Banda
Aceh (ANTARA News) - Pemerintah bersama Majelis Ulama Indonesia sudah
sepakat mengaris bawahi paham Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah
gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam, menolaknya dan menyerukan
umat Muslim agar tidak terprovokasi.
Unsur
Pemda, Polri, TNI bersama ulama di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh,
bergegas mencari jejak ISIS, berharap gerakan ini belum ada untuk
menjawab keresahan masyarakat di Bumi "Teuku Umar".
Semenjak
merebaknya pemberitaan mengenai ISIS, kalangan ulama dayah (pesantren)
di Aceh mulai was-was dalam berdakwah apalagi daerah ini terdapat
berbagai aliran Islam yang tidak dapat disatukan pemahamannya.
Dari
perbedaan cara beribadat hingga corak pakaian kini menjadi momok
menakutkan, kalangan ulama meminta penyelidikan dan penjelasan secara
detil seperti apa ISIS dan apa kaitanya dengan umat Islam.
Pimpinan
dayah di Kecamatan Kawai XVI, Aceh Barat M Nasir menyampaikan
kekhawatiran itu ketika melihat ada komunitas berjumlah 7.000-an orang
berpakaian serba hitam layaknya busana ISIS seperti yang disaksikan
melalui media massa akhir-akhir ini.
"Apa
maksud mereka yang berpakaian hitam, ISIS juga pakaiannya hitam, itu
masalahnya. Jadi sekarang masyarakat kalau melihat ada orang-orang yang
berpakaian serba hitam itu ISIS, ini harus segera diselidiki," katanya
dalam forum diskusi bersama muspida, TNI serta ulama di Mapolres Aceh
Barat.
Kapolres
Aceh Barat AKBP Faisal Rifai menyebutkan, yang disangkakan masyarakat
itu belum ada pembenarannya, komunitas yang disampaikan pemuka agama itu
sudah dalam pengawasan dan sebelumnya juga sudah pernah dibahas tentang
paham dan keberadaan mereka.
Menyangkut
izin mereka berada di kawasan Kecamatan Bubon, belum mendapat izin dari
pemerintah daerah secara legal untuk melakukan berbagai kegiatan
keagamaan, namun sejauh ini tidak terlihat adanya kegiatan yang mengarah
pada pelangaran.
Namun
Kapolres Faisal Rifai juga mengingatkan bawah seorang DPO teroris dan
pernah latihan di Jantho, Kabupaten Aceh Besar, yakni M Bahromsyah alias
Abu Muhammad Al-Indonesia, adalah juga pengikut Abu Bakar Basyir yang
sudah dibaiah bergabung dengan kelompok ISIS.
Semua
pihak tentunya tidak mengharapkan embrio ISIS berkembang, karena selain
itu ada beberapa gerakan kelompok yang dipantau aparat di wilayah hukum
Polda Aceh seperti Les MoU atau Tim Relawan Aceh (TRA) yang kini
disebut-sebut Tentara Rakyat Aceh, mereka terindikasi bekerja
mengumpulkan pajak ilegal dari perusahaan.
"Ini
tetap kita pantau karena selain itu ada juga indikasi ganguan keamanan
yang membutuhkan kerja sama masyarakat agar melaporkan kegiatan
organisasi yang baru muncul seperti TRA, mereka tidak terdaftar di Aceh
Barat," sebutnya.
Peluang Berkembang
Peluang
berkembangnya ISIS di Aceh sangat memungkinkan, karena di Aceh
penduduknya mayoritas muslim sangat fanatik agama, terlebih lagi
provinsi ujung barat Indonesia itu baru didera konflik bersenjata.
Pernyataan
Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kabupaten Aceh Barat
Dr Syamsuar Basyariah di media massa sempat dibahas dalam diskusi
tersebut dan menurut pihak kepolisian masyarakat di Aceh harus merespon
positif serta tidak terprovokasi apalagi bergabung dengan kelompok ISIS.
Menurut
pandangan ICMI, gerakan kelompok ISIS memiliki karakteristik keras
dalam mengembangkan agama dan ideologi mereka. Ini bertentangan dengan
ajaran Islam sebenarnya.
"Peluang
berkembang di Aceh sangat memungkinkan karena kita baru konflik,
makanya kita imbau masyarakat jangan terpengaruh dengan ISIS atau ajaran
baru muncul, harus waspada dan dipelajari," katanya.
Apabila
kelompok Negara Islam Irak dan Suriah berkembang di Indonesia dan Aceh
khususnya, bangsa ini sudah kembali kepada masa Islam klasik, dimana
banyak bermunculan aliran bertentangan dengan Islam karena perjuangan
mereka mengedepankan kekerasan.
Syamsuar
Basyariah yang juga Rektor Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tgk
Dirundeng itu menjelaskan, umat Islam di Aceh harus waspada karena bisa
jadi ada susupan atau diperalat orang-orang luar, sehingga mereka
terpelihara untuk mengembangkan kelompok itu.
"Kalau
ada indikasi ISIS kita berharap masyarakat Aceh langsung menanyakan
kepada ulama atau kyai bagaimana paham sebenarnya, jangan sampai
terpengaruh dan masuk, itu bahaya," tegasnya.
Pemahaman
kelompok ISIS ini tidak hanya memecah belah umat Islam, tapi juga dapat
meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan strategi mengadu
domba dan memfitnah apapun yang dilaksanakan pemerintah tidak benar.
Ancaman
tersebut sangat dimungkinkan terjadi karena negara Indonesia mengadopsi
ke-Islaman, jadi ideologi tentang ajaran agama tersebut disusupi untuk
merusak pemahaman masyarakat sejatinya percaya dan patuh kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Di
saat negara ini aman dan damai sudah tidak tepat memperjuangkan agama
Islam dengan kekerasan dan senjata, akan tetapi perjuangan haruslah
dengan ilmu sehingga terasa nilai-nilai kedamaian dan kesatuan di sana.
Komunitas
Intelijen Negara yang diinisialkan namanya SRG menuturkan, munculnya
gerakan ini merupakan teori konspirasi intelijen Amerika Serikat yang
bertujuan membangkitkan emosional muslim untuk berjuang bersama ke Gaza,
Palestina.
Tokoh
agama unsur pimpinan Pompes Serambi Mekah ustd Haramen Nuriqmar
menyarankan pemerintah daerah untuk mengawasi dan memberikan perhatian
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih baik.
Umat
terjebak dan mau melakukan perbuatan menentang ajaran Islam dan UUD
Negara salah satunya faktor kesenjangan sosial dan ekonomi, kalangan
demikian sering menjadi sasaran terorisme.
"Saran
saya kepada pemerintah harus lebih memperhatikan masyarakat terutama
dalam peningkatan kesejahteraan, karena kesenjangan sosial dan faktor
ekonomi dapat menjuruskan kepada hal-hal di luar dugaan," kata Tgk
Haramen.
Menjawab
itu Bupati Aceh Barat H T Alaidinsyah berkomitmen akan terus berupaya
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun unsur pemda terlebih
awal akan mengeluarkan edaran seruan menolak ISIS di bumi Teuku Umar
atau Aceh, besar harapan kepada alim ulama untuk mendukung kebijakan
ini.
Selama
ini pengawasan menyangkut pengrekrutan tenaga kerja dan penyaluran
program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) sudah mulai diperketat
karena jauh sebelum itu banyak perusahaan mengabaikan kewajibannya.
"Ya
kalau beberapa tahun terakhir memang banyak hal yang tidak sesuai,
perusahaan menyampaikan kepada kita sudah menyalurkan CSR ke sinilah, ke
situlah saat dicek ternyata tidak ada, sekarang tidak bisa lagi, semua
yang mereka lakukan sudah dalam program pemda," imbuh Alaidinsyah.
Dari
berbagai sumber terungkap belum ada ditemukan komunitas ISIS di wilayah
Aceh Barat, meski demikian seluruh pihak tetap mewasdapai kemungkinan
berkembangnya hingga ke bumi Serambi Mekkah sebagaimana yang terjadi di
delapan tempat di Indonesia. (H011/Z002)
Editor: B Kunto Wibisono
0 komentar:
Posting Komentar