VIVAnews
- Investasi emas boleh dibilang tidak ada matinya. Apalagi di saat
kondisi krisis ekonomi seperti sekarang. Tidak seperti investasi
lainnya, nilai emas cenderung stabil dengan tren harga yang terus
meningkat.
Menurut Vice Director Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk Tutik Kustianingsih, harga emas sejak 2004 hingga saat ini telah melonjak beberapa kali lipat. "Walaupun sempat berfluktuasi, harga emas selalu meningkat," katanya pada wartawan di kantornya Jalan Pemuda Polugadung, Jakarta, Kamis 15 Januari 2009.
Menurut Vice Director Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk Tutik Kustianingsih, harga emas sejak 2004 hingga saat ini telah melonjak beberapa kali lipat. "Walaupun sempat berfluktuasi, harga emas selalu meningkat," katanya pada wartawan di kantornya Jalan Pemuda Polugadung, Jakarta, Kamis 15 Januari 2009.
Pada 2004 lalu, kata dia, harga emas berkisar pada Rp 100 ribuan per gram, tapi sekarang harganya sudah mencapai Rp 290 ribu per gram. Karenanya tidak aneh kalau pemburu emas dengan tujuan investasi masih tetap banyak.
Emas dijadikan investasi karena menyimpan nilai dan fluktuasinya relatif rendah sehingga tidak terlalu terpengaruh kondisi ekonomi seperti inflasi. Ini berbeda dengan investasi lain seperti deposito dan saham yang cepat terpengaruh kondisi makro perekonomian.
"Nilai riil emas tidak turun kendati terjadi perubahan ekonomi," kata Tutik. Ia lalu menyontohkan situasi di saat krisis moneter 1998, di mana dana yang dibutuhkan untuk berhaji saat itu sebesar Rp 8 juta atau US$ 3.000 dan 400 gram dalam bentuk emas. Setelah krisis lewat, biaya naik haji membengkak menjadi Rp 20 juta, sedangkan dalam bentuk emas hanya 300 gram. "Jadi lebih menguntungkan. Apalagi menyimpan emas saat mata uang melemah, lebih untung lagi," kata dia.
Tahun ini, menurut perkiraan Tutik, kisaran harga emas lokal masih cukup tinggi dengan harga Rp 280 ribu hingga Rp 300 ribuan per gram. Alasan dia, turunnya suku bunga membuat nilai mata uang lokal melemah yang berbanding lurus dengan harga emas. Adapun harga emas dalam dolar cenderung tak terlalu berpengaruh dengan harga rata-rata US$ 880 per troy ounce.
Risiko Investasi Emas
Meski menguntungkan, bukan berarti investasi emas tidak memiliki risiko. Sama seperti investasi lain, emas juga memiliki risiko. Jadi sebelum terjun ke investasi yang satu ini, ada baiknya calon investor melihat potensi, risiko dan peluang pengembalian investasinya. Sebab jika salah langkah, niat berinvestasi untuk memperoleh untung malah mendapat kerugian.
Menurut Tutik, ada dua tipe orang yang berinvestasi dengan emas, yakni investasi jangka panjang dan harian (trading). Bagi investor jangka panjang, menyimpan emas akan memberikan return konstan yang terus naik. Investasi emas untuk jangka panjang biasanya dipakai untuk keperluan masa depan seperti pensiun dan pendidikan. "Investasi jangka panjang emas tidak terpengaruh pada fluktuasi harga harian," kata dia
Pemilik investasi emas, menurut Tutik, biasanya menikmati return tahunan 10 hingga 15 persen. Ia lalu mengambil contoh program tabungan emas pensiun bagi karyawan (SEHAT) di lingkungannya yang dalam lima tahun belakangan besar return yang diterima rata-rata 30 persen. "Emas sebagai penyimpan nilai akan selalu meningkat harganya," terang Tutik.
Berbeda dengan investor emas harian (trading). Investor jenis ini, sebut Tutik harus memiliki informasi yang cukup mengenai pergerakan harga emas. "Kalau tidak punya informasi yang cukup jangan coba-coba," sarannya.
Sementara risiko investor emas harian, kata Tutik, antara lain selisih harga jual dan beli. "Kalau ngawur malah rugi. Saat harga tinggi tapi tak punya informasi kita yang harusnya jual malah beli bisa buntung," ujarnya.
Keuntungan lain menyimpan emas adalah jenis investasi ini sangat disukai sebagai jaminan di perbankan dan pegadaian. Kalau dipakai sebagai jaminan di pegadaian misalnya, pemilik dapat menyicil pinjaman dan bisa memperoleh kembali emasnya.
Meski menguntungkan, bukan berarti investasi emas tidak memiliki risiko. Sama seperti investasi lain, emas juga memiliki risiko. Jadi sebelum terjun ke investasi yang satu ini, ada baiknya calon investor melihat potensi, risiko dan peluang pengembalian investasinya. Sebab jika salah langkah, niat berinvestasi untuk memperoleh untung malah mendapat kerugian.
Menurut Tutik, ada dua tipe orang yang berinvestasi dengan emas, yakni investasi jangka panjang dan harian (trading). Bagi investor jangka panjang, menyimpan emas akan memberikan return konstan yang terus naik. Investasi emas untuk jangka panjang biasanya dipakai untuk keperluan masa depan seperti pensiun dan pendidikan. "Investasi jangka panjang emas tidak terpengaruh pada fluktuasi harga harian," kata dia
Pemilik investasi emas, menurut Tutik, biasanya menikmati return tahunan 10 hingga 15 persen. Ia lalu mengambil contoh program tabungan emas pensiun bagi karyawan (SEHAT) di lingkungannya yang dalam lima tahun belakangan besar return yang diterima rata-rata 30 persen. "Emas sebagai penyimpan nilai akan selalu meningkat harganya," terang Tutik.
Berbeda dengan investor emas harian (trading). Investor jenis ini, sebut Tutik harus memiliki informasi yang cukup mengenai pergerakan harga emas. "Kalau tidak punya informasi yang cukup jangan coba-coba," sarannya.
Sementara risiko investor emas harian, kata Tutik, antara lain selisih harga jual dan beli. "Kalau ngawur malah rugi. Saat harga tinggi tapi tak punya informasi kita yang harusnya jual malah beli bisa buntung," ujarnya.
Keuntungan lain menyimpan emas adalah jenis investasi ini sangat disukai sebagai jaminan di perbankan dan pegadaian. Kalau dipakai sebagai jaminan di pegadaian misalnya, pemilik dapat menyicil pinjaman dan bisa memperoleh kembali emasnya.
1 komentar:
Ayo ayo bro dan sis kita berburu emas
Posting Komentar