Rabu, 04 Desember 2013

Shutdown AS Menahan Laju Kenaikan Pasar

Shutdown AS Menahan Laju Kenaikan Pasar

 

FINANCEROLL – Bursa saham AS berakhir turun dalam perdagangan Jumat (04/10) kemarin. Sepanjang minggu, perdagangan berlangsung menurun setelah banyak investor memilih untuk bertahan dengan berbagai isu sensitive mengenai Penutupan (Shutdown) Pemerintahan AS.
Reaksi Bursa Saham atas Shutdown 


Indek saham mengurai keuntungannya setelah pernyataan dari John Boehner, juru bicara Senat meski akhirnya menguat kembali dan ditutup lebih rendah dari harga tertingginya dalam perdagangan hari itu. Indek S&P 500 ditutup naik 11.84 poin atau 0.7%, ke 1,690.50. Sektor layanan kesehatan dan barang tambang menjadi sector yang baik dalam bursa ini, sementara sector konsumen dan perdagangan umum mengalami penurunan. Indek Dow Jones naik sebesar 76.10 poin atau 0.5%, ke 15,072.58  dimana saham Walt Disney Co. dan Boeing Co. menjadi pendorong kenaikan setelah naik masing-masing 2% dan 1.7%. Dalam sepekan, indek Dow Jones masih mencatat penurunan 1.2% bersama dengan indek S&P 500. Indek Nasdaq ditutup naik 33.41 poin atau 0.9%, ke 3,807.75. Dalam pekan ini, saham-saham teknologi mengalami kenaikan 0.7%, dibantu naiknya saham Microsoft sebesar 1.8% dalam sepekan. Ini juga menjadi kenaikan Nasdaq dalam lima minggu secara beruntun, posisi tertinggi yang belum pernah terlihat oleh para pialang sejak September 2000.
Dalam konferensi media yang dilakukan hari Jumat, Boehner meminta Demokrat untuk berunding dan mengkritisi pernyataan kalangan Demokrat akan sebutan Partai Pemenang. Presiden Barack Obama kemudian merespon pernyataan Boehner ini dengan menyatakan bahwa tidak ada pihak yang menang. Kabar terkini mengenai Penutupan Pemerintahan AS mencakup terbelahnya sikap Republikan atas pemangkansan Affordable Care Act (ACA) dan kemudian menitik beratkan pada kesepakatan anggaran dimana akan mencakup peningkatan plafon hutang pemerintah.
Sehari sebelumnya, Presiden barrack Obama menunda perjalanan panjang ke Asia untuk lebih memfokuskan perhatiannya pada masalah keuangan domestik AS.Secara terpisah, Boehner mengindikasikan kebersediannya untuk menyetujui plafon anggaran hutang. Plafon anggaran hutang saat ini dianggap sangat signifikan daripada penutupan pemerintah (shutdown), namun demikian kedua isu ini saling tumpang tindih.
Pihak Departemen Keuangan AS menegaskan bahwa masalah plafon hutang ini harus selesai sebelum 17 Oktober nanti. Meski kebangkrutan AS akibat ketidak beresan ini sangat kecil, namun ketidak pastian akan anggaran membuat pasar juga tidak menentu.Aksi jual yang terjadi di pasar saham hanya bersifat sementara. Di akhir tahun, masih terlihat potensi kenaikan pasar saham dan kondisi saat ini akan membuat Wall Street menguat kembali manakal di Washington telah tercapai kesepakatan. Pembicaraan ini akan terasa a lot dan bahkan bisa melewati tenggat dari Departemen Keuangan pada 17 Oktober nanti. Pun demikian kesepakatan pada akhir-akhir tenggat waktu adalah hal yang nomal dalam dunia politik. Secara umum saham-saham masih diperkirakan akan naik. Faktor fundamental juga masih cukup baik untuk mendukung kenaikan indek saham lebih tinggi lagi.
Untuk bursa saham S&P 500 pekan ini mendapat tekanan dan berada dibawah garis rata-rata pergerakannya dalam 50 hari. Ini merupakan level penting yang terbentuk untuk pertama kalinya sejak 6 September silam. Namun demikian indek ini masih berada diatas garis trend utama sehingga terbukti akhirnya mampu berakhir diatas garis rata-rata 50 harinya.
Para investor memperhatikan secara seksama berbagai pernyataan pada akhir pekan kemarin. Gubernur Bank Sentral AS wilayah Dallas, Richard Fisher menyatakan bahwa bank-bank sentral terbagi-bagi sikapnya pada bulan September ini atas sisi pengurangan program pembelian Obligasi (Tappering) atau justru menghentikan sama sekali. Namun demikian secara umum, berbagai pernyataan kalangan The Fed mengisyaratkan bahwa pengurangan tersebut tidak terjadi di bulan Oktober ini.
Masih berkenaan dengan Shutdown, laporan lapangan kerja bulanan dari pemerintah tidak disajikan pada hari Jumat sebagaimana biasanya. Bagi pasar hal ini sangat kritis mengingat pialang juga meyakini kebijakan The Fed tidak terlahir tanpa memperhitungkan data-data ekonomi seperti ini termasuk pertimbangan dalam hal Tappering nantinya. Berdasarkan data ekonomi lapangan kerja yang ada saat ini, diperkirakan bahwa angka nonfarm payrolls masih sama dengan bulan sebelumnya.
Respon pasar lainnya adalah kabar bahwa Facebook mengalami kenaikan harga saham sebesar 4% setelah mereka menyatakan akan menambahkan fitur iklan di dalam Instagram. Sementara pesaing media social mereka, Twitter menyajikan laporan keuanggannya berkaitan dengan IPO mereka. Dan hasil IPO jaringan penjual sandwich Potbelly Corp. diperdagangkan naik dua kali lipat di Nasdaq.
Dolar AS  sendiri menguat dalam perdagangan hari Jumat namun selama sepekan mengalami tekanan terhadap Euro dan Yen. Harga komoditi minyak mengalami kenaikan dan berakhir naik dalam pekan ini meski harga Emas mengalami penurunan dan berakhir dengan kinerja sepekan minus lebih dari 2%.
Shutdown masih akan membayangi , ditengah masalah anggaran.
Pada perdagangan di pasar saham salam pekan ini masih akan dibayang-bayangi dengan isu shutdown pemerintah AS dan masalah anggaran hutangnya. Meskipun harapan akan sentiment positif akan datang dari berbagai laporan keuangan yang dilakukan para emiten, tetap saja pasar was-was akan sentiment negatifnya.
Jatuhnya indek saham dalam pekan kemarin, S&P 500 dan Dow Jones menegaskan kuatnya tekanan jual saat ini. Meski akhirnya menunjukkan perlawanan untuk menguat kembali namun para investor masih was-was bahwa shutdown akan mengakhiri daya beli pasar saat ini. Fakta bahwa shutdown akan diberlakukan lebih lama 10 hari akan memberikan dorongan kenaikan lebih dari 5%. Sejarah juga mencatat bahwa jatuhnya pasar akan menjadi momen tersendiri untuk melakukan pembelian kembali.
Sebaliknya jika shutdown ini akan menyeret lebih dalam pasar saham, maka shutdown telah melancarkan pukulan awal sebelum pasar memasuki musim laporan keuangan emiten. J.P. Morgan Chase & Co. dan Well Fargo & Co., telah menyatakan laporan keuangannya. Diperkirakan awalnya bahwa J.P. Morgan, Citigroup, Morgan Stanley  dan Goldman Sachs Group Inc. akan melakukan pada bulan-bulan sebelumnya, diyakini mereka akan mendapat keuntungan dengan kondisi krisis yang telah membaik sehingga mengakhiri penderitaan mereka dalam waktu lama sebelumnya.
Dari tahun lalu, diperkirakan terjadi kenaikan pendapatan S&P 500 sendiri bisa mencapai 3% pada kuartal ini, dimana sector keuangan akan menjadi pemimpin kenaikan dari sector-sektor lainnya. Sektor energy masih akan menjadi sector yang berat. Dalam catatan, 90 emiten dalam S&P 500 telah mengindikasikan pendapatan negative, sementara 19 perusahaan lainnya sudah isyaratkan laporan yang positif. Perbandingan ini akan mencolok dalam pekan-pekan mendatang.
Berbagai laporan keuangan yang ada menunjukkan pertumbuhan perusahaan sangat lamban dan potensi keuntungan yang ada dalam 10 kuartal kedepan diperkirakan masih akan kurang dari 10% pertumbuhannya. Sementara itu pertumbuhan di kuartal empat ini masih datar saja sekitar 24.8%, hal ini bisa diartikan bahwa para investor harus lebih siap menghadapi aksi jual atas ambil untung yang dilakukan. Bulan-bulan ini akan banyak aksi jual yang terjadi di pasar disaat pasar saham juga masih tidak menentu. Keraguan pasar mungkin akan terdorong dengan perkiraan pendapatan kuartal ini yang diyakini akan berada di titik nadir dari tiga kuartal sebelumnya. Pada akhirnya dengan kondisi ekonomi yang masih lemah tersebut, hasil dari proyeksi emiten diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan dan kedepannya mereka masih akan menurunkan proyeksi pendapatan mereka.
Menyikapi Berbagai Data Ekonomi paska Shutdown
Berbagai indikator ekonomi baik secara global dan domestik AS diperkirakan masih akan bergerak naik di kuartal empat ini, bisa jadi akan lebih baik daripada estimasi awalnya. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan menguat tipis dengan penjualan meningkat sebesar 2.5% dari kuartal sebelumnya yang tidak mengalami peningkatan. Pendapatan indivudu akan mengalami peningkatan.
Harus dipahami bahwa Shutdown yang berlaku saat ini termasuk penundaan pengumuman Non Farm Payroll bulan September dan data-data ekonomi bulan Agustus akan menjadi perhatian pasar pada minggu ini. Neraca Perdagangan AS sedianya akan diumumkan pada Kamis dan penjualan ritel bulan September pada Jumat besok. Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh University of Michigan atas sentiment pasar bulan Oktober akan menjadi pemikat pasar pada Jumat besok. Angka ini akan mengindikasikan sejauh mana efek shutdown terhadap perilaku konsumen AS.
Sementara itu, data pemulihan ekonomi di Eropa perlu mendapat perhatian pasar pula. Kondisi pasar AS saat ini memberiken keuntungan bagi Eropa yang masih diperkirakan akan menguat. Bursa Eropa bisa menguat dengan jatuhnya bursa S&P 500. Pada musim panas lalu, indek S&P 500 masih dikisaran 1,850 danpekan kemarin di 1,690. Divergensi antara data ekonomi AS yang lunak dan keras telah menciptakan dorongan kenaikan pasar Eropa.
Data Institute for Supply Management (ISM) atas sector manufaktur dan jasa kembali menunjukkan penguatan seakan mengkonfirmasi menurunnya klaim pengangguran mingguan AS. Sementara itu berbagai data penjualan, masih lemah di bulan September ini. Pertumbuhan ekonomi AS di kuartal ini lamban antara 1.5% hingga 2%. Dalam beberapa hal, ini menjadi pijakan pasar bersikap optimis atas bursa saham. Hambatan akan pertumbuhan yang masih lemah dengan tingkat pengangguran yang tinggi akan menjadi perhatian yang ditujukan bagi The Fed pula. Ini membuat The Fed masih akan kesulitan dalam menurunkan kebijakan kuantitatifnya.
Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi AS akan bergerap cepat dengan kenaikan indikator-indikator ekonomi tersebut, karenanya masalah Shutdown dan plafon kredit ini menjadi sangat problematis.

0 komentar:

Posting Komentar