Sementara itu, Bank of Canada dan Reserve Bank of New Zealand akan memberikan keputusan kebijakannya, dengan European Central Bank (ECB) dan Bank of Korea menyusul sehari kemudian.
Dalam langkah terbaru sejak invasinya ke Ukraina pada 24 Februari, Rusia menggempur target di Ukraina timur dengan rudal dan artileri pada hari Minggu.
Kanselir Austria Karl Nehammer juga berencana untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin kemudian.
Diskon emas fisik di India bertambah, seiring meningkatnya persediaan barang bekas karena peningkatan permintaan tetap sedikit. Pembelian di China, konsumen utama, stabil kendati negara itu dikunci akibat COVID-19 dan investor masuk ke aset safe haven.
Dalam logam mulia lainnya, perak naik 0,20% ke 24,872 sementara platinum naik 0,88% ke 985,65. Palladium melonjak 3,37% ke 2.485,00, setelah mencapai level tertinggi lebih dari dua minggu di awal sesi. Harga sempat naik 8,6% pada hari Jumat lalu saat platinum dan paladium Rusia yang baru dimurnikan ditangguhkan dari perdagangan di London, pusat perdagangan logam terbesar.
0 komentar:
Posting Komentar