EquityWorld Futures - Nilai dolar Amerika Serikat (USD) yang mahal belakangan ini, bahkan menembus level tertinggi 16 bulan pada Senin lalu, memicu aksi profit taking. Investor pun menjual USD dan membeli euro dan poundsterling Inggris seiring rancangan perjanjian kesepakatan Brexit pada Rabu ini.
Faktor eksternal tersebut memberi angin bagi nilai tukar rupiah di pasar spot. Rupiah pada perdagangan di indeks Bloomberg, ditutup menguat 18 poin atau 0,12% ke level Rp14.786 per USD, berbanding kemarin di Rp14.805,. Rabu ini, rupiah diperdagangkan di Rp14.739-Rp14.787 per USD.
Mata uang NKRI terapresiasi 20 poin alias 0,14% ke level Rp14.785 per USD, melawan penutupan kemarin di Rp14.805. Hari ini, rupiah diperdagangkan di Rp14.649-Rp14.800 per USD.
Dolar AS pada hari ini terpukul oleh rancangan pembicaraan Brexit. Melansir dari Reuters, indeks USD melawan enam mata uang utama jatuh 0,26% menjadi 97,05. Hal ini membuat poundsterling Inggris untung 0,3% menjadi USD1,3009 dan euro naik 0,1% ke posisi USD1,1301.
Managing Director Strategi Mata Uang di BK Asset Management, Kathy Lien, mengatakan dolar AS turun karena aksi jual investor seiring potensialnya kesepakatan Brexit. "Rancangan perjanjian Brexit membuat investor mengambil untung dengan menjual dolar AS (profit taking) dengan membeli euro dan poundsterling".
Namun, Kathy mengingatkan untuk jangan terlena dengan kemunduran dolar AS pada hari ini. Karena kenaikan beberapa mata uang lebih pada faktor lokal bukan pergeseran selera terhadap dolar AS atau fundamental ekonomi negara tersebut. Dan dolar AS masih akan menguat di akhir tahun seiring fundamental ekonomi AS yang kokoh, rencana kenaikan suku bunga dan statusnya sebagai safe haven.
EquityWorld Futures