Jakarta
(ANTARA News) - Setelah membalas dengan cara menggantung hingga mati
dua aktivis ISIS, Raja Abdullah II dari Jordania dikabarkan turut dalam sortie penerbangan jet tempur Angkatan Udara Kerajaan Jordania, Kamis ini.
Sortie
serbuan udara itu --dinyatakan-- bukan sembarangan misinya, karena
untuk serbuan langsung membasmi kantong-kantong persembunyian ISIS.
Sebagai
seorang perwira aktif Angkatan Bersenjata Kerajaan Jordania, Raja
Abdullah II memegang lisensi pilot pesawat tempur sejak lama.
Pembicaraan di media sosial banyak membahas itu, di antaranya laman Business Insider dan IraqiNews,
dikutip hari ini, di Jakarta, menyatakan, Raja Abdullah II akan
berpartisipasi secara pribadi pada Kamis ini dalam serangan udara
terhadap tempat persembunyian ISIS, untuk membalas dendam atas eksekusi
sangat kejam terhadap pilot Jordania oleh ISIS.
Akun resmi facebook The Jordanian Royal Hashemite Court juga menayangkan foto Raja Abdullah II dalam seragam loreng gurun pilot tempur Angkatan Udara Kerajaan Jordania.
Pilot
Angkatan Udara Kerajaan Jordania yang dimaksud itu adalah Letnan Satu
Moaz al-Kassasbeh (ada juga yang menuliskan sebagai Muath al-Kassasbeh).
Dia ditangkap ISIS setelah F-16 Fighting Falcon-nya ditembak jatuh, dan lelaki 26 tahun itu sempat ditawan.
al-Kassasbeh
dijadikan komoditas pertukaran aktivis ISIS, Sajida al-Rishawi.
Akhirnya, setelah tenggat waktu habis, ISIS menyiarkan video
penggemparkan seluruh dunia: al-Kassasbeh dalam baju terusan warna
oranye dan dikurung dalam kerangkeng besi, dibakar hidup-hidup hingga
tewas.
Video
yang bisa diakses pada beberapa situs dalam masa penayangan singkat itu
kemudian ditarik kembali karena menyajikan adegan-adegan sangat kejam
dan bisa meninggalkan trauma bagi yang menyaksikan.
Jordania
sangat murka atas kejadian kejam pada warga negaranya yang dinilai
terjadi pada 3 Januari lalu itu. Cuma dua hari kemudian, al-Rishawi
--pilot perempuan yang gagal melakukan bom bunuh diri-- dan anggota Al
Qaeda Irak, Ziad al-Karboli, dihukum gantung pada pukul empat pagi waktu
setempat, di Amman, Jordania.
Tidak
cukup sampai di situ, Raja Abdullah II —penyandang pangkat mayor
jenderal sebagai militer aktif Angkatan Darat Kerajaan Jordania—
memutuskan turut terbang dalam sortie penyerangan udara kepada
kantong-kantong ISIS itu.
Secara
tradisi, putra-putra Kerajaan Jordania mengecap pendidikan militer pada
masa mudanya. Raja Abdullah II juga demikian, dia tamatan Akademi
Angkatan Darat Kerajaan Inggris, di Sandhurst, dan sebagai anggota
negara Persemakmuran, dia sempat berdinas di matra darat Angkatan
Bersenjata Kerajaan Inggris itu.
Dia juga memiliki lisensi sebagai pilot helikopter serbu, AH-1 Cobra,
dan sempat berdinas aktif di skuadron yang mengawaki mesin perang itu.
Sebagai mayor Jenderal —saat masih menjadi putra mahkota— dia adalah
komandan Pasukan Khusus Kerajaan Jordania.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar