Washington DC (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengangkat isu
kebakaran hutan dalam pidato kebijakannya di Brookings Institution,
Selasa(27/10) sekitar pukul 11.00 waktu setempat.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi mengakui saat ini
Indonesia tengah mengalami masalah kebakaran hutan yang sangat serius.
Namun Presiden menegaskan komitmennya untuk mengatasi masalah ini,
baik dengan sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia, juga tidak
tertutup kemungkinan adanya bantuan dan kerja sama dengan negara lain.
Pidato itu disampaikan dengan gaya yang serius tapi santai dan
sesekali ia melontarkan gurauan ringan dan disambut tawa serta tepuk
tangan hadirin.
Presiden menambahkan selain masalah kebakaran hutan, masalah illegal
fishing dan emisi juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia.
"Untuk itulah, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menenggelamkan kapal-kapal ilegal," kata Presiden.
Disamping itu, komitmen terhadap lingkungan hidup juga ditunjukkan
oleh pemerintah melalui upaya pengurangan emisi disamping usaha untuk
pelestarian hutan.
Indonesia juga sangat mendukung pertemuan COP-21 yang rencananya akan diselenggarakan di Paris, Prancis, kata Presiden.
Pada awal pidatonya, Presiden fokus pada kondisi pelemahan ekonomi
yang dijadikan peluang dan kesempatan untuk menanam benih kesuksesan
yang manfaatnya memang tidak dirasakan dalam jangka pendek.
"Benih-benih sukses kita tanam di masa-masa sulit, masa dimana terjadi pelemahan ekonomi," kata Presiden Jokowi.
Presiden juga menekankan pada beberapa masalah utama, di antaranya
masalah kondisi ekonomi global, demokrasi, lingkungan hidup, isu-isu
regional dan internasional, serta ekonomi ditigal dan ekonomi kreatif.
Menurut dia, Pemerintah Indonesia telah melakukan langkah-langkah
yang dipercaya dapat mengatasi permasalahan ekonomi yang ada saat ini.
"Langkah-langkah itu antara lain dengan membangun infrastruktur,
menciptakan iklim kemudahan berusaha di Indonesia, serta mengeluarkan
paket-paket kebijakan ekonomi yang dapat menjadi landasan bagi reformasi
ekonomi Indonesia," katanya.
Di depan forum tersebut, Presiden juga menyampaikan Indonesia memiliki aset yang besar, yakni Islam dan demokrasi.
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat sangat toleran.
Untuk itu, kata Presiden, Indonesia menawarkan model Islam yang
tidak hanya kompatibel dengan demokrasi melainkan juga modernitas.
Untuk masalah kawasan, Presiden Jokowi menyingung masalah Laut
Tiongkok Selatan, arti penting Samudera Hindia, serta keinginan untuk
membangun poros maritim, di samping juga masalah penguatan ASEAN dan
kerja samanya dengan kawasan lain.
Khusus mengenai masalah Laut Tiongkok Selatan, Presiden menyatakan
masalah ini harus segera diselesaikan dengan mekanisme UNCLOS.
Presiden juga menyampaikan keinginan Indonesia untuk membangun
poros maritim serta kesadaran Indonesia akan arti penting Samudera
Hindia.
"Indonesia akan mengadakan IORA yang diharapkan dapat menghasilkan Kesepakatan IORA atau IORA Concord," jelas Presiden.
Pada bagian akhir pidatonya, Presiden Jokowi memaparkan potensi ekonomi digital di Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia, khususnya kalangan anak muda, yang
memiliki akun sosial media seperti facebook dan twitter cukup besar dan
merupakan potensi bagi pengembangan ekonomi digital dan kreatif.
Sebagai penutup, Presiden menyampaikan rasa optimis bahwa Indonesia tengah mengalami perubahan yang cepat.
Ia menekankan bahwa Indonesia bukan negara yang hanya melihat ke dalam.
Untuk itu, Indonesia juga sangat berharap bahwa hubungan Indonesia
dengan negara-negara lain di dunia baik dalam keranga bilateral maupun
multilateral dan regional akan semakin kuat.
"Kebijakan luar negeri Indonesia adalah cerminan dari kepentingan
nasional dan tanggung jawab internasional," demikian Presiden Jokowi.
Rabu, 28 Oktober 2015
Jokowi angkat isu kebakaran hutan di Brookings
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Posting Komentar