Jumat, 22 Juli 2016

Panglima: Indonesia bukan tempat indah untuk teroris

Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di aula Markas Polda Sulawesi Tengah menegaskan, Indonesia bukan tempat yang indah untuk teroris.

"Kita tidak ingin didikte teroris," tegasnya pada pengarahan sekitar 1.000 prajurit dan perwira TNI/Polri, Rabu malam. 

Gatot dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian hadir di Palu untuk memberikan dorongan moral dan semangat kepada prajurit TNI dan Polri dalam melaksanakan tugas mengejar kelompok sipil bersenjata di Poso.

Panglima TNI dan Kapolri melihat jenazah Santoso dan Mukhtar yang tertembak pada Senin (18/7) petang oleh Satgas Operasi Tinombala di hutan Poso.

Hingga Rabu malam jenazah kedua teroris itu masih disimpan di kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah.

Pada kunjungan tersebut, Panglima TNI dan Kapolri memberikan arahan secara tertutup kepada prajurit dan perwira dua satuan terdepan bangsa tersebut. Akses jalan dari dan ke Polda juga ditutup untuk umum.

Gatot mengatakan, apa yang dilakukan TNI dan Polri saat ini mendapat dukungan dari masyarakat maupun dukungan politik dari DPR.

"Makanya tidak ada tempat bagi mereka (teroris) di sini (Tanah Air)," katanya.


Baca Juga : Tokoh Poso mengucapkan terima kasih kepada TNI-Polri

Sementara itu Kapolri Tito Karnavian mengatakan, tewasnya Santoso akan melemahkan kekuatan teroris sehingga kelompok-kelompok dari aliran yang sama dari luar Jawa juga kehilangan orientasi.

Namun, kata dia, TNI dan Polri tetap mengejar kelompok dalam jaringan Santoso. Itulah sebabnya kata Kapolri, Satgas Operasi Tinombala tetap dilanjutkan.

Khusus di Sulawesi Tengah kata dia, secara moril kekuatan kelompok bersenjata sipil itu menurun, tetapi masih ada lagi sejumlah daftar pencarian orang seperti Ali Kalora dan Basri sehingga operasi terus berlanjut.

Baca Juga : Operasi Tinombala akan diperkuat

Kapolri mengingatkan bahwa di luar Poso, Santoso bukanlah pemimpin mereka. Ada jaringan lain dan mereka cenderung melakukan gerilya dalam kota.

Pada kesempatan itu Kapolri juga banyak memaparkan tentang perjalanan panjang gerakan terorisme di Indonesia, mulai dari Aceh sampai ke Poso.

Sejumlah serangan teror di Sulawesi Tengah seperti pengeboman, pembunuhan sejumlah pendeta, dan mutilasi merupakan rangkaian peristiwa yang tidak terpisahkan dari gerakan terorisme di tanah air.

Kapolri dan Panglima TNI menyerukan agar Polri dan TNI tetap solid untuk keutuhan NKRI, tidak terpancing isu-isu yang mengadu domba kekuatan utama bangsa yakni TNI, Polri dan rakyat.

0 komentar:

Posting Komentar