Dampak lanjutan setelah Inggris keluar dari Uni Eropa masih dirasakan sepanjang sesi perdagangan hari senin (27/6), dimana posisi mata uang Poundsterling kian merosot hingga
menyentuh level terendah selama 31 tahun terhadap dollar AS. Pelaku pasar masih percaya bahwa akan ada efek domino pasca referendum 23 juni pekan lalu.
Pair GBP/USD pada awal pekan ini sempat menguat di sesi asia setelah menteri keuangan Inggris, George Osbornemenyampaikan pendapatnya terkait outlook brexit dan berusaha menyakinkan pasar bahwa efek brexit tidaklah seburuk yang dibayangkan. Osborne juga menambahkan bahwa volalitas pasar mungkin akan tetap berlanjut.
Osborne menyakini bahwa perekonomian Inggris dinilai cukup solid dalam menahan rentetan efek brexit yang mungkin terjadi di kemudian hari. Namun pernyataan Geogre Osborne tersebut tidak banyak membantu Poundsterling untuk pulih pasca anjlok tajam pada pekan lalu, malahan Poundsterling kembali merosot terhadap greenback sebanyak 4 persen terhitung sejak sesi New York malam ini jika dibandingkan dengan harga penutupan pekan lalu.
Brexit akan menjadi topik utama pembahasan pada pertemuan para petinggi Uni Eropa di Brussel pada tanggal 28 – 29 juni mendatang dimana kedua belah pihak baik UE maupun Inggris akan melakukan re-negosiasi ulang semua perjanjian dalam bidang ekonomi, hubungan internasional. Perdagangan, hukum dan lainnya.
Pada hari senin awal pekan ini, Poundsterling sempat menyentuh level terendah pada harga 1.3119 versus dollar AS dan itu artinya sudah melewati level low pekan lalu 1.3226. Pelaku pasar juga percaya bahwa Brexit akan melukai perekonomian makro Inggris sehingga melakukan aksi jual besar besaran poundsterling dan menukarkan kedalam bentuk aset safe heaven sebagai antisipasi ketidakpastian ekonomi jangka panjang.
0 komentar:
Posting Komentar