Zurich (ANTARA News) - Komite banding FIFA, Rabu, mengurangi skors
terhadap Sepp Blatter dan Michel Platini menjadi enam tahun, namun
mempertahankan bahwa kedua orang itu bersalah melanggar etika.
Hasil banding ini diumumkan saat Sekretaris Jenderal UEFA, Gianni
Infantino, dan pemimpin sepak bola Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa
meruncingkan rivalitas mereka untuk mengambil alih posisi pemimpin di
badan sepak bola dunia yang dihantam skandal ini, dalam pengambilan
suara pada Jumat.
Skors terhadap Blatter, presiden FIFA selama 17 tahun, dan presiden
UEFA Platini dikurangi dari delapan tahun menjadi enam tahun oleh komite
banding.
Keduanya dinyatakan bersalah akibat adanya konflik kepentingan,
ketika Blatter menerima pembayaran senilai dua juta euro dari Platini
pada 2011 untuk pekerjaan konsultasi tanpa kontrak yang telah selesai
satu dekade sebelumnya.
Legenda sepak bola Prancis Platini difavoritkan untuk mengambil alih
jabatan Blatter, namun skors yang dijatuhkan menghancurkan harapannya.
"Banding Tuan Platini dan Tuan Blatter telah diselesaikan," kata komite etik dalam pernyataannya.
Namun pihaknya menentukan bahwa pengadilan etika FIFA tidak
memperhitungkan "faktor-faktor pengurang yang kuat" ketika menentukan
sanksi delapan tahun.
"Komite banding mempertimbangkan bahwa aktivitas-aktivitas Tuan
Platini dan Tuan Blatter dan jasa-jasa yang telah mereka berikan kepada
FIFA, UEFA, dan sepak bola secara umum selama bertahun-tahun semestinya
menjadi pengakuan yang layak sebagai faktor pengurang."
Blatter dan Platini kembali membayang-bayangi upaya baru FIFA untuk
membalikkan halaman dari masa lalu yang tercoreng skandal pada pemilihan
Jumat.
Polisi menyerbu kongres FIFA pada Mei silam sebelum Blatter terpilih
untuk masa jabatan kelimanya. Ia mengumumkan bahwa dirinya akan
mengundurkan diri empat hari kemudian.
Kini 39 pejabat dan eksekutif sepak bola menghadapi dakwaan di AS
terkait lebih dari 200 juta dolar dalam pembayaran penyuapan untuk
kesepakatan-kesepakatan sepak bol.
Dengan absennya Platini, Infantino dan Salman, presiden Konfederasi
Sepak Bola Asia (AFC) memimpin lima kandidat pada persaingan untuk
menjadi presiden baru.
Pertarungan terlihat begitu ketat pada fase-fase akhir. Namun
pemilihan menghadirkan drama baru ketika Pangeran Ali bin Al Hussein
menemui Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga (CAS) pada Senin, dalam
upayanya meminta FIFA menerapkan bilik pengambilan suara yang
transparan.
Para pengacara sang pangeran telah berkata bahwa pengambilan suara berpeluang ditunda.
CAS mengatakan permintaan pangeran Yordania itu, yang merupakan mantan wakil presiden FIFA, telah "ditolak."
Dan Pangeran Ali, yang mengeluarkan dana pribadi untuk pengadaan
bilik suara transparan untuk dikirim ke Zurich, mundur dari upaya untuk
menunda pemilihan.
"Satu-satunya aspek positif dari peraturan hari ini adalah bahwa
sekarang pemilihan akan berlangsung sesuai yang direncanakan, dan media
akan mengamatinya secara cermat untuk bukti apapun bahwa seseorang
memfoto surat suara mereka," kata sang pengeran dalam pernyataannya.
Surat suara FIFA semestinya besifat rahasia namun Pangeran Ali dan
kandidat lain. Jerome Champagne, mantan eksekutif FIFA, telah menaikkan
kecurigaan bahwa sebagian delegasi akan memfoto surat suara mereka
sebagai bukti mereka menepati janjinya untuk mendukung salah satu
kandidat.
Suara janjikan pergeseran
AFC, dengan 47
suara, dan 54 anggota Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) menyatakan
pihaknya akan mendukung Sheikh Salman, anggota senior keluarga kerajaan
Bahrain berusia 50 tahun.
Namun sambil memulai lobi-lobi terakhir di Zurich, Infantino
mengatakan kepada AFP bahwa ia meyakini dirinya telah mendapatkan suara
dari kubu Afrika. Infantino telah melakukan kunjungan ke Afrika sebelum
menghadapi kongres.
"Saya percaya diri dan saya memiliki alasan untuk semakin percaya
diri," kata Infantino. "Diskusi-diskusi yang telah saya lakukan dengan
para presiden federasi Afrika sangat meyakinkan."
Infantino mengatakan ia memiliki program reformasi dengan "proposal-proposal yang sangat kongkret, khususnya untuk Afrika."
Infantino telah menjanjikan pendanaan lebih kepada 209 anggota FIFA
menjadi lima juta dolar setiap empat tahun, dari sekarang yang berjumlah
dua juta dolar AS.
Para rival termasuk Sheikh Salman mengatakan rencananya itu dapat membuat FIFA bangkrut.
Sheikh Salman dengan tegas menolak klaim-klaim yang dikeluarkan
parlemen Britania pada Selasa oleh pembuat undang-undang Damian Collins,
bahwa dirinya terlibat skandal "pembelian suara" ketika terpilih
sebagai ketua AFC pada 2013.
Collins, anggota Partai Konservatif yang sedang berkuasa di Britania
dan berkampanye untuk pemerintahan yang lebih baik dalam olahraga,
mengatakan terdapat "dasar dugaan yang kuat untuk mencurigai" bahwa
delegasi Republik Kirgistan memberikan suara di pemilihan AFC kepada
Sheikh Salman karena meyakini bahwa mereka akan mendapatkan "dukungan
keuangan yang signifikan" untuk proyek-proyek sepak bola dari Dewan
Olimpiade Asia (OCA). OCA dipimpin sekutu sang sheikh.
"Sheikh Salman tidak dan tidak mengetahui apapun mengenai bujukan penawaran,
atau pembayaran apapun yang dilakukan oleh OCA terhadap asosiasi sepak
bola manapun dan tentu saja tidak ada bukti yang ada untuk
memperlihatkan kasus ini."
Sang sheikh juga menepis tudingan-tudingan adanya pelecehan terhadap
hak asasi manusia pada protes-protes pro demokrasi di Bahrain pada
2011.
Meski hasil pada pemilihan Jumat masih meragukan, sang sheikh
mendapat pukulan baru ketika komite eksekutif FIFA merekomendasikan,
Rabu, Indonesia dan Kuwait tidak dapat mengikuti pengambilan suara pada
Jumat. Keduanya diskors FIFA karena intervensi pemerintah di sepak bola.
Kamis, 25 Februari 2016
FIFA kurangi skors Blatter dan Platini
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 komentar:
Posting Komentar