Selasa, 22 September 2015

Pemimpin tentara Myanmar akan sambut wanita presiden

Naypyidaw, Myanmar (ANTARA News) - Pemimpin kuat tentara Myanmar pada Senin menyatakan akan menyambut peluang perempuan presiden, yang sedikit menyamankan pemimpin lawan Aung San Suu Kyi, yang dilarang menduduki jabatan itu.

Myanmar melaksanakan pemilihan anggota parlemen pada November dan meskipun Liga Bangsa untuk Demokrasi-nya diperkirakan meraih keberhasilan berarti, Suu Kyi tidak akan menjadi presiden.

Di bawah undang-undang dasar rancangan tentara, negara itu tidak dapat dipimpin siapa pun dengan keturunan asing. Anak Suu Kyi lahir di Inggris dari ayah warga Inggris.

Tapi, dalam wawancara langka dengan media setempat dan asing, General Min Aung Hlaing menyatakan tidak memiliki masalah dengan negara, yang sebelumnya dikelola penguasa, itu pada satu hari dipimpin wanita.

"Saya menyambut mereka. Pria atau wanita menjabat, saya menyambut mereka," kata panglima tentara itu pada pertemuan di markas tentara di ibu kota, Naypyidaw.

"Kami tiba di sini pada tahap ini karena ibu kami membimbing kami," katanya, dengan menambahkan bahwa ia juga memilih wanita untuk jabatan tinggi di Tatmadaw (tentara).

"Banyak perempuan perwira di Tatmadaw kami sekarang. Kami melihat mereka juga sangat mampu," katanya.

Sekitar 30 juta pemilih diperkirakan mendatangi tempat pemungutan suara pada 8 November untuk yang pengamat harapkan menjadi pemilihan umum paling bebas dalam beberapa dasawarsa.

Myanmar bertahun-tahun di bawah penguasa keras, yang menghancurkan lawan dan merusak perekonomian sementara memperkaya segelintir perwira tinggi tentara.

Pada 2011, pemerintah tentara memberi jalan pemerintahan pembaru warga, yang dikuasai mantan jenderal, yang menyebabkan pencabutan sebagian besar hukuman Barat dan menjanjikan pemilihan umum.

Pemungutan suara pada November itu akan menjadi pemilihan umum pertama dalam seperempat abad akan diikuti NLD.

Tapi, tentara akan terus memegang pengaruh politik penting, bahkan jika lawan menyapu hasil pemilihan umum, karena 25 persen kursi parlemen akan masih disiapkan untuk tentara.

Pemimpin berikut negara itu dipilih tiga bulan sesudah pemilihan umum tersebut. Tiga calon akan diajukan dan dipilih oleh kedua kamar parlemen dan tentara, demikian AFP.

(Uu.B002)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2015

0 komentar:

Posting Komentar