Makassar (ANTARA News) - Darurat adalah sebuah kata yang digunakan orang
di kala berhadapan pada situasi genting yang sedang terjadi. Nah,
istilah itu kini dipakai pemerintah dengan penyebutannya Darurat Narkoba
Indonesia.
Hal ini pun dipertegas Presiden Joko Widodo melalui statemennya
untuk memberikan warning kepada masyarakat akan bahaya penyalagunaan,
bahkan memerintahkan seluruh pihak terkait segera bergerak menghalau
serangan itu.
Sejumlah kasus pun terkuak ke permukaan, ketika ramai-ramai
dideklarasikan perang terhadap narkotika. Barang haram ini pun malah
semakin mengeliat dan tidak mengenal siapapun karena tidak punya mata,
telinga ataupun panca indra lainnya, kemudian menjadi perusak seluruh
kehidupan.
Narkoba singkatan dari Narkotika dan Obat-obatan terlarang itu
dengan mudahnya masuk secara beringas melibas tidak pandang bulu, baik
dia pejabat, pengusaha, anggota DPR dan DPRD, oknum Polisi dan oknum
Tentara, oknum PNS serta penegak hukum lainnya, warga sipil hingga
anak-anak bau kencur pun ikut terjerumus.
Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga, peribahasa ini
pun menjadi analogi pintarnya sindikat dan gembong narkoba melancarkan
aksinya menyebarluaskan narkoba ke wilayah Indonesia dengan berbagai
macam modus serta motif, namun pada akhirnya tertangkap jua.
Patut diacungkan jempol bahwa operasi Antik dan operasi Berantas
Sindikat Narkoba atau Bersinar yang dilaksanakan pihak kepolisian
bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) dan TNI menuai hasil cukup
fantastis. Gembong narkoba dan jaringannya ikut tergulung.
Namun sayang hasil dari operasi itu ikut terjaring pula oknum
anggota baik dari kepolisian maupun TNI, tidak tanggung-tanggung ada
berstatus pejabat di lingkup institusi sehingga menjadi presenden buruk
bagi citra aparat keamanan yang kini menjadi momok mengerikan.
Berdasarkan data Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan dan
Barat selama operasi Bersinar sejak Maret-April 2016 yang dirilis,
berhasil meringkus 359 tersangka dari 235 kasus yang ditangani aparat
kepolisian.
Dari 359 tersangkanya, 43 orang dinyatakan bandar kemudian 171 orang
dinyatakan sebagai kurir atau pengedar dan 144 orang adalah pengguna
narkoba. Jenis narkoba yang diungkap didominasi Sabu-sabu.
"Dalam pengungkapan ada pemodal besar yang diringkus saat operasi,
dia ini diduga mengendalikan peredaran dan bekerja sama dengan bandar
besar baik lokal maupun internasional. Saat ini masih kita kembangkan,"
ungkap Kepala Kepala Bidang Humas Polda Sulselbar Kombes Pol Frans
Barung Mangera di markas PWI Sulsel, Rabu.
Tetapi Barung enggan membeberkan identitas pemodal tersebut dengan
alasan pengembangan untuk meringkus pemasok besar barang haram tersebut.
"Kami belum bisa menyebut inisialnya, karena masih akan dikembangkan
mengingat ini melibatkan banyak orang, kalau sudah terungkap segera
kita rilis," beber pria kelahiran Tator itu kepada wartawan.
Untuk jumlah hasil operasi dan barang bukti yang disita, kata dia
menyebut, tidak sedikit. Dari semua kasus ditangani aparat berhasil
disita 5,988 kilo gram narkoba jenis Sabu-sabu terbagi 120 paket serta
177 kemasan. Kemudian 331,8 ribu butir pil obat daftar G juga uang
tunai Rp52.539 juta diduga hasil transaksi.
Sedangkan operasi Antik yang digelar sebelumnya, hasil pengungkapan
cukup besar dengan menyita 11 kilo gram narkoba jenis Sabu-sabu. Kendati
demikian, operasi Bersinar dianggap lebih efektif karena prosesnya
merata di setiap Polres dan Polsek wilayah Sulselbar.
Mengenai jalur distribusi barang tersebut berasal dari Malaysia,
lanjut dia melalui pintu masuk dari arah darat, laut serta udara, ke
Sulsel. Rutenya meliputi Malaysia-Jakarta- Makassar-Palu-Makassar dan
Kalimantan-Makassar.
"Semua barang itu muaranya dari Malaysia masuk melalui pelabuhan
laut Pare-pare kemudian lainnya melalui jasa pengiriman udara dan
darat, tetapi rata-rata masuknya narkoba ini dari jalur laut," beber
Barung.
Hasil itu menempatkan Polda Sulselbar berada diurutan ke lima dalam
pengungkapan kasus dan barang bukti secara nasional dibawah Sumatera
Utara, DKI Jakarta, Jawa Timur dan Riau.
Sementara untuk tersangkanya masih didominasi warga sipil yakni 83
orang pengangguran, 65 karyawan swasta, 59 wiraswasta dan 51 orang
buruh.
Benalu Narkoba Melilit Institusi Penegak Hukum
Selama operasi Bersinar pemberantasan Narkoba, ada empat oknum
polisi yang terjaring razia, kemudian pada operasi Antik tujuh oknum
polisi ikut tertangkap dan masing-masing terdaftar sebagai anggota dari
Polda Sulselbar. Mereka ditetapkan sebagai tersangka dengan total 11
orang.
Barung membenarkan oknum tersebut yang ikut terjaring seperti
Brigpol Supardi anggota Polres Sidrap, Brigpol Eddy Chandra anggota
Polres Mamasa, Brigpol Khasrul anggota Polres Jeneponto, Ipda
Syaharuddin Kepala SPK Polres Palopo, Brigpol Andi Baso anggota Polres
Bulukumba.
Kemudian dan Brigpol Yuslin Yusuf diketahui anggota Polsekta Mariso,
Polrestabes Makassar, Aiptu Mustari Kepala Unit Shabara Polsek Ponre,
Polres Bone, Brigpol Sunardi anggota Polres Majene, Briptu Muh Andhika
anggota Sabhara Polres Toraja, Aipda Julianto anggota Dit Narkoba Polda
Sulselbar dan Bripda AF anggota Polres Toraja.
"Mengenai sanksi semuanya akan diputuskan di pengadilan. Kalau hakim
memutuskan lebih dari empat tahun maka menjadi rujukan penindakan
pemecatan, kalau tidak, maka tetap dijatuhi sanksi disiplin dan kode
etik kepolisian," ucapnya.
Sementara oknum yang tertangkap juga menggunakan barang haram
tersebut diketahui dari kesatuan TNI Kodam VII Wirabuana selama April
2016 menjaring enam prajurit diduga positif menggunakan narkoba.
Dua diantaranya oknum diketahui punya jabatan strategis yakni
Komandan Distrik Militer (Dandim) 1408/BS Makassar Kolonel Inf Jeffri
Oktavian Rotti dan Kapuskopad Ops Kodam VII Wirabuana Letkol Inf Budi
Susanto.
Keduanya digrebek komandannya, Kepala Staf Kodam VII Wirabuana
Brigjen TNI Supartodi di Hotel DMaleo jalan Pelita Raya pada 5 April
2016 dinihari bersama lima warga sipil. Meski dinyatakan positif
menggunakan narkoba jenis baru yakni Blue Safir, namun kini menjadi
simpang siur.
Sedangkan empat oknum tentara lainnya masing masing tertangkap di
Kabupaten Enrekang, Bone, Bantaeng, Kepulauan Selayar, dan kota
Makassar. Tiga orang diyatakan positif narkoba saat tes urine sementara
satunya tertangkap basah saat menikmati barang tersebut.
