Bandung (ANTARA News) - Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat Ikhwan Fauzy
menilai rencana kenaikan tarif premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan belum tepat dilakukan karena saat ini masih banyak
warga yang mengeluhkan pelayanan tersebut.
"Rencanan kenaikan tarif premi ini kami nilai juga sebagai langkah
yang keliru karena hanya akan membebani masyarakat," kata Ikhwan Fauzy,
di Bandung, Rabu.
Ia mengatakan, dinaikkannya premi tidak menjamin peningkatan
pelayanan kepada masyarakat karena sejauh ini masyarakat banyak yang
mengeluhkan pelayanan BPJS, terutama dari sisi administrasi.
"Masih banyak warga yang kesulitas mengakses program JKN karena
minimnya tempat pendaftaran. BPJS harus membuka outlet-outlet di
masyarakat, sampai ke tingkat kecamatan dan kelurahan. Jangan sampai
warga mendaftarkan saja susah. Jadi dari segi administrasi dulu
dipermudah," katanya.
Terkait alasan kenaikan tarif premi BPJS Kesehatan tersebut untuk
mengurangi defisit, Ikhwan pun menilai hal itu tidak wajar karena biaya
operasional BPJS bisa ditekan, salah satunya dari sisi obat.
"Jadi pemerintah dapat mensubsidi obat-obatan yang diberikan kepada
pasien, sehingga bisa menekan biaya yang ditanggung BPJS. Ya, harusnya
pemerintah secara pro aktif ikut mempermudah. Jangan masyarakat yang
dipersulit," katanya.
Ia menyayangkan mahalnya biaya obat-obatan yang harus ditanggung,
salah satunya karena bahan baku yang masih impor karena Indonesia
merupakan produsen bahan baku obat-obatan terbesar di dunia.
"Dan seharusnya harga obat-obatan di kita bisa terjangkau. Kita ini
hanya mencap merek obat. Padahal, bahan-bahannya dari kita. Jadi ini
soal kemauan pemerintah," kata dia.
Kamis, 12 Maret 2015
Legislator: kenaikan premi BPJS Kesehatan belum tepat
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar