EquityWorld Futures - Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani menilai dibukanya kembali pemerintahan Amerika Serikat akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Khususnya bagi nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang diprediksi akan menguat.
Menurut Aviliani, menguatnya nilai tukar Rupiah dikarenakan pasar (market) masih menimbang untuk menaruh uangnya di Amerika Serikat. Pasalnya, mereka menilai jika perekonomian Amerika Serikat masih belum stabil.
"Mungkin Rupiah tidak melemah lagi,"
Meskipun sudah kembali dibuka, namun perekonomian Amerika Serikat belum betul-betul membaik. Karena masih akan ada friksi-friksi politik yang membuat perekonomian Amerika Serikat belum stabil.
"Jadi aliran dana sudah mulai masuk Indonesia lagi. Jadi kalau nanti tidak shutdown, belum tentu dipenuhi juga anggarannya, Demokrat sekarang cukup kuat juga. Jadi akan ada banyak friksi-friksi yang membuat ketidakpastian,"
Menurutnya, kondisi tersebut harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia. Karena adanya friksi ini bisa membuat aliran modal asing keluar dari Amerika Serikat dan masuk ke Indonesia.
"Jadi saya rasa ini momentum bagus buat kita untuk itu,"
Apalagi beberapa market pun mulai melakukan ancaman kepada pemerintah Amerika serikat. Dilaporkan beberapa investor meminta bunga tinggi untuk meminta kepastian jika ekonomi Amerika Serikat baik-baik saja.
"Saya lihat orang sekarang di AS sudah minta bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu 2 tahun dibandingkan 10 tahun. Itu ciri-ciri negara bisa jadi krisis atau resesi karena kalau jangka pendek berarti dia melihat ada ketidakpastian di AS,"
Sebagai informasi, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setuju mengakhiri penutupan sebagian pemerintahan AS atau shutdown AS yang sudah berlangsung selama 35 hari. Dia setuju membuka penutupan pemerintahan AS tanpa mendapatkan dana yang dia minta dari kongres untuk tembok perbatasan.
0 komentar:
Posting Komentar