Jambi (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Norwegia, Erna Solberg, sedih
mendengar nasib orang rimba di kawasan hutan adat Senamat Ulu,
Kabupaten Bungo (Jambi), ketika dia menemui langsung orang rimba di
wilayah setempat, Rabu.
"Saya sangat sedih mendengar kondisi orang rimba, kami menyadari
hutan sangat penting, penting sekali untuk dunia," kata Erna Solberg,
saat menanyakan langsung keluhan orang rimba melalui translitator.
PM Norwegia mengatakan, sangat penting sekali menemukan cara untuk
melindungi hutan, dan bagimana orang rimba bisa tetap bertahan di dalam
hutan.
Dari dialog itu diketahui orang rimba mengalami kesulitan pangan,
mereka tidak bisa berburu babi serta mendapatkan hasil hutan seperti
getah balam dan jernang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena
sebagian besar hutan sebagai wilayah jelajah mereka sudah habis.
PM juga sempat menanyakan apa yang dilakukan orang rimba berusia
muda di hutan. Dan kapan orang mulai mengalami kesulitan mendapatkan
makanan.
Salah satu perwakilan orang rimba sebelumnya mengatakan kepada PM
Norwegia bahwa kehidupan mereka kian terjepit karena hutan sudah berubah
menjadi perkebunan sawit yang dikelola perusahaan.
Mereka kesulitan mendapatkan hasil hutan untuk dijual dan kesulitan
mencari sumber protein di hutan, selain itu mereka merasa terdesak dan
dilarang oleh warga desa jika ingin mengola lahan menjadi lahan
pertanian.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti
Nurbaya, mengatakan, dari pertemuan dengan orang rimba bersama PM
Norwegia, ada persoalan yang bisa dipetik dan menjadi pemikiran
pemerintah ke depan untuk dikembangkan kebijakannya.
Persoalan itu yakni posisi lahan, dimana suku anak dalam merasa
kesulitan setelah hadirnya tiga perusahaan. Namun Siti Nurbaya baru
mengetahui dua nama perusahaan yang dimaksud.
"Saya sudah cek dua perusahaan, sudah tau namanya dan kita cari tau
lagi satu perusahaan yang mereka maksud, makanya saya nanya tinggal
mereka sebenarnya dimana," katanya menjelaskan.
Di samping itu, lanjutnya, orang rimba juga mengatakan bahwa mereka
kehilangan mata pencarian, dan berkali-kali mereka mengatakan ingin
mengolah lahan pertanian.
"Mereka bilang berburu dan mengambil hasil hutan sudah susah, jadi
mereka berkeinginan mengolah pertanian. Saya kira yang terpikir juga
oleh mereka bahwa kita sesungguhnya kehidupan di hutan adalahan
melakukan pertanaman sambil menjaga alam," jelasnya.
Menteri juga mengungkapkan, temuan di lapangan akan dilaporkan ke
Presiden untuk menjadi kebijakannya seperti apa nanti. Namun kebiasan
nomaden dan memburu bagi orang rimba tetap jadi pertimbangan.
Siti Nurbaya menjelaskan, pemerintahan Jokowi sudah menegasakan
bahwa hutan itu adalah untuk mensejahterahkan rakyat. Dan pemerintah
saat ini hanya tinggal memformalisasikannya saja skema yang sudah
disusun.
Menurutnya, sudah banyak skema untuk kehidupan orang rimba yang
dikembangkan, misalnya secara defenitif menjadi desa hutan, hutan
tanaman rakyat, atau hutan kemasyarakatan yang skemanya sudah
disesuaikan dengan kondisi lokal.
Selain itu, lahan sangat penting diberikan kepada masyarakat yang
marginal, apalagi yang dikelola perusahaan, sebab itu tinggal mencocokan
dengan formalisasinya.
Tidak hanya itu, kekuatan berproduksi juga diterapkan, para orang rimba didorong untuk tetap menjaga alam mereka.
Ketika ditanya mengapa PM Norwegia memilih Jambi sebagai lokasi
kunjungannya, Menteri mengatakan bahwa dalam kerjasama emisi gas rumah
kaca atau Reed, Jambi juga terlibat dengan sebelas provinsi di
Indonesia, Jambi ini katanya sebagai contoh saja.
Kamis, 16 April 2015
PM Norwegia sedih mendengar nasib orang rimba
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar