Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo
mengatakan tekanan yang dialami rupiah saat ini masih relatif terkendali
dibandingkan mata uang negara lain yang lebih tertekan terhadap
pergerakan dolar AS.
"Dalam jangka pendek mohon tetap tenang kalau ada tekanan terhadap
rupiah, karena banyak mata uang negara tetangga yang lebih tertekan,"
kata Agus saat ditemui seusai bertemu pimpinan DPR RI di Jakarta, Rabu
malam.
Agus menjelaskan kurs rupiah dan bursa saham Indonesia saat ini
mengalami tekanan eksternal akibat rencana penyesuaian suku bunga Bank
Sentral AS (The Fed), rendahnya harga minyak dunia, dan aksi devaluasi
Yuan Tiongkok.
Namun, kondisi yang sama juga dialami oleh negara-negara berkembang
lainnya dan situasi Indonesia masih jauh lebih baik, karena fundamental
ekonomi dalam keadaan bagus dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda
krisis.
"Rupiah sepanjang Januari-Agustus depresiasi 13 persen, tapi
Malaysia, Turki, Brasil, dan Eropa jauh lebih tertekan. Mata uang kita
dibanding mereka, kita menguat. Ini kondisi dunia yang harus kita hadapi
dengan baik," ujarnya.
Ia memastikan dalam menghadapi gejolak yang menggoyahkan kepercayaan
pelaku pasar keuangan, Bank Indonesia akan selalu menjaga pergerakan
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS agar fluktuasinya tidak terlalu
tajam.
Agus bahkan mengimbau dalam jangka pendek agar para eksportir tidak
lagi menyimpan dolar AS, sebagai antisipasi supaya rupiah tidak terus
mengalami depresiasi dan pergerakan saham di pasar modal relatif mudah
terpantau.
"Saya sangat merekomendasi eksportir untuk melepas dolarnya, supaya
ada suplai atau ketersediaan dolar dalam negeri. Karena current account
kita walaupun menurun, masih defisit. Jadi kita perlu kebutuhan dolar
untuk impor," ujarnya.
Menurut Agus, untuk mengatasi masalah ekonomi yang telah menjadi
perhatian masyarakat saat ini, dibutuhkan kerja sama dari seluruh pihak
termasuk pemerintah, legislatif, dan otoritas terkait untuk mencari
solusi terhadap guncangan.
"Kita memang perlu ada komitmen nasional untuk bersama-sama
menghadapi periode yang sebetulnya bukan dari kita salahnya, tapi dari
luar, karena krisis global yang sudah berlangsung selama tiga tahun,"
ujar mantan Menteri Keuangan ini.
Ia mengatakan salah satu solusi yang dapat diupayakan adalah terus
melakukan reformasi struktural, termasuk di antaranya mendorong
pengembangan industri pengolahan untuk meningkatkan potensi nilai tambah
dari suatu produk.
"Indonesia jangan lagi mengandalkan kegiatan pada bisnis ekspor
sumber daya alam mentah, kita harus lakukan proses nilai tambah dan
membangun infrastruktur, agar investor berdatangan dan kembali masuk,"
kata Agus.
Kamis, 27 Agustus 2015
BI: tekanan rupiah terkendali dibanding negara lain
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar