Jakarta (ANTARA News) - Pengamat minyak dan gas Faisal Basri menilai
bahwa proyek pembangunan pembangkit listrik sebesar 35.000 megawatt
bukan program yang rasional.
"35.000 ribu megawatt, menurut saya itu mimpi. Ya mungkin bisa,
pembangkitnya ada. Tapi kan harus membangun 42.000 kilometer transmisi,
yang berarti lebih panjang dari diameter ekuator," kata Faisal di
Jakarta, Kamis.
Ketika ditemui di kegiatan "Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition" (IPA Convex), ia menilai bahwa gagasan tersebut sangat tidak realistis.
Dia menjelaskan, kapasitas pembangkit listrik saat ini yang sebesar
sekitar 43-45 ribu megawatt merupakan hasil kerja yang memakan waktu
sangat lama, bahkan sejak jaman kolonial Belanda.
Apabila pemerintah mencanangkan program pembangkit listrik sebesar
35.000 megawatt yang diselesaikan dalam jangka waktu lima tahun akan
sangat sulit dilakukan.
"Selain itu juga soal pegawainya. Menyelesaikan proyek sebesar itu
dalam lima tahun harus menambah pegawai juga. Tidak bisa dicetak begitu
saja dalam waktu sekejap," tukas mantan ketua tim reformasi migas
tersebut.
Berdasarkan data dari PT PLN, saat ini pemerintah mencanangkan
program infrastruktur pembangkit listrik sebesar 35.500 megawatt, dengan
tahapan konstruksi mencapai 7.400 megawatt.
Tahap konstruksi dilakukan di sejumlah wilayah seperti Sumatera
2.586 megawatt, Kalimantan 981 megawatt, Jawa-Bali 2.972 megawatt, Nusa
Tenggara 276 megawatt, Sulawesi 479 megawatt, Maluku 50 megawatt, dan
Papua 68 megawatt.
Untuk menopang pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen, maka
diperlukan pertumbuhan kebutuhan listrik sebesar 8,8 persen, dan target
rasio elektrifikasi mencapai 97,4 persen.
Jumat, 22 Mei 2015
Faisal Basri : pembangkit 35.000 Megawatt tidak rasional
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar