Jakarta (ANTARA News) - Ketua Departemen Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada dr Tri Wibawa mengatakan masyarakat
tidak perlu khawatir dengan virus Zika yang menyerang masyarakat Amerika
Latin karena belum jelas identifikasinya di Indonesia.
"Perlu dikaji dulu apakah virus Zika yang ada di Indonesia sama atau tidak dengan virus yang ada di Amerika Latin. Selain itu, perlu dikonfirmasi lagi apakah kejadian mikrosefalus di Kolombia memang disebabkan oleh virus Zika ini," kata dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan Virus Zika yang ditemukan di Indonesia bisa saja berbeda dengan yang ada di Amerika Latin dan manifestasi klinis akibat serangan virus itu juga tidak separah demam berdarah yang bisa mengakibatkan kematian.
Dari laporan terdahulu, ujar dia, serangan virus itu tidak menyebabkan kematian, sedangkan gejalanya adalah demam, sakit kepala, nyeri persendian, terkadang disertai dengan munculnya ruam-ruam merah dan peradangan pada mata.
Meski begitu, Tri Wibawa mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai keberadaan virus ini karena Indonesia merupakan negara yang berpotensi terhadap serangan virus tersebut.
"Virus Zika dibawa nyamuk Aedes aegypti yang banyak berkembang di wilayah tropis, termasuk Indonesia sehingga kita juga perlu waspada," ujar dia.
Untuk itu, masyarakat diminta untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan gerakan 3M untuk pemberantasan sarang nyamuk.
"Hindari vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti agar tidak berkembang dalam jumlah banyak dan menyebabkan kerugian pada masyarakat. Pencegahan bisa dilakukan seperti pada kasus DBD," tutur dia.
Viruz Zika telah ditemukan di Indonesia pada tahun 2015 di Jambi oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Dari 103 sampel darah pasien, ditemukan satu sampel yang positif terinfeksi virus Zika.
Virus tersebut dilaporkan dapat menimbulkan kecacatan otak (mikrosefalus) pada janin apabila menginfeksi ibu hamil.
"Perlu dikaji dulu apakah virus Zika yang ada di Indonesia sama atau tidak dengan virus yang ada di Amerika Latin. Selain itu, perlu dikonfirmasi lagi apakah kejadian mikrosefalus di Kolombia memang disebabkan oleh virus Zika ini," kata dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan Virus Zika yang ditemukan di Indonesia bisa saja berbeda dengan yang ada di Amerika Latin dan manifestasi klinis akibat serangan virus itu juga tidak separah demam berdarah yang bisa mengakibatkan kematian.
Dari laporan terdahulu, ujar dia, serangan virus itu tidak menyebabkan kematian, sedangkan gejalanya adalah demam, sakit kepala, nyeri persendian, terkadang disertai dengan munculnya ruam-ruam merah dan peradangan pada mata.
Meski begitu, Tri Wibawa mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai keberadaan virus ini karena Indonesia merupakan negara yang berpotensi terhadap serangan virus tersebut.
"Virus Zika dibawa nyamuk Aedes aegypti yang banyak berkembang di wilayah tropis, termasuk Indonesia sehingga kita juga perlu waspada," ujar dia.
Untuk itu, masyarakat diminta untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan gerakan 3M untuk pemberantasan sarang nyamuk.
"Hindari vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti agar tidak berkembang dalam jumlah banyak dan menyebabkan kerugian pada masyarakat. Pencegahan bisa dilakukan seperti pada kasus DBD," tutur dia.
Viruz Zika telah ditemukan di Indonesia pada tahun 2015 di Jambi oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Dari 103 sampel darah pasien, ditemukan satu sampel yang positif terinfeksi virus Zika.
Virus tersebut dilaporkan dapat menimbulkan kecacatan otak (mikrosefalus) pada janin apabila menginfeksi ibu hamil.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 komentar:
Posting Komentar