Magetan (ANTARA News) - Mantan narapidana kasus terorisme yang
tertangkap Polisi Diraja Malaysia saat akan berangkat ke Suriah dari
Kuala Lumpur, yakni Muhamad Sighotulloh, dikenal masyarakat di daerah
asalnya di Magetan, Jawa Timur, sebagai pribadi sangat tertutup.
Tetangga Shigotulloh di Desa Baleasri, Kecamatan Ngariboyo,
Magetan, Sulianto, Selasa, mengatakan masyarakat sekitar lebih mengenal
Shibgotulloh dengan nama Suyatno. Selain bersifat tertutup, ia juga
jarang bersosialisasi dengan warga.
"Kalau pas di rumah, ia tidak pernah keluar. Dia juga tidak pernah
ikut pengajian atau bersosialisasi dengan masyarakat sekitar," ujar
Sulianto, kepada wartawan.
Selain jarang bergaul dengan warga, Shigotulloh juga jarang berada
di rumahnya Magetan tersebut. Ia lebih banyak di Surabaya. Meski dikenal
tertutup, yang bersangkutan banyak menerima tamu saat berada di
rumahnya Magetan tersebut. Rata-rata, para tamu datang saat hari sudah
malam.
"Tamunya datangnya malam-malam. Kadang jam 11 malam, kadang juga
jam 12 malam. Cukup banyak kalau pas dia berada di sini (Ngariboyo),"
kata Sulianto.
Sementara itu, Kepala Desa Baleasri, Emy Hariono, mengatakan hal
yang sama. Setahu dia, warganya tersebut jarang berada di Desa Baleasri.
Ia lebih banyak di Surabaya hingga akhirnya diketahui terlibat kasus
terorisme dan menjalani hukuman dari tahun 2011-2014.
"Ia jarang berada di rumahnya di Desa Baleasri. Lebih banyak di
Surabaya mungkin," ungkap Kepala Desa Baleasri, Hariono, singkat.
Sementara, keluarga Mukhlis Zainal Abidin yang berada di Desa
Kalangketi, Kecamatan Sukomoro, Magetan, membantah jika pria berusia 24
tahun tersebut terlibat dengan terorisme dan ISIS.
Mukhlis Zainal Abidin adalah seorang pemuda yang diduga ikut
tertangkap dengan Shigotulloh di Malaysia. Ia bersama Shigotulloh dan 10
warga negara Indonesia (WNI) lainnya ditangkap Polisi Diraja Malaysia
karena akan berangkat ke Suriah dari Kuala Lumpur.
Diduga, mereka ke Suriah hendak menemui keluarga masing-masing yang
terlibat gerakan "Islamic State of Iraq and Suriah" (ISIS).
Ayah Mukhlis, Warni, membantah keras jika putra pertama dari 10
bersaudara itu terlibat jaringan terorisme ataupun ISIS. Selama berada
di rumah, Mukhlis dikenal sebagai guru di Pondok Pesantren Almuslimun
Desa Nitikan, Kecamatan Plaosan, sehingga tidak bersikap aneh.
Sejak dua bulan lalu, Muhklis pindah ke Surabaya untuk tinggal
bersama istrinya. Pihak keluarga berharap polisi segera membebaskan
Mukhlis karena meyakini ia orang baik dan tidak terlibat terorisme
ataupun ISIS.
Kapolres Magetan AKBP Johanson Ronald Simamora, enggan menjelaskan
terkait tertangkapnya dua warga Magetan terduga ISIS oleh Polisi Diraja
Malaysia. "Itu wewenang Polda Jatim dan Mabes. Kapolres tidak memiliki
kewenangan menjelaskan hal ini ke media," katanya.
Rabu, 17 Desember 2014
Mantan napi tertangkap di KL Shigotulloh dikenal tertutup
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2014
0 komentar:
Posting Komentar