Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menargetkan program diversifikasi
bahan bakar minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) segera terwujud.
Dirjen
Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja memaparkan beberapa keuntungan
yang didapat jika menggunakan BBG, salah satunya adalah BBG lebih
ekonomis dibanding BBM.
Selain itu gas alam juga dianggap lebih
bersih bila dibandingkan dengan BBM, karena emisi gas buangnya yang
rendah dan bersifat ramah lingkungan.
Kasram (40) yang
berprofesi sebagai pengemudi bajaj mengaku bahwa kini punya penghasilan
lebih baik sejak mengganti bajaj tua oranyenya dengan bajaj biru bahan
bakar gas (BBG).
"Pakai BBM bisa habis Rp45 ribu setiap hari,
sekarang hanya Rp15 ribu. Kalau dihitung perbulannya bisa hemat sampai
Rp900 ribu," kata Kasram yang jadi pengemudi bajaj sejak tahun 90-an.
Kasram, yang ditemui saat mengisi BBG di Monas, Jakarta Pusat, mengatakan setiap hari bisa membawa uang lebih banyak ke rumah.
"Alhamdulillah, sekarang ada sisa uang lebih banyak yang bisa dibawa ke rumah," kata warga Pademangan Jakarta Utara itu.
Satu
liter BBM jenis Premium saat ini Rp7.400 per liter, sementara harga
compressed natural gas hanya Rp3.100 per Liter Setara Premium (LSP)
dengan jarak tempuh yang sama, 8-9 kilometer.
Potensi
penghematan dari program konversi BBM ke BBG bagi kendaraan pengguna
bensin mencapai sekitar Rp1 juta per bulan dan bagi pengguna solar
mencapai Rp615 ribu per bulan.
Rekan Kasram sesama pengemudi
bajaj, Darori, juga menyebutkan keuntungan lain menggunakan BBG yaitu
knalpotnya tidak bising dan tidak berasap.
"Saya tidak dimarahi
pengguna motor lagi sejak pakai BBG," katanya. Darori juga merasakan
mesin jadi lebih awet dibandingkan memakai BBM. Bajaj biru dengan bunyi
mesin lembut, ramah lingkungan, dan membuat untung pengemudinya cuma
satu contoh nyata manfaat penggunaan BBG.
Saat ini BBG ada dua
jenis yaitu LGV (gas cair yang bahan dasarnya hampir sama dengan elpiji)
dan CNG (gas alam yang dikompresi).
LGV sebagian besar adalah impor sehingga bukan menjadi prioritas pemerintah meski tetap dikembangkan.
CNG menjadi prioritas karena Indonesia memproduksi dalam jumlah yang cukup banyak.
Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, dalam berbagai
kesempatan menyebutkan bahwa penggunaan BBG adalah masa depan Indonesia.
BBG jadi pilihan karena harganya relatif stabil dan produksi
yang cukup banyak di Indonesia akan meningkatkan ketahanan energi
nasional.
Penggunaan BBG juga mengurangi ketergantungan BBM yang sebagian besar adalah impor.
Semakin
banyak kendaraan yang beralih dari BBM ke BBG juga akan mengurangi
polusi udara, selain tentunya memberi manfaat untuk negara yaitu
penghematan devisa. "Regulasi dan kewajiban menggunakan gas masih harus
didorong," kata Menteri ESDM.
Yang menjadi tantangan saat ini, lanjutnya, adalah pembangunan infrastruktur dan dukungan dari industri.
Pemerintah memperkirakan perlu 5 tahun untuk membuat semua infrastruktur gas di Indonesia terkoneksi.
"Ibaratnya
itu puzzle-nya belum utuh. Titiknya belum terkoneksi," kata Menteri.
Dia mencontohkan hal yang masih harus dibangun adalah koneksi antara
suplai, infrastruktur gas, maupun ketersediaan konventer kit di
kendaraan.
Lebih aman
Tantangan lain program diversifikasi BBM ke BBG ini adalah masih ada mitos di sebagian masyarakat bahwa BBG gampang meledak.
Padahal,
gas khususnya jenis CNG lebih aman dibandingkan minyak, karena jika
terdapat kebocoran pada tabung CNG, gas yang keluar akan langsung
menguap dan hilang, sehingga tidak sempat terbakar.
"Kebakaran
pada TransJakarta misalnya, terjadi karena hubungan arus pendek atau
korsleting listrik, bukan karena gasnya. Karena gas CNG kalau bocor
langsung hilang ke udara, beda dengan gas LPG," ujar Dirjen Migas
Kementerian ESDM IGN Wiratmaja.
Selain itu tantangan lain terkait
harga konverter kit yang dianggap mahal, pemerintah menerbitkan Perpres
125/2015 tentang Perubahan atas Perpres 64/2012 Penyediaan,
Pendistribusian dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas untuk Transportasi
Jalan.
Dengan Perpres itu, pemerintah akan memberikan bantuan
konverter kit dan pemasangannya secara gratis kepada kendaraan bermotor
angkutan penumpang umum dan hanya berlaku sekali.
