Equityworld Futures Samarinda- Ekonom senior Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra, memperkirakan laju inflasi di Indonesia sebesar 4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada akhir 2018.
"Inflasi stabil pada kisaran 4 persen tahun ini, sedikit lebih tinggi dari 2017," kata Aldian dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Laju inflasi tersebut, lanjut Aldian, didorong oleh kenaikan harga yang lebih tinggi untuk beberapa tipe bahan bakar ritel dan normalisasi inflasi makanan.
"Harga minyak dunia kami lihat cukup tinggi, jadi ada sisi `pass-through` dari harga minyak dunia. Pemerintah mungkin akan tetap menjaga transmisinya ke harga minyak domestik. Menurut kajian kami, kemungkinan yang naik adalah harga BBM kualitas tinggi," ucap dia.
Sementara untuk faktor pendorong laju inflasi dari sisi harga makanan, Aldian memperkirakan cuaca Indonesia tahun ini tidak akan sebagus cuaca di tahun lalu.
"Tahun kemarin cuacanya bagus sekali, dan sekarang kembali ke normal di mana volatilitas cuaca menjadi lebih variatif. Ini yang akan membuat inflasi makanan akan naik lagi, meskipun kami tidak melihat akan meningkat tajam," kata dia.
Namun, Aldian menilai pemerintah sudah memiliki keinginan untuk menjaga harga pangan tidak melambung, salah satu langkahnya adalah kebijakan impor beras yang dilakukan di awal 2018.
Ia juga menilai upaya pemerintah menjaga harga pangan tersebut dilakukan untuk mempertahankan daya beli masyarakat terutama masyarakat menengah bawah. Selain melalui kestabilan harga pangan, upaya pemerintah untuk mendorong daya beli juga dilakukan melalui peningkatan belanja sosial, subsidi, dan dana desa.
Pemerintah menetapkan asumsi laju inflasi dalam APBN 2018 sebesar 3,5 persen. Sedangkan laju inflasi secara keseluruhan sepanjang 2017 tercatat sebesar 3,61 persen, atau di bawah asumsi inflasi yang ditetapkan pemerintah dalam APBNP 2017 sebesar 4,3 persen.
Equityworld Futures Samarinda
"Inflasi stabil pada kisaran 4 persen tahun ini, sedikit lebih tinggi dari 2017," kata Aldian dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Laju inflasi tersebut, lanjut Aldian, didorong oleh kenaikan harga yang lebih tinggi untuk beberapa tipe bahan bakar ritel dan normalisasi inflasi makanan.
"Harga minyak dunia kami lihat cukup tinggi, jadi ada sisi `pass-through` dari harga minyak dunia. Pemerintah mungkin akan tetap menjaga transmisinya ke harga minyak domestik. Menurut kajian kami, kemungkinan yang naik adalah harga BBM kualitas tinggi," ucap dia.
Sementara untuk faktor pendorong laju inflasi dari sisi harga makanan, Aldian memperkirakan cuaca Indonesia tahun ini tidak akan sebagus cuaca di tahun lalu.
"Tahun kemarin cuacanya bagus sekali, dan sekarang kembali ke normal di mana volatilitas cuaca menjadi lebih variatif. Ini yang akan membuat inflasi makanan akan naik lagi, meskipun kami tidak melihat akan meningkat tajam," kata dia.
Namun, Aldian menilai pemerintah sudah memiliki keinginan untuk menjaga harga pangan tidak melambung, salah satu langkahnya adalah kebijakan impor beras yang dilakukan di awal 2018.
Ia juga menilai upaya pemerintah menjaga harga pangan tersebut dilakukan untuk mempertahankan daya beli masyarakat terutama masyarakat menengah bawah. Selain melalui kestabilan harga pangan, upaya pemerintah untuk mendorong daya beli juga dilakukan melalui peningkatan belanja sosial, subsidi, dan dana desa.
Pemerintah menetapkan asumsi laju inflasi dalam APBN 2018 sebesar 3,5 persen. Sedangkan laju inflasi secara keseluruhan sepanjang 2017 tercatat sebesar 3,61 persen, atau di bawah asumsi inflasi yang ditetapkan pemerintah dalam APBNP 2017 sebesar 4,3 persen.
Equityworld Futures Samarinda