equityworld-futures -
"Pemilihan umum tidak mudah dilaksanakan. Itu melelahkan, rumit,
mahal, memecah belah dan bahkan emosional ... Tidak ada yang mengatakan
bahwa demokrasi itu mudah," kata Presiden dalam acara tahunan yang
dihadiri tiga kepala negara sahabat itu.
Namun, lanjut dia, ketika nanti presiden baru dilantik, Indonesia
telah membuktikan pada rakyatnya dan masyarakat dunia jika mampu
melakukan transfer kekuasaan secara damai dan konstitusional.
Ia kemudian menjelaskan bahwa sekitar 135 juta rakyat Indonesia
telah turut ambil bagian dalam salah satu proses pemilihan umum terbesar
di dunia yang melibatkan 500 juta bilik suara untuk memilih lebih dari
seribu anggota parlemen serta presiden dan wakil presiden itu.
Ia mencatat kesuksesan penyelenggaraan pemilu di Indonesia itu
sebagai satu dari sejumlah keberhasilan transfer kekuasaan dengan damai
di dunia, antara lain Aljazair, Brazil, Fiji, India, Iran, Selandia
Baru, Afrika Selatan, dan Turki.
Namun, menurut Presiden, di tengah sejumlah keberhasilan pelaksanaan
pemilu di dunia tersebut, dunia juga dihadapkan pada situasi yang sulit
dengan memburuknya hubungan di antara negara-negara maju. Ia merujuk
pada kasus di Ukraina yang melibatkan negara-negara maju dan sengketa di
Asia Timur.
"Kita juga menjadi saksi transisi demokrasi yang tidak mulus,
terutama di Timur Tengah," katanya merujuk pada Mesir, Irak, Tunisia dan
Libya.
Oleh karena itu, ia berharap BDF dapat terus tumbuh dan berkembang
serta menawarkan pengalaman-pengalaman terbaik dalam pelaksanaan
demokrasi bagi negara-negara di dunia.
Acara tahunan yang telah digelar sejak 2008 itu kali ini dipimpin
bersama oleh Presiden Yudhoyono dan Presiden Filipina Benigno Simeon
Aquino III.
Dua kepala pemerintahan yang secara rutin menghadiri acara tersebut,
yaitu Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah dan PM Timor
Leste Kay Rala Xanana Gusmao juga hadir dalam BDF terakhir yang dibuka
oleh Presiden Yudhoyono --yang akan mengakhiri masa jabatannya pada 20
Oktober.
Terkait kelanjutan forum yang ditujukan sebagai forum untuk
meningkatkan kerjasama regional dan internasional di bidang pemajuan
demokrasi yang bersifat inklusif dengan pendekatan saling bertukar
pengalaman terbaik masing-masing negara dalam proses berdemokrasi itu,
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan keputusan tersebut
merupakan kewenangan dari pemerintahan baru yang dipimpin Joko
Widodo-Jusuf Kalla.
Menurut Marty, pihaknya tidak ingin berandai-andai mengenai kelanjutan
BDF sekalipun ia meyakini forum tersebut semakin banyak diminati oleh
berbagai negara, tidak hanya negara di kawasan Asia-Pasifik, tetapi juga
di kawasan lainnya.
"Kita tidak bisa melihat sesuatu seperti di bola kristal karena apa yang
akan terjadi besok saja kita tidak tahu. Tetapi kenyataannya BDF ini
sudah menjadi bagian dari tatanan demokrasi dalam kawasan. Banyak negara
yang juga merasakan manfaatnya," ujarnya.
Oleh karena itu, Menlu berharap pemerintahan yang akan datang dapat
memilah-milah hal yang baik dan memperbaiki hal yang kurang baik dalam
forum demokrasi tahunan tersebut, bila memang akan dilanjutkan.
Pada kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa forum tingkat menteri
itu dihadiri setidaknya 85 perwakilan negara-negara sahabat.
Nusa Dua (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berbagi
kisah tentang kesuksesan pelaksanaan pemilihan umum presiden baru-baru
ini dalam Forum Demokrasi Bali (BDF) VII di Nusa Dua, Bali, Jumat,
mengakui bahwa penerapan demokrasi bukanlah hal yang mudah.
Sabtu, 11 Oktober 2014
Presiden akui penerapan demokrasi tidak mudah
Editor: Desy Saputra
0 komentar:
Posting Komentar