Gugus tugas
Untuk
mempercepat diversifikasi BBM ke BBG, pemerintah belum lama ini
membentuk Tim Gugus Tugas Implementasi Pemanfaatan Bahan Bakar Gas.
Gugus
tugas atau task force tersebut akan bekerja selama satu tahun dan mulai
1 Januari 2016, akan bekerja melakukan studi kelayakan guna mempercepat
program diversifikasi energi sebagai bagian agenda prioritas program
kerja pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla (Nawacita).
Task force
tersebut beranggotakan unsur kementerian ESDM, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Keuangan, Dewan Energi Nasional (DEN),
Kementerian Dalam Negeri, pemerintah daerah, dan asosiasi SPBG.
IGN Wiratmaja mengemukakan pemerintah memiliki "roadmap" diversifikasi BBM ke BBG dalam lima tahun ke depan.
Hingga
tahun 2019, pembangunan SPBG ditargetkan mencapai hampir 300 stasiun.
Data tersebut menunjukkan pembangunan SPBG hingga akhir tahun 2015 telah
mencapai 18 SPBG dari total target 22 SPBG, di luar jumlah 55 SPBG yang
telah eksisting.
"Sampai saat ini sudah ada lebih dari 50 SPBG, tahun ini bangun 18, belum lagi yang dari PGN dan swasta," kata Wiratmaja.
Wilayah
diversifikasi BBM ke BBG dalam 5 tahun pertama meliputi Jabodetabek,
Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Bali, Batam, Palembang, Riau, Jambi,
Samarinda, Balikpapan.
Dalam 10 tahun mendatang, penggunaan BBG
diperkirakan akan terus meningkat sehingga diversifikasi ke BBG akan
mencakup Medan, Lampung, Bengkulu, Bandung, Semarang, Makassar,
Banjarmasin, dan Kendari.
Ditjen Migas Kementerian ESDM untuk
2016 menganggarkan 5.000 paket konversi BBM ke BBG untuk nelayan dan
1.000 paket konversi BBM ke BBG untuk kendaraan.
Insentif
Wiratmaja
mengatakan mobil berbahan bakar gas seharusnya diberi insentif seperti
yang diberikan pemerintah pada mobil murah ramah lingkungan alias Low
Cost and Green Car (LCGC).
"Kalau saja mobil ini diperlakukan
sama dengan LCGC yang tidak kena PPnBm, maka harga mobil berbahan bakar
gas dan BBM akan sama tapi treatment sama dengan LCGC," kata Wiratmaja.
Keinginan
Ditjen Migas ESDM seirama dengan rekannya di Ditjen Industri Logam
Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian
(ILMATE).
"Kami tengah menyusun peta jalan Low Carbon Emission
Vehicle (LCEV), yang didalamnya mengatur tentang kendaraan berbahan
bakar ramah lingkungan, termasuk BBG," kata Dirjen ILMATE I Gusti Putu
Suryawirawan.
Kemenperin akan mengusulkan insentif fiskal setelah peta jalan tersebut selesai dibuat.
Di
pihak lain, produsen otomotif di Indonesia mengaku siap untuk
memproduksi mobil berbahan bakar CNG, termasuk memasang konverter kit
dari pabrik untuk kendaraan baru, maupun pemasangan pada kendaraan yang
sudah beredar dan berbahan bakar bensin.
Ketua I Gabungan
Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto
optimistis bahwa mobil berbahan bakar CNG akan diminati, karena harga
BBG yang jauh murah daripada harga bensin.
Sementara itu, PT
Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengemukakan telah memiliki
kapasitas untuk memproduksi mobil berbahan bakar CNG maupun konverter
kit.
TMMIN kini menunggu terlebih dulu hasil studi kelayakan
terkait Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara untuk memproduksi kendaraan umum berupa taksi berbahan
bakar CNG.
Hingga saat ini SPBG yang sudah beroperasi antara
lain berlokasi di Surabaya, Semarang, Jawa Barat, Jakarta, Banten,
Palembang, Pekanbaru, dan Balikpapan. Sedangkan yang masih dalam proses
pembangunan antara lain berlokasi di Lampung, Batam dan Bekasi.
CNG
merupakan bahan bakar ramah lingkungan yang cocok dikembangkan di
Indonesia, karena sumber gas yang melimpah serta teknologi yang dimiliki
mampu memproduksi mobil tersebut.
Indonesia seharusnya bisa menyaingi negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang sudah memasyarakatkan penggunaan BBG.
Malaysia
ketika memulai program tersebut kendaraan BBGnya sudah lebih dari 100
ribu unit sedangkan Thailand pada tahun 2007 sudah mencatat 2,5
kendaraannya memakai gas.
foto-foto terkait bisa dilihat di sini.
Kamis, 17 Desember 2015
Mendorong program diversifikasi BBM ke BBG untuk kendaraan
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar