This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 23 Juli 2018

PT Equity World Futures : Konsolidasi, IHSG Diperkirakan Bergerak di Kisaran 5.721-5.988

Equity World Futures - Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memperkirakan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini akan bergerak di kisaran level 5.721-5.988.


William menyampaikan, memasuki awal pekan IHSG masih terlihat betah dalam rentang konsolidasi wajar di tengah gejolak nilai tukar dan harga komoditas. "Selain itu ada tekanan pada market global maupun regional,"


Sementara, William menjelaskan, peluang koreksi wajar dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka panjang. "Mengingat IHSG masih berada dalam pola uptrend jangka panjang, hari in IHSG berpotensi menguat," 


Adapun sejumlah saham yang direkomendasikan pada perdagangan hari ini yakni HMSP, UNVR, ASII, LSIP, PTPP, JSMR, PGAS, SMRA, dan PWON.






















Equity World Futures

Jumat, 20 Juli 2018

PT Equity World Futures : IHSG Lanjutkan Tren Negatif, Rupiah Siang Terkapar

Equity World Futures - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga sesi perdagangan siang, masih terpuruk, untuk melanjutkan tren negatif sejak pembukaan pagi tadi. Kejatuhan bursa saham Tanah Air mengiringi rupiah yang masih tak berdaya saat berhadapan dengan dolar Amerika Serikat (USD). 

Bursa saham Tanah Air pada perdagangan siang ini berkutat di zona merah usai kehilangan 26.74 poin atau 0,46% menjadi 5.844,34. Tadi pagi, IHSG dibuka lebih rendah turun 3,640 poin setara 0,062% di posisi 5.867,44 sedangkan kemarin menyusut 0,33% ke level 5.871,08.  

Sektor saham dalam negeri hingga siang ini, mayoritas berada di zona merah dengan sektor perdagangan melemah terdalam sebesar 1,51% diikuti kejatuhan sektor pertambangan mencapai 1,22%. Kenaikan tertinggi dicetak consumer dan infrastruktur yang masing-masing bertambah 0,61% dan 0,56%. 

Adapun nilai transaksi pada bursa Indonesia sore ini tercatat sebesar Rp2,50 miliar dengan 4,25 juta saham diperdagangkan dan transaksi bersih asing minus Rp67,93 miliar dengan aksi jual asing sebesar Rp694,34 miliar dan aksi beli asing mencapai Rp626,41 miliar. Tercatat sebesar 136 saham menguat, 208 melemah dan 119 stagnan.

Beberapa saham yang menguat di antaranya PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) dan PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA). Sementara, saham-saham yang melemah yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk. (GOLD) serta PT Astra International Tbk. (ASII).

Di sisi lain pada pasar mata uang, menurut Yahoo Finance, rupiah pada perdagangan sesi I anjlok di posisi Rp14.530/USD atau memburukl dari posisi penutupan sebelumnya di level Rp14.470/USD. Rupiah bergerak pada kisaran level Rp14.468-Rp14.540/USD.

Sementara, data SINDOnews bersumber dari Limas menunjukkan, rupiah siang ini masih menyusut ke level Rp14.525/USD. Rupiah terlihat masih tidak berdaya dibandingkan penutupan kemarin di level Rp14.420/USD.

Menurut data dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, menunjukkan rupiah siang ini tertahan dalam tren kejatuhan di level Rp14.520/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah tak berdaya dari posisi sebelumnya Rp14.418/USD.






















Equity World Futures

Kamis, 19 Juli 2018

PT Equity World Futures : Dukung Asian Games, BNI Luncurkan VA Debit Combo

Equity World Futures - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyiapkan layanan Virtual Account (VA) Debit Combo Card untuk memudahkan para atlet, official, dan para pendukung Asian Games 2018 lainnya.

BNI merupakan satu-satunya perbankan di Indonesia yang memiliki produk VA Debit dalam bentuk kartu yang multi fungsi. Tidak hanya berfungsi sebagai kartu debit, namun juga berfungsi sebagai uang elektronik (TapCash).

Peluncuran Kartu Virtual Account Debit Combo dilaksanakan bersamaan dengan ceremony penyatuan api Asian Games dari India dengan api dari Mrapen, Indonesia sekaligus menjadi penanda dimulainya Road Show Torch Relay Asian Games 2018 di Indonesia. Acara ini dilaksanakan di Lapangan Brahma, Komplek Candi Prambanan, Yogyakarta.

