Jumat, 04 Desember 2015

Indonesia bahas kerja sama pariwisata dengan Vatikan

London (ANTARA News) - Menteri Pariwisata Arief Yahya melakukan kunjungan resmi ke Vatikan bertujuan untuk membahas implementasi kerja sama dengan Museum Vatikan, khususnya dalam promosi mengenai Indonesia.

Dalam kunjungan tersebut, Menteri Pariwisata didampingi Dubes RI untuk Vatikan Budiarman Bahar diterima President of the Vatican City State, Cardinal Giuseppe Bertello, demikian Sekretaris Tiga KBRI Vatikan Sturmius Teofanus Bate kepada Antara London, Jumat.

Dalam pertemuan dengan Cardinal Giuseppe Bertello, Menteri Arief Yahya menegaskan harapannya agar proyek tersebut dapat segera direalisasikan.

Sementara itu Cardinal Bertello menyampaikan apresiasi terhadap Pemerintah Indonesia dengan direalisasikannya pembangunan ruang koleksi permanen tersebut.

Hal ini dianggapnya bermanfaat untuk lebih memperkenalkan Indonesia sebagai negara sangat plural namun tetap mempertahankan keharomonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dubes RI untuk Vatikan Budiarman Bahar, mengatakan kerja sama dengan Museum Vatikan tersebut merupakan peluang promosi yang sangat strategis.

Dikatakannya, Museum Vatikan merupakan salah satu museum terbaik di dunia selain Museum Smithsonian di Washington D.C. dan Museum Louvre di Paris. Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Museum Vatikan mencapai enam juta orang per tahun.

Indonesia mendapat ruangan pameran seluas 292m2 tempat untuk menyimpan koleksi dari Indonesia. Space tersebut paling luas dibandingkan dengan negara lain seperti Australia dan India. Dengan space yang luas tersebut, Indonesia menampilkan berbagai koleksi etnis Nusantara sebagai refleksi kebhinekaan Indonesia.

Di situ, kita bisa memperkenalkan konsep pluralisme Indonesia kepada dunia. Bukan hanya kepada Vatikan, tetapi juga kepada dunia, ujar Dubes Budiarman.

Fungsi Politik dan Sosial Budaya KBRI Vatikan, Aji Nugroho, menyebutkan Museum Vatikan memiliki lebih dari 1100 artifacts seni dan budaya Indonesia. Koleksi artifacts tersebut pada umumnya dibawa oleh misionaris sebagai pemberian (hadiah) kepada Sri Paus.

Beberapa di antaranya merupakan benda antik yang berusia cukup tua. Contoh benda koleksi yang dimiliki adalah wayang kulit, replika Candi Borobudur, batik Jawa serta ukiran kayu dari suku Asmat. Masih terdapat sejumlah besar artifacts yang belum direstorasi.

Pemerintah Indonesia maupun Vatikan berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama pembangunan ruang koleksi permanen bagi Indonesia. Menurut rencana, ruang koleksi permanen dilengkapi dengan Indonesian Garden dimana Indonesia juga akan memamerkan patung badak bercula satu yang terbuat dari perunggu.

Awalnya, patung badak tersebut merupakan icon Paviliun Indonesia dalam Milan Expo 2015. Patung tersebut kemudian dihibahkan Pemerintah Indonesia kepada Museum Vatikan.

Selain Indonesian Garden, ruang koleksi permanen dilengkapi dengan educational area, yakni sebuah space khusus yang didesain untuk anak sekolah dengan tujuan untuk lebih mengenalkan budaya Indonesia.

Pengembangan ruang koleksi permanen tersebut diusulkan KBRI Vatikan dan mendapatkan dukungan Kementerian Pariwisata Indonesia. Kunjungan Menpar ke Vatikan bertujuan untuk meninjau langsung ruang koleksi Indonesia di Museum Vatikan serta membahas rencana pembangunan ruang koleksi.

Kerja sama dengan Museum Vatikan cukup strategis promosi pariwisata. Sebagai sektor jasa mendukung perekonomian Indonesia, Presiden Jokowi melakukan berbagai terobosan di sektor pariwisata khususnya yang bertujuan mendorong peningkatan jumlah wisatawan asing ke Indonesia.

Ide kerja sama itu muncul sejak tahun 2011 namun programnya baru dapat direalisasikan tahun 2012 melalui revitalisasi dan pembukaan permanent display relief Candi Borobudur.

Kerja sama tersebut berlanjut dengan penyelenggaraan pameran sementara bertema Indonesia: Land of Harmony pada tahun 2014 yang berlangsung selama satu tahun tiga bulan dan menampilkan konsep pluralisme Indonesia.

Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015

0 komentar:

Posting Komentar