Jakarta (ANTARA News) - Politik pendidikan dan politik kepegawaian yang
terjadi selama ini tidak sejalan sehingga belum diketahui jumlah tenaga
pengajar yang dibutuhkan masyarakat, kata Kepala Dinas Pendidikan DKI
Jakarta Larso Marbun di Jakarta, Selasa.
"Dalam mengatur pendidikan sebenarnya ada dua hal yang perlu
disejalankan agar tujuan pendidikan tercapai yaitu politik pendidikan
dan politik kepegawaian. Keduanya harus dilaksanakan secara jujur,
objektif, transparan dan akurat," tambahnya.
Marbun yang baru delapan bulan menjabat sebagai Kepala Dinas
Pendidikan DKI Jakarta itu menegaskan politik pendidikan dan politik
kepegawaian seharusnya memiliki satu visi yaitu memajukan pendidikan
untuk kepentingan bangsa.
Dalam politik pendidikan, kata dia, sistem pendidikan yang
diberlakukan belum jelas, apakah menganut sistem teknologi atau sistem
konvensional.
Pemerintah mendorong sistem pendidikan menggunakan teknologi, tetapi
penerapannya ternyata masih menggunakan sistem konvensional. Hal itu
terjadi lantaran peraturan untuk melaksanakan sistem pendidikan yang
menganut teknologi belum berjalan.
Sistem pendidikan seperti itu, sudah dilaksanakan di Jepang,
Tiongkok dan Korea Selatan. Sedangkan negara-negara di Eropa sudah lama
menerapkan sistem pendidikan modern tersebut.
Bila sistem itu dilaksanakan di Indonesia, jumlah guru yang
dibutuhkan tidak banyak. Guru-guru yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan yang dapat menerapkan sistem pendidikan berteknologi canggih.
"Sistem pendidikan modern itu tidak menimbulkan efek negatif jika
dijalankan semata-mata untuk kepentingan bangsa. Tidak perlu khawatir
menggeser nilai-nilai tradisi, keagamaan dan sosial, karena sistem itu
justru mempermudah nilai-nilai tersebut menjadi karya nyata yang
bermanfaat bagi seluruh elemen masyarakat," ucapnya.
Sementara dalam politik kepegawaian akan muncul kepentingan yang
bertolak belakang dengan sistem pendidikan yang menganut teknologi
canggih. Hal itu terjadi lantaran jumlah guru berstatus pegawai dalam
setiap tahun diklaim berbagai pihak masih kurang.
"Benar atau tidak sih? Apakah penambahan pegawai di sekolah-sekolah
itu sebagai kebutuhan pendidikan atau kepentingan?" singgungnya.
Menurut dia, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang saat ini
menjadi Presiden RI ke-7 telah mengetahui permasalahan tersebut. Karena
itu, revolusi mental di sektor pendidikan dianggap penting untuk
kemajuan bangsa.
"Mantan bos saya itu sudah mengetahui permasalahan mendasar ini. Saya berharap dapat dibenahi," katanya.
Dia mengemukakan jumlah guru yang berstatus PNS sekitar 34 ribu
orang, sedangkan tenaga pengajar yang belum PNS sekitar 8.000 orang.
"Di DKI Jakarta terdapat sekitar 27 ribu sekolah negeri, sedangkan swasta mencapai 7.218 sekolah," ujarnya.
Marbun belum mengetahui berapa jumlah tenaga pengajar yang
dibutuhkan di DKI Jakarta. Tahun depan dia akan memetakan jumlah tenaga
pengajar yang dibutuhkan.
"Saya baru menjabat di dinas ini. Saat ini saya masih menangani yang
kasar-kasar dulu, seperti pemetaan sekolah dan guru, yang halus
menyusul," katanya. (*)
Rabu, 22 Oktober 2014
Larso Marbun katakan politik pendidikan dan kepegawaian tidak sejalan
Editor: B Kunto Wibisono
0 komentar:
Posting Komentar