Kiev
(ANTARA News) - Tank-tank dan pesawat tempur Ukraina, Selasa,
melancarkan serangan yang hebat terhadap pemberontak separatis pro-Rusia
setelah menolak usaha-usaha Eropa untuk menyelamatkan gencatan senjata
10 hari.
Presiden
Petro Poroshenko dukungan Barat mengemukakan kepada seluruh negara itu
dalam pidato nasional Senin malam bahwa rencana perdamaiannya bagi
krisis terburuk Ukraina sejak kemerdekaan digunakan oleh milisi-milisi
untuk menghimpun kembali kekuatan dan menambah senjata-senjata berat
dari Rusia.
"Setelah
meninjau situasi saya memutuskan, sebagai panglima tertinggi angkatan
bersenjata, untuk tidak memperpanjang gencatan senjata sepihak," kata
Poroshenko dari kantornya.
"Para
pemimpin separatis telah menunjukkan ketidaksediaan mereka dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan aksi-aksi unit-unit teroris dan
geng-geng perusuh yang berada dibawah pengawasan mereka."
Juru
bicara kementerian pertahanan Ukraina Oleksiy Dmytrashkivsky mengatakan
satu "serangan artileri besar-besaran dan serangan udara" telah
dilakukana ke daerah timur-- tempat tinggal tujuh juta orang yang
sebagian besar berbahasa Rusia.
Rusia
segera menyatakan "sangat menyesalkan" atas keputusan Poroshenko itu
sementara menteri luar negeri Prancis berjanji Barat terus berusaha
tanpa henti untuk mewujudkan perdamaian yang kekal di Ukraina.
Tetapi
para petempur separatis dan para pemimpin pro-Kiev melaporkan terjadi
baku tembak artleri dan serangan-serangan udara du daerah--daerah
perbatasan Lugansk dan Donetsk yang merupakan daerah penting bagi
ekonomi Rusia.
Pemerintah
daerah Donetsk -- yang bersama Lugansk menyatakan bergabung dengan
Moskow-- mengatakan empat warga sipil tewas dan lima lainnya cedera
ketika bus mereka kena tembak dekat kota Kramatorsk.
Baik
pemberontak maupun Kiev mengonfirmasikan pertempuran tank seru terjadi
di dekat kota Karlivka daerah Donetsk dan baku tembak seru berkobar di
desa terdekat Marlinka.
Pemerintah Donersk mengatakan jalan-jalan daerah itu menjadi sangat berbahaya untuk dilalui dan beberapa rute bus ditangguhkan.
Pertempuran
yang tidak dapat diramalkan sebelumnya juga menewaskan seorang juru
foto Italia dan beberapa wartawan dari Ukraina dan Rusia.
Stasiun
televisi Hromadsk dukungan Barat di Kiev Selasa melaporkan penculikan
para wartawannya dan seorang juru kamera di daerah Lugansk.
Keputusan
Poroshenko diumumkan beberapa jam setelah para pemimpin Prancis dan
Jerman bergabung dengan dia dalam satu "conference call dengan Presiden
Rusia Vladimir Putin ketiga dalam pembicaraan seperti dalam lima hari.
Presiden
Prancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel dalam satu
kesepakatan yang jarang terjadi dengan Putin bahwa Poroshenko harus
memperpanjang gencatan senjata untuk memungkinkan peluang bagi
perundingan antara para komandan separatis dan Kiev.
Tetapi
kotan-kontak itu sebagian besar gagal menghentikan perang 11 minggu
yang telah menewaskan lebih dari 450 orang dan menutup belasan tambang
batu bara dan pabrik baja yang operasinya adalah penting bagi ekonomi
Ukraina.
Poroshenko
mengemukakan kepada tiga pemimpin itu bahwa pemberontak telah menyerang
posisi-posisi Ukraina lebih dari 100 kali selama gencatan senjata itu.
Kelompok
separatis menuduh pasukan pemerintaah terus menembaki belasan kota
besar dan kecil yang berada dalam kekuasaan mereka dalam gencatan
senjata itu.
"Imbauan
kepada milisi untuk meletakkan senjata mereka dapat dibicarakan hanya
setelah penarikan pasukan Ukraina," kata perdana menteri Lugansk, yang
mereka umumkan sendiri.
Poroshenko
mendapat tekanan kuat dari kelompok nasionalis Ukraina untuk
melancarkan kembali serangan dan memenuhi jajinya dalam pemilu 25 Mei
untuk menyatukan kembali Ukraina, demikian AFP.
(H-RN)
Editor: Ruslan Burhani
0 komentar:
Posting Komentar