"Sesuai instruksi panglima, semua oknum yang menyalahgunakan
narkotika harus ditindak. Jangan coba-coba narkoba, akan saya sikat.
Saya tidak ingin tentara dirusak jaringan sindikan narkoba," tegas
Pangdam VII Wirabuana Agus Surya Bakti.
Untuk oknum dari Pegawai Negeri Sipil di Sulsel tercatat selama
Maret-April 2016 dua orang yakni Kepala Bagian Umum Dinas Pemuda dan
Olahraga Pemprov Sulsel, Andi Amin Akhiruddin, dan Adhil Zainuddin
bertugas di Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Maros
"Langkah tegas dan sanksi berat menanti bila nantinya PNS terbukti
dan ditemukan hasilnya positif," tegas Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin
Numang.
Sebelumnya, Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Barat Hidayatullah menyatakan dukungannya terhadap BNN yang ingin
bersinergi dalam menciptakan aparatur yang bersih dan profesional.
"Untuk memberantas penyalahgunaan narkoba harus dilakukan secara
bersinergi antarsesama penegak hukum tidak boleh dilakukan
sendiri-sendiri," ujarnya.
Ramai-ramai Institusi Tes Narkoba
Maraknya pemberitaan penangkapan oknum baik dari Institusi
Kepolisian, TNI dan PNS yang terlibat penyalahgunaan narkotika, sejumlah
pemimpin institusi ramai-ramai mengelar tes narkotika berupa tes urine,
darah dan rambut.
Di Kabupaten Gowa usai tes urine belum lama ini, ditemukan tiga
orang oknum polisi Polres Gowa yakni YU, SA dan SU dinyatakan positif
narkoba. Mereka kini diamankan di Propam Polres setempat.
Sementara di Zeni Daerah Militer (Zidam) VII Wirabuana juga mengelar
tes urine di Markas Zidam VII Wirabuana. Sebanyak 151 anggota TNI
menjalani tes sebagai upaya memberantas penyalahgunaan narkoba.
Sebelumnya, juga dilakukan di jajaran Perwira Menengah Kodam VII
Wirabuana dipimpin langsung Pangdam Agus Surya Bakti.
Kemudian tingkat Pemerintah Provinsi Sulsel juga dilakan tes narkoba
untuk eselon II berjumlah 70 orang tetapi yang ikut hanya 64 orang,
sisanya mengaku berhalangan.
Sebelumya Pemerintah Kota Makassar juga mengelar pemeriksaan urine
bagi seluruh PNS lingkup Pemkot, namun hasilnya negatif. Begitupun di
lingkup Pemerintah Kota Palopo sebanyak 431 ASN mengikuti tes narkoba.
Secara terpisah, pakar hukum dari Universitas Bosowa 45 yang
dikonformasi menyatakan kasus peredaran narkotika di Sulselbar sudah
menjadi bukti darurat nakoba telah berubah menjadi momok yang mengerikan
karena aparat yang seharusnya memberantas malah ikut bermain.
"Kuat dugaan banyak bandar dibekingi aparat melihat fakta yang ada.
Kalau saya berpendapat hukuman rehabilitasi tidak lah efektif karena
tidak akan menjadi efek jera. Ini juga menjadi sinyal kuat para jaringan
narkoba internasional menjadikan Indonesia sebagai sasaran empuk
merusak generasi kita," tegasnya.
Pihaknya mengajak seluruh elemen bangsa dan peran serta masyrakat
untuk bersama-sama secara serius memerangi dan melaporkan
penyalahgunaan narkoba sebagai langkah penyelamatan bangsa ini dari
serangan nyata pihak asing melalui perantara bernama narkotika.
Kamis, 21 April 2016
Mari momok Darurat Narkoba itu kita jadikan momentum bersih-bersih
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 komentar:
Posting Komentar