Hadir pada kesempatan tersebut Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla yang juga menjadi Ketua Dewan Pembina INASGOC (Indonesia Asian Games Organizing Committee), Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta, Ketua Pelaksana INASGOC Erick Thohir, Wakil Ketua Pelaksana INASGOC Sjafrie Sjamsoeddin, dan Sekretaris Jenderal INASGOC Eris Herryanto.

Pada kesempatan tersebut, dilakukan penyerahan secara simbolis Kartu Virtual Account Debit Combo kepada Erick Thohir dari Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta. Acara ini sekaligus menjadi simbol penegasan predikat BNI sebagai Official Prestige Digital Banking Partner pada Asian Games 2018 yang terwakili oleh fungsi yang terkandung dalam Virtual Account Debit Combo.

Pada kesempatan ini, BNI berkomitmen ikut mensukseskan Asian Games 2018 dengan layanan perbankan yang dibantu oleh jaringan BNI yang tersebar di seluruh Indonesia dan di 7 negara di dunia.

"Melalui acara ini, kami siap menyambut para atlet, official, dan para pendukung yang akan datang ke Indonesia. Kami juga siap membantu para atlet Indonesia yang akan bertanding dalam Asian Games 2018 dengan menyediakan pelayanan perbankan yang mudah dan tersebar di mana-mana. Jangan lupa gunakan kartu Virtual Account Debit Combo untuk bertransaksi," 

Tersedianya produk Debit Combo Virtual Account merupakan salah satu upaya yang dilakukan BNI dalam mendukung upaya pemerintah meningkatkan literasi keuangan dan gerakan nasional non tunai, seperti yang digelorakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).

Pada setiap kartu Debit Combo Virtual Account juga tertera simbol GPN (Gerbang Pembayaran Nasional), sebagai langkah konkrit BNI dalam menggunakan penyedia jasa transaksi asal Indonesia. "Produk ini akan digunakan juga pada event bertaraf internasional akan datang, yaitu saat Indonesia menjadi tuan rumah IMF-World Bank Annual Meeting di Bali,"

Kartu Debit VA akan memberikan manfaat lengkap, karena pada 1 kartu Combo VA terdapat fungsi Debit VA (nasabah tidak perlu membuka buku tabungan). Selanjutnya kartu ini juga memiliki fungsi sebagai electronic money atau BNI TapCash.

Debit VA BNI ini juga bisa digunakan untuk pengguna korporasi. Dimana, BNI Virtual Account terafiliasi pada satu rekening Giro Perusahaan, yang digunakan untuk membantu pengelolaan operasional perusahaan dan dapat ditransaksikan melalui Kartu Debit BNI (Kartu ATM) dan BNIDirect.

BNIDirect sendiri merupakan layanan Cash Management BNI yang terintegrasi, sehingga mampu memberikan kemudahan bagi lembaga-lembaga yang memiliki kebutuhan pengelolaan uang secara cepat dan aman. Dalam hal ini, BNIDirect merupakan pilihan tepat untuk INASGOC dalam mengelola keuangannya.

Dengan BNI VA Debit, Perusahaan dapat melakukan transaksi operasional keuangan di berbagai Channel BNI, seperti Teller, ATM, EDC, BNIDirect, yang akan memberikan nilai tambah  kepada Perusahaan untuk meningkatkan efisiensi serta pengendalian dan pengelolaan keuangan yang sangat efektif.

Dengan keunggulan tersebut manfaat yang dapat diperoleh pemiliknya adalah tidak memerlukan pembukaan rekening baru, dan sentralisasi dana operasional. Selain itu, perusahaan mendapatkan kemudahan dalam menyalurkan biaya penunjang operasional kepada pelaksana secara cepat, tepat, dan termonitor, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kas kecil perusahaan, serta tidak ada fisik uang tunai yang tersimpan.

Selain itu, setiap transaksi keuangan tercatat di sistem bank, dan perusahaan dapat melakukan berbagai transaksi perbankan menggunakan Kartu Debit (ATM) dengan identifikasi dari masing-masing pemegang Kartu Debit.























Equity World Futures

Rabu, 18 Juli 2018

PT Equity World Futures : Penyelesaian Transaksi BEI Jadi T+2 Mulai 26 November 2018

Equity World Futures  Kemajuan teknologi dan perkembangan praktik yang diterapkan oleh bursa lain di dunia merekomendasikan pengembangan pasar modal dengan cara mempersingkat siklus penyelesaian transaksi bursa menjadi T+2. 

Dalam rangka penerapan Global Best Practice, maka Self Regulatory Origanization (SRO) yang terdiri atas Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan penerapan siklus penyelesaian transaksi Bursa T+2.

Penerapan ini memberikan manfaat bagi industri pasar modal, yaitu dalam meningkatkan harmonisasi antar Bursa secara global. 

"Memudahkan transaksi efek lintas Bursa dan negara, meningkatkan likuiditas melalui percepatan reinvestment dari modal, meningkatkan efisiensi operasional, serta mengurangi risiko sistemik yang dapat terjadi di pasar modal," 

Kemajuan dan integrasi sistem teknologi informasi berupa penerapan Straight Through Processing (STP), Single Investor Identification (SID), dan Rekening Dana Nasabah (RDN) memungkinkan proses alokasi dana dan efek dalam penyelesaian transaksi lebih cepat dari praktik penyelesaian saat ini, yaitu T+3.

Selama periode 2016-2018, SRO telah melakukan kajian, menyebarkan kuesioner, melakukan focus group discussion, melaksanakan control self assessment, dan menyelenggarakan pertemuan dengan anggota bursa, bank kustodian, bank pembayaran, penyedia aplikasi di anggota bursa dan juga nasabah, baik lokal, asing, retail maupun institusional. 

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, SRO menginformasikan bahwa implementasi penyelesaian transaksi Bursa T+2 akan dilaksanakan pada 26 November 2018.




















Selasa, 17 Juli 2018

PT Equity World Futures : Puradelta Lestari Bukukan Marketing Sales Rp561 Miliar

Equity World Futures - PT Puradelta Lestasi Tbk (DMAS) membukukan marketing sales senilai Rp561 miliar sepanjang semester I 2018. Capaian tersebut setara dengan 45% dari target yang ditetapkan perseroan hingga akhir tahun ini sebesar Rp1,25 triliun

Direktur Independen dan Sekretaris Perusahaan Puradelta Lestari Tondy Suwanto mengatakan, pihaknya optimistis target tersebut dapat dicapai karena pernyataan minat untuk membeli lahan industri di kawasan Industri Greenland International Industrial Center (GIIC) masih tinggi.

“Sejauh ini kami mendapatkan permintaan lebih dari 100 hektar untuk lahan industri di kawasan industri GIIC,”

Tondy menjelaskan pada kuartal II 2018 terdapat sinyal positif dari pengembangan kawasan residensial di lokasi industri milik perseroan. DMAS menjual sekitar 10 hektar lahan hunian kepada sub-developer untuk mengembangkan kawasan hunian.

Hal tersebut, kata Tondy, dimaksudkan untuk mengakselerasi pembangunan di Kota Deltamas, khususnya pembangunan kawasan hunian dan komersial. Menurutnya, ini sejalan dengan visi dan misi perusahaan untuk menjadi Kota Deltamas sebagai kawasan terpadu modern berbasis industri dengan fasilitas yang lengkap.

“Menjadikan Kota Deltamas sebagai kawasan terpadu modern berbasis industri yang memiliki fasilitas pendukung yang lengkap akan memberikan nilai tambah dan dukungan terhadap kinerja DMAS di masa yang akan datang,”

Dia menambahkan, selain kawasan residensial, DMAS juga terus mengembangkan kawasan komersial dengan merangkul tenant-tenant modern seperti rumah sakit, sekolah, chain restaurant, maupun pelanggan lainnya untuk berinvestasi di Kota Deltamas.

Kehadiran kawasan residensial dan komersial dinilai Tondy menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk membeli lahan industri di kawasan industry GIIC di Kota Deltamas. Adapun sepanjang semester I 2018, perseroan telah berhasil menjual lahan industri seluas 22 hektar.

“Perkembangan ini membuktikan perkembangan kawasan industri di Kota Deltamas yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Potensi pertumbuhan masih sangat besar mengingat pertumbuhan ekonomi nasional yang baik dan minat investasi di Indonesia masih tinggi.”






















Equity World Futures 

Senin, 16 Juli 2018

PT Equity World Futures : Rupiah Diperkirakan Kembali Terapresiasi di Awal Pekan

Equity World Futures - Pergerakan rupiah yang mulai terapresiasi diperkirakan dapat kembali terjadi seiring masih adanya sentimen positif dari dalam negeri dan dapat mengimbangi sentimen global. Namun demikian, Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada mengatakan, masih terdepresiasinya sejumlah mata uang lainnya terhadap USD patut diwaspadai imbasnya terhadap rupiah.


"Kenaikan rupiah kembali akan diuji ketahanannya. Tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat menghalangi kenaikan lanjutan dari rupiah," 


Sementara, pergerakan rupiah sempat mengalami pelemahan sebelum akhirnya mampu kembali bergerak positif. Pelemahan di awal seiring imbas masih terapresiasinya laju USD seiring imbas masih melemahnya EUR dan kenaikan inflasi yang memicu anggapan kenaikan suku bunga The Fed.


"Di sisi lain, meski Bank Indonesia meminta perbankan untuk menahan kenaikan bunga kreditnya, namun Bank Indonesia juga memproyeksikan adanya surplus neraca perdagangan di bulan Juni sehingga cukup direspon positif." 























Equity World Futures

Jumat, 13 Juli 2018

PT Equity World Futures : Freeport Resmi Lepas 51% Saham Berpotensi Bikin Rupiah Stabil


Equity World Futures - Kesepakatan PT Freeport Indonesia (PTFI) melepas 51% saham mereka kepada pemerintah Indonesia diyakini bakal menjadi sentimen positif bagi pasar. Setelah melalui proses yang panjang, tuntasnya divestasi saham PTFI berpotensi menguat rupiah yang dalam beberapa pekan terakhir seperti diketahui ambruk hingga menyentuh level terburuknya. 

"Jangka panjangnya bisa membuat rupiah stabil dari sisi sentimen ekonomi. Dengan adanya proses kesepakatan membuat sentimen positif dan pemerintah Indonesia memiliki peluang dalam memajukan ekonomi," 

Lebih lanjut Ia menerangkan, bahwa pengambilan saham mencapai 51% ini akan meningkatkan investasi di Indonesia dan memberikan angin segar bagi para investor untuk  manaruh dananya di Indonesia. "Sentimen positif dan investor asing dan modal akan kembali dan masuknya investasi asing, maka nilai tukar rupiah terapresiasi. Ini upaya pemerintah dalam menjga ekonomi," 

Dia pun berharap dengan pengambilan saham ini makin memperkuat ekonomi Indonesia dan bisa membuat neraca perdagangan menjadi surpuls dari segi ekspor. "Soalnya Freeport ini merupakan usaha tambang yang besar di dunia dan bisa membantu ekonomi Indonesia biar tidak defisit dalam neraca perdangan yang terjadi dalam dua bulan terakhir," 

Sebagai informasi tercatat bahwa tambang Grasberg merupakan tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga terbesar ke-2 di dunia, dengan potensi pengelolaan tambang mencapai lebih dari 30 tahun. Nilai tambah komoditi tembaga dapat terus ditingkatkan melalui pembangunan smelter tembaga dengan kapasitas 2-2,6 juta ton per tahun dalam lima tahun ke depan.

















Equity World Futures

Kamis, 12 Juli 2018

PT Equity World Futures : IHSG Menguat 21,45 Poin, Rupiah Melemah 23 Poin


Equity World Futures - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat 21,45 poin atau 0,36% menjadi 5.914,81. Pada awal perdagangan, indeks dibuka turun 0,34% atau 20,31 poin di level 5.873,05.

Mayoritas sektor saham menguat sehingga membantu mengangkat indeks, dengan sektor properti bertambah 0,86% dan perkebunan naik 0,75%. Sementara koreksi terjadi di sektor konsumer -0,38% dan manufaktur -0,11%.

Dari 486 saham, 234 menguat, 115 stagnan, dan 137 tertekan. Nilai transaksi saham mencapai Rp3,25 triliun dari 4,42 miliar lembar saham. Transaksi bersih asing minus Rp25,82 triliun, dengan aksi jual asing Rp1,039 triliun dan aksi beli asing Rp1,013 triliun.

Sementara itu, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi siang Kamis ini, semakin melemah. Rupiah di indeks Bloomberg turun 23 poin atau 0,16% menjadi Rp14.408 per USD, dibanding penutupan Rabu di Rp14.385 per USD. 

Data ekonomi AS yang kuat menegaskan kembali harapan bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga dua kali lagi pada tahun ini. Sehingga hal tersebut mendorong indeks USD kembali meningkat.

Namun, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa BI akan terus berada di pasar untuk melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan tersebut ditopang oleh pelaksanaan operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar valas maupun pasar uang.







Rabu, 11 Juli 2018

PT Equity World Futures : Telah Jenuh Jual, Saat Ini Momentum Pas Borong Saham PGAS









Equity World Futures - Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) saat ini dinilai sudah mengalami jenuh jual sehingga ada potensi menutup disparitas yang tercipta pada level Rp1.900-1.950.Research Manager Shinhan Sekuritas Indonesia, Teuku Hendry Andrean mengatakan, harga saham PGAS sudah bergerak di bawah lower bollinger band-nya.



"Momentum seperti ini saatnya investor melakukan akumulasi beli," 

Menurut Hendry, kalaupun PGAS gagal menutup gap, harga saham emiten yang kini menjadi subholding bisnis gas PT Pertamina (Persero) tersebut kemungkinan akan mencapai Rp1.900.


Sementara itu, analis Kresna Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy menjelaskan, akuisisi 51% saham PT Pertamina Gas (Pertagas) bisa meningkatkan kinerja PGN ke depan yang otomatis akan mendongkrak harga sahamnya. Hal itu terjadi karena perseoran berpotensi menguasai lebih dari 96% jaringan pipa transmisi dan distribusi gas nasional yang secara signifikan bisa meningkatkan pendapatan.


Meski sejumlah investor mengkhawatirkan metode akuisisi Pertagas dengan kombinasi kas internal dan pendanaan dari luar karena dapat mengurangi cadangan kasnya, dia menilai fundamental PGN masih aman.


"Tetapi lebih aman jika metodenya bukan dengan leverage buy out,"


Dia menekankan, prospek PGN secara fundamental setelah konsolidasi dengan Pertagas sangat bagus. Tetapi investor tetap akan melihat terlebih dahulu besarnya bunga utang yang akan ditanggung PGN setelah proses akuisisi selesai.


Setelah proses akuisisi 51% saham Pertagas, total aset PGN berdasarkan laporan keuangan perseroan audit 2017 akan mencapai USD7,72 miliar, meningkat dari sebelumnya USD6,29 miliar.


Posisi tertinggi saham PGAS dalam rentang satu bulan terakhir berada di Rp2.090 per saham. Sementara harga terendah di Rp1.525. Perlahan tapi pasti, saham PGAS mulai kembali pada tren penguatan ditandai dengan kenaikan hingga pagi ini yang menanjak ke level Rp1.570.


Sebelumnya Moody's Investors Service mematok peringkat utang PGN menjadi Baa2 dengan outlook stabil. Peringkat itu juga berlaku bagi surat utang emiten tersebut. Penetapan peringkat ini dihitung usai PGN mengumumkan keputusan mengambil 51% saham Pertagas senilai Rp16,6 triliun.






















Equity World Futures

Selasa, 10 Juli 2018

PT Equity World Futures : Emiten Indonesia Catatkan Perbaikan Kinerja di ACGS


Equity World Futures - Peringkat ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) Indonesia pada 2017 mengalami peningkatan dari tahun 2015 dari rata-rata nilai negara 62,88 menjadi 70,59. Peningkatan ini didorong oleh lima emiten yang mendapat skor tertinggi dari penilaian terhadap 100 emiten berkapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.

Kelima emiten yang mendapat skor ACGS tertinggi adalah PT Bank Mandiri Tbk dengan skor 109,61 poin, PT CIMB Niaga Tbk 109,38 poin, PT Bank Tabungan Negara Tbk 105,63 poin, PT Aneka Tambang Tbk dengan 104,27 poin, dan PT Jasa Marga Tbk dengan skor 100,29 poin. 

Corporate Governance Expert RSM Indonesia Angela Simatupang mengatakan dari lima emiten yang memiliki skor 100 ke atas, empat di antaranya memiliki kapitalisasi pasar di bawah Rp50 triliun. Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa tingkat praktik tata kelola yang baik dan pengungkapannya, dipengaruhi sikap manajemen puncak perusahaan daripada ukuran perusahaan. 

"Selain itu, ketersediaan peraturan yang lebih ketat juga berperan signifikan dalam penerapan praktik tata kelola yang baik, seperti ditunjukkan oleh pencapaian lebih tinggi skor yang dibukukan emiten perbankan," 

Kemajuan lain yang dialami Indonesia adalah meningkatnya jumlah emiten atau public listed companies (PLC) yang berhasil masuk daftar Top 50 ASEAN, dari dua emiten tahun 2015 menjadi empat emiten pada tahun ini. Pada tahun ini juga terdapat 6 emiten Indonesia yang berhasil masuk ke dalam jajaran Top 70 ASEAN.

"Hasil penilaian ASEAN Corporate Governance Scorecard tahun ini juga menunjukkan terdapat 5 emiten yang berhasil memperoleh skor di atas 100 dibandingkan tahun 2015 yang hanya satu emiten," 

Dia memaparkan, penilaian corporate governance terhadap 100 emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar tersebut sudah mewakili 86,3% dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia per 31 Maret 2017 dan 18,7% dari jumlah emiten di Indonesia. 

Nantinya peringkat ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) Indonesia ini akan digabungkan dengan peringkat ACGS dari masing-masing negara yang akan diumumkan oleh Asian Development Bank (ADB) di kuartal III tahun ini. 

Dia juga menuturkan, hasil penilaian tahun ini terhadap 100 emiten Indonesia menunjukkan perbaikan signifikan pada tiga aspek, yaitu pertama, hak pemegang saham. Emiten telah mengungkapkan praktiknya untuk mendorong pemegang saham lebih terlibat di perusahaan, di luar RUPST. 

Kedua adalah peran pemangku kepentingan. Emiten secara eksplisit telah mengungkapkan kebijakan dan praktik terkait kesehatan keselamatan dan kesejahteraan bagi karyawannya. Ketiga, tanggung jawab dewan karena diungkapkan pernyataan visi dan misi yang telah diperbaharui.

Indonesia, lanjut Angela, telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki tata kelola perusahaan. Keinginan untuk membangun lingkungan tata kelola perusahaan yang kuat di Indonesia telah diiringi oleh beberapa reformasi seperti penerbitan Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia, yang diluncurkan pada 2014, oleh Otoritas Jasa Keuangan, dengan dukungan dari International Finance Corporation (IFC).





















Equity World Futures

Senin, 09 Juli 2018

PT Equity World Futures : Akhir Pekan Ini, Nilai Transaksi BEI Turun 18,12 %

Equity World Futures - Rata-rata nilai transaksi perdagangan harian selama sepekan terakhir mengalami penurunan sebesar  18,12% menjadi Rp6,52 triliun dari Rp7,97 triliun sepekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi harian selama sepekan terakhir juga mengalami perubahan sebesar 21,85%  menjadi 8,05 miliar unit saham dari 10,31 miliar unit saham sepekan sebelumnya.

Sedangkan rata-rata frekuensi transaksi harian perdagangan saham pada pekan ini mengalami penurunan sebesar 14,51% menjadi 358.360 kali transaksi dari 419.200 kali transaksi sepekan sebelumnya. Investor asing tercatat masih terus mencatatkan jual bersih selama sepekan terakhir dengan nilai 1,32 triliun sehingga sepanjang tahun ini nilai jual bersih investor asing sudah mencapai Rp50,75 triliun.

"Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini mengalami penurunan 1,80% menjadi 5.694,91 poin dari 5.799,23 poin pada penutupan akhir pekan lalu. Nilai kapitalisasi pasar BEI di akhir pekan ini juga turun 1,70% menjadi Rp6.401,32 triliun dari Rp6.511,73 triliun pada pekan sebelumnya," 

Terlepas dari itu, sembilan obligasi korporasi telah dicatatkan di BEI pada pekan ini. Tiga obligasi dicatatkan, yaitu Obligasi Berkelanjutan III Bank Panin Tahap I Tahun 2018 dan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan III Bank Panin Tahap I Tahun 2018 yang diterbitkan oleh PT Bank Panin Indonesia Tbk dengan nilai nominal Rp100 miliar untuk Obligasi Berkelanjutan III Bank Panin Tahap I Tahun 2018 dan dengan nilai nominal Rp1,3 triliun. Kemudian di hari yang sama, Obligasi Berkelanjutan II MNC Kapital Indonesia Tahap I Tahun 2018 diterbitkan oleh PT MNC Kapital Indonesia Tbk dengan nilai nominal Rp300 miliar.

