Jakarta
(ANTARA News) - Calon wakil presiden nomor urut satu Hatta Rajasa
menyetujui pengusutan kelompok kepentingan yang mengganggu proses
renegosiasi kontrak pertambangan, karena hal tersebut sangat merugikan
kebijakan nasional dalam bidang energi.
"Kalau
ada kelompok kepentingan yang membuat renegosiasi tidak berjalan harus
kita sikat, karena renegosiasi menyangkut bangsa kita," kata Hatta dalam
debat capres dan cawapres putaran terakhir yang diselenggarakan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, Sabtu malam.
Debat
capres dan cawapres yang bertemakan "Pangan, Energi dan Lingkungan
Hidup" berlangsung di salah satu hotel di Jakarta Selatan, dengan
moderator Rektor Universitas Diponegoro Prof Sudharto P Hadi, Phd.
Hatta
menanggapi jawaban pasangan capres dan cawapres nomor urut dua, Joko
Widodo-Jusuf Kalla yang menyepakati adanya investigasi dalam renegosiasi
kontrak, karena banyak kelompok kepentingan yang menghambat proses
renegosiasi.
Ia
menjelaskan, renegosiasi kontrak pertambangan sangat menguntungkan bagi
kepentingan negara karena dapat mendorong penerimaan yang bermanfaat
bagi kemakmuran rakyat. Untuk itu renegosiasi harus dilakukan dengan
akuntabilitas dan tata kelola, untuk meminimalisir adanya kelompok
kepentingan tertentu.
Sebelumnya,
calon presiden nomor urut dua Joko Widodo mengatakan investigasi harus
dilakukan, karena kelompok kepentingan itu yang membuat renegosiasi di
beberapa perusahaan pertambangan berjalan alot dan tidak menemui titik
temu.
"Semua
orang sudah tahu siapa yang dapat, kita punya niat untuk menyelesaikan
itu? renegosiasi itu gampang, tapi kalau kelompok kepentingan tetap ada
dan mengatur, sampai kapanpun kita akan seperti ini," katanya.
Untuk
itu, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sejak awal menegaskan tidak
pernah terikat oleh kelompok kepentingan mana pun dan menjanjikan
koalisi tanpa syarat, sehingga tidak akan tersandera oleh kelompok
kepentingan tertentu.
Menanggapi
jawaban Hatta, calon wakil presiden Jusuf Kalla mengatakan, tidak ada
yang istimewa dari renegosiasi kontrak pertambangan yang dilakukan
pemerintahan saat ini, termasuk yang menyangkut kesepakatan baru soal
harga gas tangguh.
"Soal
tangguh, kontraknya berbunyi setiap empat tahun harus direnegosiasi.
Jadi tidak ada yang spesial. Dulu saya di pemerintahan katanya siap
negosiasi, begitu saya tinggalkan tidak ada negosiasi. Kita terimakasih
kalau ada negosiasi, tapi kontraknya berbunyi demikian," katanya.
Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 diikuti pasangan capres dan
cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Editor: Suryanto
0 komentar:
Posting Komentar