Yogyakarta (ANTARA News) - ntara) - Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama, Prof. Mahasin mengatakan warga Nahdlatul Ulama perlu
mengimplementasikan konsep Islam Nusantara yang dinilai mampu menjadi
benteng masuknya paham transnasional.
"Bukan hanya sekadar slogan, tapi harus menjadi konsep pengamalan
nilai Islam dalam kehidupan nyata sehingga mampu membentengi paham
keagamaan yang tidak cocok dengan kondisi di Indonesia," kata Mahasin
dalam sarasehan tokoh agama dan masyarakat dengan tema "Menuju Islam
Nusantara Berkemajuan di Yogyakarta, Minggu.
Konsep penerapan Islam Nusantara seperti yang diangkat sebagai
tema utama Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 di Jombang, Jawa Timur itu, ia
tegaskan, bukan merupakan aliran baru dalam Islam, melainkan konsep
pengamalan nilai-nilai Islam dengan tanpa menafikan budaya-budaya
Nusantara.
"Apalagi budaya lokal di Nusantara sejak awal telah memiliki
kearifan tersendiri dengan mengutamakan unsur kedamaian, tata krama, dan
toleran," kata dia.
Menurut Mahasin, masyarakat khususnya umat Islam di Indonesia saat
ini cenderung terbuka dan menyerap berbagai paham keagamaan
"transnasional" atau yang berasal dari luar negeri seperti ekstrimisme
dan liberalisme.
"Termasuk meniru budaya atau ciri khas berpakaian di mana paham itu
berasal. Padahal cara berpakaian belum tentu berhubungan dengan Islam
melainkan hanya menggambarkan budaya negara setempat," kata dia.
Sayangnya, setelah meniru dan menyerap paham transnasional itu, ia
mengatakan, kebanyakan menganggap bahwa pemahaman keagamaan termasuk
budaya yang diserap itu merupakan yang paling benar dan paling asli
dibanding pemahaman yang lain.
Selain itu, Mahasin mengatakan, munculnya berbagai pemahaman
transnasional juga membuat hubungan antarumat Islam di Nusantara menjadi
renggang, sebab dengan paham impor tersebut banyak Umat Islam di
Indonesia berubah memiliki cara pandang yang kaku dan cenderung keras
dalam menghadapi perbedaan.
"Seperti aksi pemukulan sedemikian rupa terhadap penganut paham
Syiah dan Ahmadiyah. Ini siapa yang bertanggung jawab? itu bukan cara
yang digunakan oleh ajaran Islam yang asli, karena di dalam Islam orang
yang berbeda tidak lantas dipukuli," kata Mahasin.
Senin, 31 Agustus 2015
Islam Nusantara mampu jadi benteng masuknya paham transnasional
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar