Doha (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menegaskan investasi kereta
cepat memerlukan penghitungan yang tepat dan pemerintah masih menunggu
investor yang mampu.
"Kalau ada yang berinvestasi apapun akan saya berikan silahkan,
misalkan kereta cepat, siapa bilang dicancel," kata Presiden saat
bertemu dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di Qatar, di Kedutaan
Besar RI di Doha, Senin malam waktu setempat.
Presiden mengatakan kebutuhan pembangunan kereta cepat mencapai Rp70
triliun sampai Rp80 triliun membuat pemerintah memilih proyek tersebut
ditangani secara bisnis to bisnis.
"Kalau dari APBN Rp70-80 triliun lebih baik buat waduk kalau
investor mau silahkan tapi berikan hitungan yang benar, misalkan berapa
investasinya, dijoin dengan BUMN mau tidak, peralatannya pakai dalam
negeri atau bawa dari sana. Tiket bisa naik atau tidak, kalau clear
silahkan, hitungan harus dijelaskan," kata Presiden.
Pemerintah telah memutuskan terkait pembangunan kereta cepat, ada
tiga poin yang ditekankan yaitu tidak menggunakan APBN, tidak
menggunakan jaminan negara dan yang ketiga adalah jenis kerjasama bisnis
to bisnis.
"Saya menunggu hitung-hitungannya kalau pas silahkan jalan, bukan dibatalkan, siapa yang bilang dibatalkan," tegas Presiden.
Ditambahkan Presiden,"ada alternatif, kereta api 350 km per jam atau
250 km per jam berapa, hitungan politik dan jangka panjang pola ekonomi
dan sistem yang lainnya."
Presiden juga mengatakan pemerintah tidak mau didikte oleh investor.
Selasa, 15 September 2015
Presiden tegaskan investasi kereta cepat perlu perhitungan tepat
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar