Khartoum (ANTARA News) - Sudan terbuka bagi dialog dengan negara-negara
Barat, kata Presiden Omar Hassan al-Bashir pada Selasa dalam pesan dari
seorang pemimpin yang dicari-cari atas tuduhan genosida sehingga
negaranya menderita akibat sanksi-sanksi ekonomi.
Berbicara pada awal masa kepresidenan yang baru, Bashir yang berusia
71 tahun juga menyerukan bagi persatuan nasional sementara ia
menghadapi pemberontakan dan berkurangnya penghasilan dari minyak
menyusul pemisahan Sudan Selatan pada 2011, lapor Reuters.
Sudan telah lama berada di bawah sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan termasuk dari Amerika Serikat. Bashir juga menghadapi dakwaan di
Mahkamah Kejahatan Internasional karena ia mendalangi genosida dan
kejahatan-kejahatan lain dalam kampanyenya membasmi pemberontakan di
kawasan Darfur.
Ia telah membantah semua dakwaan-dakwaan itu.
"Sudan akan berusaha, Insya Allah, dan dengan hati terbuka, untuk
melanjutkan dialog dengan negara-negara Barat supaya hubungan-hubungan
kembali normal," kata Bashir kepada para anggota parlemen setelah
upacara pengambilan sumpah yang dihadiri para pemimpin regional dan
Afrika.
"Saya akan, insya Allah, menjadi presiden bagi semua. Tak ada
perbedaan antara mereka yang memilih kami dan mereka yang tidak, antara
yang berpartisipasi dan mereka yang memboikot (pemilihan)," kata Bashir.
"Ini hak yang dijamin bagi semua," kata dia kepada parlemen dan
pemimpin-pemimpin negara asing termasuk Presiden Zimbabwe Robert Mugabe
dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
Para pengamat politik menanggapi skeptis atas seruan Bashir untuk pembicaraan dengan Barat.
"(Dia harus) melepaskan visi lamanya bermusuhan dengan Barat karena
negara-negara Barat punya posisi tegas atas isu-isu yang berseberangan
(dengan Sudan)," kata Ahmed Hassan al-Jak, guru besar di Universitas
Khartoum.
Isu-isu tersebut mencakup penghormatan atas hak-hak asasi manusia
dan diakhirinya perang di Darfur dan konflik-konflik lainnya, kata dia.
Bashir meraih 94 persen suara dalam pemilihan nasional pada April,
pemungutan suara sejak Sudan Selatan terpisah dari Sudan pada 2011,
tetapi pemilu itu diboikot oleh sebagian besar partai oposisi. Partai
Kongres Nasional yang memerintah menguasai 323 dari 426 kursi di
parlemen.
Tokoh-tokoh oposisi mengatakan pemerintahan Bashir telah menyebabkan
Sudan terisoloasi dari institusi-institusi politik dan finansial
global.
Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dilarang berbisnis dengan
Sudan, walaupun Tiongkok dan para investor lain segera memanfaatkan
peluang.
Bashir, yang memiliki dukungan kuat dari tentara dan masih populer
di antara banyak lapisan masyarakat, mendesak partai-partai oposisi
dalam pidatonya pada Selasa untuk bergabung dengan "dialog nasional"
yang dia katakan akan mulai dalam beberapa hari ke depan.
Ia juga memperbarui pengampunan umum bagi kelompok-kelompok
bersenjata yang "benar-benar berniat kembali dan berpartisipasi dalam
dialog".
Sudan telah menghadapi pemberontak di kawasan Darfur sejak 2003 dan
pemisahan diri tapi terkait pemberontakan di Nil Biru dan Kordofan
Selatan sejak pemisahan Sudan Selatan pada 2011.
(Uu.M016)
Rabu, 03 Juni 2015
Presiden Bashir inginkan dialog dengan Barat
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar