Lesbos, Yunani (ANTARA News) - Mereka melambaikan tangan, bersorak, dan
tersenyum gembira dalam perahu karet bermotor warna biru setelah
berhasil tiba di Eropa saat fajar pada hari Minggu.
Sekitar 50
pengungsi dan pendatang tersebut merupakan gelombang pertama yang tiba
di Pulau Lesbos, Yunani, pada hari pertama setelah Uni Eropa mencapai
kesepakatan dengan Turki untuk menutup rute Laut Aegean, yang digunakan
sejuta orang untuk menyeberang menuju Yunani pada 2015.
Dalam
keadaan lelah namun lega, para pendatang tersebut membungkus kaki basah
mereka dengan selimut hangat sementara para para tenaga sukarela
membagi-bagikan pakaian kering dan barang kebutuhan.
Saksi mata Kantor Berita Reuters melihat kedatangan tiga perahu pada Minggu pagi buta.
Dua pria yang pingsan dibawa ke luar dari salah satu perahu di
tengah teriakan sesama penumpang dan beberapa saat kemudian keduanya
dinyatakan meninggal dunia.
Sebanyak 12 perahu merapat di bibir
pantai di dekat bandar udara pada pukul 06.00 waktu setempat, demikian
pernyataan petugas kepolisian.
Berdasarkan kesepakatan antara Uni
Eropa dan Turki, semua pendatang dan pengungsi, termasuk mereka yang
berasal dari Suriah yang menuju Yunani secara ilegal melalui mulai
Minggu, akan dikembalikan ke Turki setelah mereka didaftar dan
permohonan suakanya telah diproses.
Sebagai gantinya, Uni Eropa
akan menerima ribuan pengungsi Suriah secara langsung dari Turki dan
memberi negara itu lebih banyak dana, membuka perjalanan bebas visa
lebih awal serta kemajuan dalam negosiasi keanggotaan Turki di Uni
Eropa.
Di antara para pendatang di lokasi pantai yang banyak
ditumbuhi rumput laut di sebelah selatan Lesbos adalah warga Suriah
bernama Hussein Ali Muhammed, yang gagal melanjutkan studinya setelah
perang dimulai.
Dia menantikan kepergiannya ke Denmark agar bisa melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.
Saat ditanya, apakah dia mengetahui keputusan Eropa, dia berujar,
"Saya tahu itu. Saya berharap melewati wilayah perbatasan ini. Saya
ingin menyelesaikan studi saya di sini (di Eropa). Hanya itu. Saya tidak
butuh uang. Saya hanya ingin menyelesaikan studi saya. Ini pesan saya."
Muhammed,
yang bekerja sambilan di Turki untuk membayar seorang penyelundup agar
membawanya ke Eropa, mengatakan tidak ingin kembali ke negaranya.
"Saya
bekerja sangat, sangat keras di Turki. Saya mengumpulkan uang agar bisa
datang kemari. Ini sangat berbahaya dan tidak bagus," tuturnya.
Pendatang
lain bernama Mohammed dan berusia 30 tahun, yang bekerja sebagai
teknisi komputer asal Daraa, Suriah, mengaku ingin tinggal di Yunani
sampai dia menemukan jalan agar bisa berkumpul kembali bersama istri dan
putranya di Jerman.
"Saya tahu keputusan itu. Saya berharap (bertemu dengan) istri dan anak," ujarnya.
Menyangsikan
Pengembalian para pendatang dan pengungsi
ke Turki akan dimulai pada 4 April 2016 sebagaimana kesepakatan
penempatan pengungsi Suriah di Eropa.
Hal itu masih menyisakan keraguan, apakah kesepakatan tersebut sah atau dapat dilaksanakan.
Tidak jelas soal apa yang akan terjadi pada puluhan ribu pendatang dan pengungsi yang saat ini sudah berada Yunani.
Pihak
berwenang di Lesbos mulai memindahkan para pengungsi dan pendatang dari
pulau tersebut, Sabtu (19/3), untuk memberikan ruang bagi para
pendatang baru.
Tempat yang dirancang untuk pendaftaran para pendatang di Pulau Lesbos hanya untuk menampung sekitar 3.500 orang.
Sedikitnya
144.000 orang, sebagian besar adalah warga Suriah, Irak dan
Afghanistan, tiba di Yunani sepanjang 2016, menurut data badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan pengungsi. Sekitar 60 persen dari
jumlah itu adalah perempuan dan anak-anak.
Lebih dari setengah jumlah pendatang itu tiba di Lesbos, pulau di
garis depan Eropa di tengah krisis migrasi terbesar yang dihadapi
kawasan tersebut sejak Perang Dunia II. Sekitar 1.150 orang per hari
terus berdatangan di Yunani dari Turki pada bulan ini.
Beberapa
di antara mereka berencana tinggal di negara tersebut atau mengambil
rute menuju Eropa utara yang lebih mapan dan lapangan pekerjaan lebih
banyak tersedia daripada di Yunani. Yunani sendiri saat ini sedang
dilanda krisis ekonomi.
Penutupan wilayah perbatasan di sepanjang
rute utama di utara menuju Balkan telah menyebabkan sedikitnya 47.000
orang telantar di kamp-kamp pengungsian dan pelabuhan-pelabuhan di
Yunani.
Lebih dari 10.500 orang yang berharap bisa melintas masih telantar di tenda dekat perbatasan Makedonia.
(UU.M038)
Senin, 21 Maret 2016
Uni Eropa-Turki gagal bendung gelombang pengungsi menuju Yunani
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 komentar:
Posting Komentar