Equity World Futures - Industri manufaktur diyakini akan meningkatkan kembali produktivitasnya setelah masa libur panjang Lebaran tahun ini. Lonjakan kinerja tersebut diharapkan bakal mengerek pertumbuhan positif pada kuartal III/2018.
"Kemarin kan sempat transportasi barang dibatasi, ditambah pula dengan adanya liburan yang cukup lama dari biasanya. Tetapi ini bisa dikejar pada kuartal III nanti,"Menperin juga meyakini momentum pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang berlangsung tahun ini tak akan mengganggu industri, namun sebaliknya berdampak positif terhadap produksi sejumlah industri manufaktur.
"Apalagi nanti juga ada pemilu, tentu demand produknya lebih banyak lagi,"
Berdasarkan data BPS, pada kuartal I/2018, industri manufaktur nasional skala besar dan sedang di dalam negeri mengalami peningkatan produksi sebesar 0,88%, lebih tinggi dibanding kuartal IV/2017 (quarter to quarter/q to q) dan tumbuh 5,01% dari kuartal I/2017 (year on year/yoy).
Selanjutnya, industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 5,03% di kuartal I/2018, meningkat dibanding periode yang sama tahun 2017 sekitar 4,8%. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98%.
Kinerja cemerlang juga diikuti industri makanan dan minuman yang menempati angka pertumbuhan hingga 12,7%, kemudian industri logam dasar 9,94%, industri tekstil dan pakaian jadi 7,53%, serta industri alat angkutan 6,33%.
Berdasarkan indeks manajer pembelian (purchasing manager index/PMI) Indonesia yang dirilis oleh Nikkei dan Markit, pergerakan industri manufaktur nasional semakin ekspansif lantaran didorong permintaan baru yang mengalami pertumbuhan paling cepat sejak Juli 2014.
Di samping itu, produksi manufaktur dalam negeri terus menunjukkan kenaikan selama empat bulan terakhir dan menjadi periode perluasan usaha yang terpanjang sejak lima tahun silam. Capaian ini terlihat dari PMI Indonesia pada Mei 2018 yang menyentuh di level tertinggi dalam 23 bulan, yakni sebesar 51,7 atau naik dari bulan sebelumnya 51,6.
Sekjen Kemenperin Haris Munandar menyampaikan, pembatasan transportasi pada tanggal tertentu akan mempengaruhi aktivitas ekspor industri manufaktur. "Memang kalau libur panjang, pasokan untuk ekspornya bisa terlambat,"
Kendati demikian, Haris optimistis, setiap industri memiliki strategi sendiri untuk mengatasi pemenuhan produk dalam negeri maupun ekspor. "Pasti mereka punya cara untuk mengantisipasi ini,".
Pada kuartal I/2018, industri manufaktur mencatatkan nilai ekspor sebesar USD32 miliar atau naik 4,5% dibanding capaian pada periode yang sama tahun lalu di angka USD30,6 miliar.