Beijing (ANTARA News) - Politisi Surya Paloh mengatakan, Indonesia harus
mulai mencontoh "revolusi mental" Tiongkok, hingga menjadikannya negara
besar dan maju bahkan mampu menjadi negara adidaya baru.
"Melalui revolusi mental, mulai dari rakyat hingga politisi dan
pejabat pemerintahnya, Tiongkok bisa maju dan besar seperti sekarang,"
katanya, di Beijing, Rabu petang, usai mendapat gelar Profesor
Kehormatan dari Beijing Foreign Study University (BFSU).
Ia menggambarkan, "Di era 1970-an Indonesia telah mampu membuat
jalan tol Jagorawi. Namun, kini Tiongkok mampu membuat jalan tol
terpanjang hingga seribu kilometer, sedangkan Indonesia saat ini tidak
ada satu jalan tol pun hingga ribuan kilometer. Ini menandakan adanya
revolusi mental yang dilakukan Tiongkok."
"Mental birokrat Tiongkok telah makin berubah menjadi lebih
melayani rakyat, keputusan dan kebijakan yang ditetapkan benar-benar
untuk menjaga kepentingan nasionalnya, pertumbuhan ekonomi terus
ditingkatkan dengan lebih welcome kepada calon investor, antara lain
dengan kebijakan yang memudahkan investor, disertai stabilitas politik
yang terus dijaga," tutur Surya Paloh.
Ia menegaskan, "Disiplin nasional dan etos yang kuat yang dilakukan
rakyat dan pemerintah Tiongkok, telah mampu menjadikan negara itu maju
hingga mampu menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia, didukung
pertahanan yang makin besar dan terus berkembang menjadi kekuatan
adidaya baru."
"Disiplin nasional dan etos yang kuat, merupakan bentuk revolusi
mental Tiongkok yang bisa ditiru oleh Indonesia, jika ingin menjadi maju
dan besar. Indonesia memiliki banyak potensi, seharusnya bisa lebih
maju dari sekarang," kata pimpinan Media Grup itu.
Selain menerima penghargaan Profesor Kehormatan, karena perannya
dalam turut mempererat hubungan Indonesia dan Tiongkok, Surya Paloh juga
berdialog dengan masyarakat Indonesia di Beijing, Rabu malam.
Temu masyarakat Indonesia juga diisi dengan penampilan tari dan lagu dari kedua negara. (R018/Z002)
Kamis, 11 September 2014
Paloh katakan Indonesia harus tiru revolusi mental Tiongkok
Editor: B Kunto Wibisono
0 komentar:
Posting Komentar