Mamuju, Sulawesi Barat (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus
Martowardojo mengatakan masih ada persepsi negatif yang dirasakan pelaku
pasar terkait kondisi perekonomian nasional sehingga menyebabkan kurs
rupiah masih melemah.
"Masih ada sentimen atau persepsi yang kurang positif dan kita perlu
menjelaskan secara umum bahwa perekonomian kita tidak jelek," kata Agus
seusai meresmikan kantor perwakilan Sulawesi Barat di Mamuju, Kamis.
Agus menjelaskan meskipun ada perlambatan ekonomi, namun kondisi
Indonesia masih lebih baik dari negara-negara berkembang lainnya yang
perekonomiannya tercatat tumbuh negatif sepanjang tahun ini.
"Indonesia di 2015 tumbuh pada kisaran 4,7 persen-5,1 persen,
bandingkan dengan Brasil dan Rusia yang minus, padahal sebelumnya mereka
dianggap sebagai negara kuat dan tumbuh baik," katanya.
Namun, ia mengakui ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan
gangguan pada kinerja perekonomian dan fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS secara drastis seperti rencana penyesuaian suku bunga
The Fed, perlemahan ekonomi Tiongkok dan turunnya harga komoditas dunia.
Gangguan tersebut telah menyebabkan neraca transaksi berjalan masih
tercatat defisit hingga 19 miliar dolar AS serta keluarnya modal hingga
saat ini dana asing pada saham dan surat utang Indonesia tercatat hanya
Rp37 triliun bandingkan dengan kondisi Desember 2014 sebesar Rp170
triliun.
Agus mengharapkan situasi akan membaik setelah ada kepastian tentang
kenaikan suku bunga The Fed karena dengan demikian bisa membuat tekanan
terhadap nilai tukar rupiah yang telah terjadi sejak awal tahun ini
makin berkurang.
Selain itu, kepastian bisa lebih didapat oleh pelaku pasar, apabila
defisit anggaran pada APBN 2016 bisa lebih ditekan dari target awal 2,1
persen terhadap PDB, yang artinya pemerintah tidak perlu menambah
pembiayaan melalui utang.
"Tentu apabila nanti dalam pembahasan APBN 2016 ternyata defisitnya
tidak besar, artinya Indonesia tidak perlu berutang tambahan dan akan
membuat tekanan menjadi turun karena Indonesia memprioritaskan
ekonominya tumbuh berkesinambungan," jelas Agus.
Hingga saat ini, nilai tukar rupiah masih berada pada kisaran
Rp14.600 per dolar AS, atau jauh dari nilai fundamentalnya, yang dominan
disebabkan oleh persepsi negatif para pelaku pasar keuangan dalam
menyikapi perkembangan ekonomi global.
Upaya pemerintah dan BI untuk menstabilkan kondisi perekonomian
nasional melalui penerbitan paket kebijakan belum bermanfaat dalam
jangka pendek untuk menstabilkan rupiah, karena paket tersebut fokus
pembenahan ekonomi dalam jangka menengah dan panjang.
Jumat, 02 Oktober 2015
BI: masih ada persepsi negatif terkait kondisi ekonomi
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar