Yogyakarta (ANTARA News) - Soal ujian nasional bocor lagi. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengungkapkan pengunggah
soal-soal ujian nasional (UN) di tempat penyimpanan data (drive) Google
adalah perusahaan percetakan di Jakarta.
"Secara umum yang melakukan pengunggahan itu adalah perbuatan
ilegal. Pelakunya salah satu perusahaan percetakan di Jakarta," ujar
Mendikbud Anies Baswedan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan bocoran itu baru diketahuinya pada Senin (13/4)
sore. "Masuk laporan mengenai bocoran soal yang ada di akun Google
drive. Kami langsung koordinasi dengan Kemenkominfo, dilakukan
pemblokiran, karena itu ada di Google, kami langsung telepon Google,"
kata Anies.
Mendikbud juga melapor kepada Plt Kapolri Komisaris Jenderal Polisi
Badrodin Haiti dan Bareskrim agar ditindak secara hukum. "Secara umum,
yang mengunggahnya melakukan perbuatan yang salah," ujar dia.
Jumlah soal yang diunggah adalah sebanyak 30 soal dari 11.730 soal
yang dibuat oleh Puspendik. "Jadi, yang bocor hanya 0,025 persen".
Mendikbud mengatakan pihaknya tidak akan mendiamkan persoalan
tersebut. Gangguan tersebut, sambung Anies, mencederai guru-guru dan
siswa yang belajar keras.
Beredar info Kemdikbud dan kepolisian akan melakukan penggeledahan di percetakan di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat.
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengaku mendapat laporan mengenai kebocoran tersebut.
Retno berhasil mengunduh sebanyak 25 dari 30 soal UN yang tersedia
di internet. Soal-soal tersebut disimpan di tempat penyimpanan data
google dan bisa diakses publik. "Sebanyak lima soal lainnya tidak
berhasil diunduh," katanya.
Retno mengaku mendapat laporan dari salah seorang guru di Jakarta.
Guru tersebut memberinya tautan. Tapi sayangnya, saat ini tautan
tersebut tidak lagi bisa dibuka. "Setiap mata pelajaran, ada lima tipe
soal. Sepertinya sudah disiapkan dengan baik," ujar Retno.
Sementara itu, penyidik Bareskrim Polri menggeledah beberapa lokasi
di Jakarta untuk menyelidiki adanya laporan kebocoran soal UN 2015 di
internet. "Ada beberapa tempat yang kami curigai. Kami harus cepat
mencari alat bukti. Tempatnya di Jakarta," kata Kabareskrim Komjen Pol
Budi Waseso di Mabes Polri, Jakarta, Rabu.
Penyelidikan ini, menurut dia menindaklanjuti adanya laporan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pada Selasa (14/4).
"Kami terima laporannya kemarin," kata Waseso.
Dalam pengusutan kasus bocornya soal-soal UN di jaringan (internet)
tersebut, pihaknya menduga adanya keterlibatan oknum Perum Percetakan
Negara RI (Perum PNRI). "Kemungkinan melibatkan oknum percetakan. Karena
berdasarkan hasil penelusuran, pencetakan dilakukan oleh percetakan
negara, bukan percetakan swasta," katanya.
Beberapa penyidik Bareskrim pun ditugaskannya untuk melacak pelaku pengunggah soal UN di internet.
Sebelumnya, sejumlah soal UN 2015 untuk SMA jurusan IPA beredar di
internet. Soal-soal tersebut diunggah di tempat penyimpanan data Google,
dan bisa diakses publik secara gratis.
Kebocoran Di Yogyakarta
Salah satu peserta UN di SMA favorit di Kota Yogyakarta melaporkan
indikasi adanya kebocoran soal ujian tersebut melalui sebuah tautan di
salah satu laman internet. "Saya memperoleh alamat tautan itu dari grup
media sosial teman-teman seangkatan saat SMP," kata Muhammad Tsaqif
Wismadi peserta ujian nasional dari SMA Negeri 3 Yogyakarta di
Yogyakarta, Rabu.
Ia mengatakan tidak membuka halaman tautan itu, namun meminta
temannya melakukan "screen capture" halaman pertama isi tautan tersebut.
Setelah mencocokkan dan diketahui adanya kemiripan antara soal di
tautan itu dengan soal ujian nasional yang baru saja dikerjakan, ia pun
melaporkan hal tersebut ke sekolah, bahkan menulis surat ke Universitas
Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Ia mengatakan indikasi kebocoran soal UN itu justru mencederai UN
yang seharusnya mengedepankan aspek kejujuran, apalagi hasil ujian akan
digunakan sebagai patokan masuk perguruan tinggi negeri.
"Tentu tidak adil jika hasil ujian nasional dijadikan referensi
masuk perguruan tinggi negeri. Oleh karena itu, kami berharap agar UGM
bisa mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut, terlebih dengan adanya
indikasi kebocoran soal ini," katanya.
Ia menambahkan, di dalam tautan tersebut terdapat lima paket soal
untuk semua mata pelajaran yang diujikan. Saat ini, tautan tersebut
sudah tidak bisa diakses.
Siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta mengerjakan ujian nasional secara manual atau "paper based test" (PBT).
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budhi Ashrori akan
menindaklanjuti temuan indikasi kebocoran soal ujian nasional itu. "Kami
akan pelajari bagaimana indikasi tersebut muncul dengan mengecek di
lapangan seperti apa kondisi yang sebenarnya," katanya.
Sedangkan kemungkinan penelusuran alamat tautan internet yang memuat soal ujian nasional belum akan dilakukan.
Kebocoran soal UN diduga juga terjadi di Sumatera Barat (Sumbar).
Kepala Dinas Pendidikan Sumbar Syamsulrizal meminta agar penemuan dugaan
kebocoran soal dan kunci jawaban UN dilaporkan ke instansi terkait.
"Kami akan memberi kesempatan kepada pihak-pihak terkait untuk
melaporkan temuannya mengenai kebocoran naskah UN, namun dengan syarat
temuan tersebut bisa dipertanggungjawabkan," katanya saat meninjau
pelaksanaan UN di Solok, Rabu.
Seperti halnya temuan Ombudsman RI Perwakilan Sumbar berupa dugaan
kunci jawaban UN beberapa waktu lalu, menurut dia temuan tersebut dapat
dilaporkan, untuk kemudian diproses aparat kepolisian.
"Jika memang ditemukan kebocoran seperti apa yang dikatakan
Ombudsman, maka hal tersebut sudah menjadi kewajiban dinas
kabupaten/kota yang kemudian tentu saja dengan segera merespons hal
tersebut," ujarnya.
Ia mengatakan semua temuan harus melalui proses yang benar dengan
mengajukan pembuktian yang jelas. "Sebab, kebenaran dari isi kunci yang
beredar belum bisa dipastikan. Bisa saja si pengedar kunci hanya membuat
dengan asal atau berspekulasi," katanya.
Hal yang sama juga dikatakan anggota Komisi V DPRD Sumbar Achiar.
Ia mengatakan temuan dari Ombudsman itu patut diapresiasi, karena dengan
adanya temuan tersebut dapat membantu pemerintah dalam memperbaiki mutu
pelaksanaan UN selanjutnya, dan juga dunia pendidikan Sumbar.
"Semua temuan tersebut harus dibuktikan terlebih dulu. Apakah benar
kunci jawaban yang beredar itu merupakan jawaban atas naskah UN? Atau
mungkin saja ada oknum lain yang berniat lain dengan memberikan kunci
jawaban palsu," katanya.
Ia menambahkan, jika kunci tersebut terbukti benar, maka Komisi V siap untuk menindaklanjuti masalah ini.
"Bersama seluruh anggota yang membidanginya akan melakukan evaluasi, dan
memanggil pihak terkait yang bertanggung jawab untuk penyelenggaran UN
di Sumbar," katanya.
Dijamin Tidak Bocor
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) sebelumnya menjamin tidak ada kebocoran soal UN 2015.
Kepala Disdikpora DIY Kadarmanta Baskarasi Aji di Yogyakarta,
Minggu (12/4), mengatakan sangat kecil kemungkinan soal UN bocor, baik
yang dilaksanakan dengan sistem "paper based test (PBT)" maupun
"computer based test (CBT)". "Soal sangat sulit dibocorkan, karena
memiliki ragam yang berbeda antara satu soal dengan soal lainnya.
Masing-masing (soal, red.) siswa tidak sama," katanya.
Aji mengatakan untuk mengantisipasi bocornya soal, untuk UN dengan
menggunakan lembar soal (PBT), naskah soal dengan lembar jawaban akan
disatukan dengan dilengkapi barcode atau kode batang yang sama antara
soal dan lembar jawaban. "Dengan begitu mereka sulit bertukar lembar
jawaban," kata dia.
Untuk UN dengan sistem berbasis komputer (CBT), masing-masing siswa
juga akan memiliki paket soal yang berbeda, dan akan disajikan secara
acak.
Selain itu, soal juga dipastikan berbeda dalam ujian susulan bagi
siswa yang mengalami gangguan dalam mengerjakan soal UN CBT.
"Ada ribuan soal dalam server. Setiap mereka login, atau masuk
dalam software ujian, maka soal akan selalu keluar berbeda," katanya.
Dengan demikian, menurut dia, sebaiknya dalam pengerjaan soal UN
PBT maupun CBT tidak perlu ditempuh dengan upaya-upaya curang.
Ia berharap seluruh siswa mengerjakan soal secara maksimal dan
serius, meski nilai hasil UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan.
Aji mengatakan hasil UN akan tetap digunakan sebagai indikator
pemetaan mutu pelayanan pendidikan antara satu sekolah dengan sekolah
lainnya, sehingga masing-masing sekolah diharapkan mampu mendorong siswa
agar tidak menyepelekan UN.
"Meskipun tidak jadi patokan kelulusan, siswa harus tahu bahwa
nilai tetap akan jadi pertimbangan untuk masuk perguruan tinggi," kata
dia.
UN SMA/sederajat berlangsung pada 13-15 April 2015, dan pengumuman
hasilnya 18 Mei 2015. Peserta UN dengan sistem PBT maupun CBT di seluruh
SMA/MA/SMK di DIY sebanyak 48.612 siswa.
Sedangkan UN SMP/sederajat akan berlangsung pada 4-6 Mei 2015, dan
pengumuman hasilnya 10 Juni 2015. Mengenai UN SD, pelaksanaannya
diserahkan ke Dinas Pendidikan masing-masing provinsi.
Kamis, 16 April 2015
Soal Ujian Nasional bocor lagi
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar