New
York (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun pada Selasa (Rabu pagi
WIB) karena aksi ambil untung dan sedikit berkurangnya kekhawatiran
tentang krisis Irak, sementara di AS badai memicu kekhawatiran tentang
permintaan bensin berkurang.
Patokan AS, minyak mentah light sweet
atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus merosot
tiga sen menjadi 105,34 dolar AS per barel di New York Mercantile
Exchange.
Pada dasarnya minyak mentah light sweet ditutup
datar karena pedagang khawatir bahwa badai tropis di lepas pantai AS
bisa menghambat orang-orang berkendara selama tiga hari liburan akhir
pekan mendatang.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus turun 94 sen menjadi menetap di 112,36 dolar AS per barel di perdagangan London.
Kontrak
New York, yang telah memulai sesi perdagangan di wilayah positif,
melemah sepanjang hari menjadi berakhir sedikit lebih rendah.
Bob
Yawger dari Mizuho Securities mengatakan, pasar sedang memantau Badai
Tropis Arthur, badai pertama dari musim badai Atlantik, saat bergerak di
pantai Florida menjelang liburan Hari Kemerdekaan pada Jumat (4/5).
Yawger
mengatakan ada spekulasi bahwa badai, yang diperkirakan menjadi lebih
kuat, bisa bergerak di sepanjang Pantai Timur dan membatasi orang-orang
berkendara selama akhir pekan, mengurangi permintaan bensin pada
"liburan ekstravaganza" yang semula diperkirakan akan mendorong
permintaan.
Pasar keuangan AS akan ditutup pada Jumat.
Pada
pagi hari, harga minyak mendapat dorongan dari data manufaktur positif
Tiongkok, yang menunjukkan aktivitas meningkat pada Juni dengan
kecepatan tertinggi selama tahun ini.
Pedagang juga terus mengawasi situasi keamanan di produsen minyak utama Irak.
Kelompok
militan Sunni yang telah menguasai wilayah sangat luas di utara Irak
pada Minggu mengumumkan kekhalifahan -- atau negara Islam -- di
daerah-daerah yang di bawah kontrol mereka, ketika pertempuran terus
berlanjut.
Para
militan, yang memulai serangan pada bulan lalu, belum langsung
mengancam wilayah penghasil minyak utama di bagian selatan Irak.
"Pasar
terus menderita dari berlanjutnya aksi ambil untung dan sedikit
perkembangan baru di bidang geopolitik, sementara pasokan global dan
kapasitas produksi OPEC berada di bawah ancaman langsung untuk saat
ini," kata analis VTB Capital Andrey Kryuchenkov.
Kekerasan
di Irak memiliki pengaruh langsung pada harga minyak mentah karena
negara itu pengekspor minyak terbesar kedua dalam 12 negara anggota
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) setelah Arab Saudi.
Irak memiliki lebih dari 11 persen sumber daya terbukti dunia dan menghasilkan 3,4 juta barel per hari, demikian AFP melaporkan.
(SYS/A026)
Editor: Suryanto
0 komentar:
Posting Komentar