Jumat, 02 Oktober 2015

Gubernur Agus: BI tidak pernah bermasalah dengan audit BPK

Mamuju, Sulawesi Barat (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pihaknya tidak pernah bermasalah dengan audit laporan keuangan yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan bahkan hasilnya juga dipublikasikan di khalayak umum.

"Bank Indonesia selama ini sudah diaudit BPK dan dalam 13 tahun terakhir, hasil auditnya selalu WTP (wajar tanpa pengecualian)," kata Agus seusai meresmikan kantor perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Barat di Mamuju, Kamis.

Agus menanggapi permintaan fraksi PDI Perjuangan yang meminta BPK melakukan audit kinerja dan tujuan tertentu kepada Bank Indonesia menyusul nilai tukar rupiah yang terus mengalami perlemahan terhadap dolar AS.

Ia mengatakan terkait penyelenggaraan peredaran mata uang serta amanah UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank Indonesia juga telah diaudit oleh BPK dan berdasarkan audit tersebut tidak menunjukkan adanya hal yang menyimpang dari ketentuan hukum berlaku.

"Setiap triwulan kami membuat laporan kepada DPR dan Presiden. Laporannya tentu bisa dibahas. Kami merasa kalau ada pembicaraan mengenai BI harus diaudit, itu penjelasan kami," tambah Agus.

Sebelumnya, Ketua Kelompok Fraksi (Kapoksi) PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno menjelaskan permintaan untuk mengaudit Bank Indonesia sesuai dengan amanah UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara serta UU Nomor 15 tahun 2006 tentang BPK.

Dalam kedua UU tersebut menyebutkan, BPK dapat mengaudit Bank Indonesia yakni audit kinerja dan audit untuk tujuan tertentu, sasarannya guna melihat kinerja dan efektivitas manajemen pengelolaan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, termasuk intervensi di pasar valuta asing.

Menurut Hendrawan, pelemahan nilai tukar rupiah sejak awal tahun 2015 hingga saat ini sudah mencapai lebih dari 18 persen, padahal pada 2014 pelemahan nilai tukar rupiah hanya berkisar kurang dari dua persen. Bank Indonesia selalu berjanji akan melakukan intervensi pasar untuk menguatkan kurs rupiah, tapi realitasnya selalu meleset.

"Terus melemahnya nilai tukar rupiah memiliki dampak berantai, antara lain utang pemerintah menjadi lebih besar serta cicilannya juga," kata Hendrawan menanggapi perlemahan kurs rupiah yang saat ini mencapai kisaran level Rp14.600an per dolar AS.

Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015

0 komentar:

Posting Komentar