Selanjutnya dua obligasi dan satu sukuk wakalah dicatatkan pada Kamis (5/7) adalah Obligasi I Pelindo IV Tahun 2018 yang diterbitkan oleh PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) dengan nilai nominal Rp3 triliun. Obligasi Medco Power Indonesia I Tahun 2018 dan Sukuk Wakalah Medco Power Indonesia I Tahun 2018 juga diterbitkan oleh PT Medco Power Indonesia dengan nilai nominal masing-masing Rp600 miliar untuk Obligasi dan Sukuk Wakalah Medco Power Indonesia pada hari yang sama.

Di akhir pekan, empat obligasi dicatatkan adalah Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2018 diterbitkan oleh PT Tower Bersama Infrastructure Tbk dengan nilai nominal Rp608 miliar, kemudian Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Central Asia Tahap I Tahun 2018 yang diterbitkan oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan nilai nominal Rp500 miliar, serta Obligasi Berkelanjutan III Mandala Multifinance Tahap I Tahun 2018 diterbitkan oleh PT Mandala Multifinance Tbk dengan nilai nominal Rp450 miliar dan terakhir Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Sumut Tahap I Tahun 2018 yang diterbitkan oleh PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dengan nilai nominal Rp444 miliar.

Dengan kesembilan pencatatan ini, maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 358 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp403,01 triliun dan USD47,5 juta yang diterbitkan oleh 114 Emiten. Sebanyak 89 seri Surat Berharga Negara (SBN) telah tercatat di BEI dengan nilai nominal Rp2.196,92 triliun dan USD200 juta, serta 10 emisi Efek Beragun Aset senilai Rp9,19 triliun. Sepanjang tahun 2018 total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat adalah 52 Emisi dari 37 emiten senilai Rp64,34 triliun.

Pada pekan ini dicatatkan dua saham perseroan PT MAP Aktif Adiperkasa (MAPA) sebagai emiten ke-22,  dan PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) sebagai emiten ke-23 di tahun ini. Kedua Perusahaan tercatat tersebut resmi tercatat pada papan pengembangan dan sampai saat ini BEI sudah memiliki 587 emiten.























Equity World Futures

Jumat, 06 Juli 2018

Equityworld Futures : Indeks Saham S & P 500 e-minis Alami Penuran



Equityworld Futures - S & P 500 e-minis turun 5,25 poin, atau 0,19 persen, dengan 157.269 kontrak diperdagangkan. Nasdaq 100 e-minis turun 11,75 poin, atau 0,16 persen, pada volume 56.931 kontrak.

Ukuran utama pasar AS untuk volatilitas jangka pendek, indeks Volatilitas CBOE, naik tipis 0,14 poin.

Dua puluh lima dari 30 komponen blue-chip Dow Jones Industrial Average adalah perdagangan premarket. Sebagian besar dari mereka lebih rendah, antara 0,04 persen dan 1,4 persen, meskipun volume perdagangan sangat ringan.

Saham segelintir pembuat chip, yang bergantung pada China untuk sebagian besar pendapatan, juga turun, lagi-lagi dalam volume tipis. Perusahaan-perusahaan besar China yang terdaftar di bursa AS merosot sedikit, dengan Alibaba (NYSE: BABA) dan Baidu turun 0,3 persen.


baca
Equityworld Futures : Indeks Saham AS Kembali Jatuh Pasca Penerapan Tarif Atas China

Di antara saham lainnya, Biogen (NASDAQ: BIIB) melonjak 12,7 persen setelah produsen obat Jepang Eisai Co dan perusahaan mengatakan analisis akhir dari uji coba tahap tengah obat Alzheimer mereka menunjukkan hasil positif.

news edited by Equityworld Futures

Kamis, 05 Juli 2018

PT Equity World Futures : Dirut BEI Berharap Lebih Banyak BUMN Melantai di Bursa

Equity World Futures - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menyambut baik semakin banyaknya perusahaan pelat merah yang beraktivitas di lantai bursa. Hal itu diyakini akan semakin meningkatkan minat investor terhadap pasar modal Indonesia.

"Dengan kehadiran produk-produk investasi perusahaan BUMN maupun anak usahanya di bursa, pasar jadi lebih menarik bagi investor. Semoga di masa mendatang semakin banyak BUMN maupun anak usahanya yang menghiasi lantai bursa, baik melalui aksi penerbitan obligasi, maupun IPO," 

Terkait dengan itu, Inarno mengapresiasi aksi penerbitan obligasi oleh Pelindo IV hari ini. Pelindo IV secara perdana mencatatkan Obligasi I di BEI senilai Rp3 triliun yang dananya akan digunakan untuk pembangunan berbagai proyek strategis perseroan di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Dia optimistis obligasi yang dikeluarkan Pelindo IV diterima baik oleh pasar. Obligasi I Pelindo IV memperoleh hasil pemeringkatan idAA (Double A) dari PT Pemeringkatan Efek Indonesia (Pefindo).

"Semakin tinggi peringkat yang diberikan oleh perusahaan pemeringkat efek berarti semakin rendah pula risiko investasinya," 

Inarno mengatakan, pencatatan obligasi oleh Pelindo IV selain menambah banyak instrumen investasi menarik bagi investor, juga membantu perseroan memperoleh pendanaan murah untuk meningkatkan kinerjanya.

"Pasar modal merupakan sarana yang menarik bagi kebutuhan pendanaan BUMN maupun  anak usahanya. Kinerja BUMN juga akan menjadi lebih baik kalau BUMN bisa jadi milik publik dan dapat diawasi oleh masyarakat".

























Equity World Futures

Rabu, 04 Juli 2018

PT Equity World Futures : USD Diburu, Rupiah Diprediksi Semakin Lesu


Equity World Futures - Pergerakan rupiah tidak kunjung membaik di tengah harapan adanya perlawanan pasca dinaikannya suku bunga acuan Bank Indonesia.


Adanya penjelasan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait sinergi kerja sama antara pemerintah, Bank Indonesia, OJK, dan instansi lainnya yang terkait untuk meredam gejolak pelemahan rupiah tampaknya belum sepenuhnya direspon pelaku pasar.


"Di sisi lain, pergerakan USD cenderung terapresiasi di tengah sikap pelaku pasar yang kembali memburu USD jelang dirilisnya data-data ekonomi AS dan rilis The Fed minutes pada Kamis pekan ini,"


Diperkirakan Reza, rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.425 per USD-Rp14.350 per USD. Menurutnya, masih adanya kepanikan pasar terkait dengan sentimen perang dagang yang dibarengi dengan sempat melonjaknya laju USD terhadap rupiah hingga menyentuh level Rp14.450 per USD memberikan imbas negatif pada IHSG.



"Pelaku pasar, terutama asing pun kembali melakukan aksi jual sepanjang perdagangan (kemarin)". 
























Equity World Futures

Selasa, 03 Juli 2018

PT Equity World Futures : Rupiah Ditutup Tak Berdaya Iringi Kejatuhan Poundsterling


Equity World Futures - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan sore, masih di bawah tekanan untuk kemudian sulit keluar dari zona merah. Bergerak fluktuatif ketika poundsterling jatuh, mata uang Garuda masih berkutat di kisaran level Rp14.375/USD. 

Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah di sesi perdagangan sore berada pada posisi Rp14.375/USD atau masih terdepresiasi dibanding penutupan sebelumnya Rp14.325/USD. Rupiah sepanjang hari ini bergerak pada level Rp14.250-Rp14.405/USD.

Rupiah sore ini berada pada level Rp14.375/USD untuk terus memperlihatkan sinyal pelemahan dibandingkan sebelumnya. Posisi ini menyusut dibandingkan akhir pekan kemarin Rp14.350/USD.
 
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah tertahan pada jalur perbaikan dengan berada pada level Rp14.331/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah berbalik menguat dari posisi perdagangan sebelumnya yang berada pada level Rp14.404/USD.

Di sisi lain, Poundsterling diperdagangkan mendekati posisi terendah dalam delapan bulan saat berhadapan dengan USD pada perdagangan, Senin. Hal ini ketika investor masih menanti data sektor manufaktur dan pertemuan kabinet di akhir pekan ini dimana para Menteri akan mencoba mencapai kesepakatan soal Brexit. 

Seperti dilansir Reuters, Pounds telah terbebani belakangan ini seiring kebangkitan dolar AS, kelemahan ekonomi. Ditambah kekhawatiran bahwa Perdana Menteri Theresa May akan kehabisan waktu untuk menyetujui kesepakatan dengan Uni Eropa setelah Inggris meninggalkan blok tahun depan.

Mata uang Pounds telah merosot lebih dari 6% sejak April, kuartal terburuknya sejak pengambilan suara Brexit pada Juni 2016 untuk meninggalkan Uni Eropa. Tercatat hari ini pound turun 0,4% menjadi 1,3155 versus USD. Sementara pada bulan Juni jatuh ke 1,3050 terhadap USD, atau level terendah sejak November.





















Equity World Futures