Washington
(ANTARA News) - Kepala badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi
Palestina menyatakan terkejut dan tak percaya atas penembakan kembali
terhadap sekolah badan dunia itu di Gaza Minggu, yang menewaskan
sedikit-dikitnya 10 orang.
Serangan
di kota selatan, Rafah, itu menandai kali ketiga dalam 10 hari sekolah
Perserikatan Bangsa-Bangsa ditembaki, termasuk serangan Israel empat
hari lalu atas sekolah di Jabaliyah, yang menewaskan 16 orang.
Pierre
Krahenbuhl, kepala badan bantuan pengungsi Palestina Perserikatan
Bangsa-Bangsa UNRWA menyatakan peluru meledak dekat gerbang utama
sekolah di Rafah itu, mengakibatkan banyak kematian dan cedera di dalam
dan luar gedung tersebut.
"Akibat
serangkaian kejadian itu, penembakan dalam beberapa pekan belakangan
dan yang terkini adalah penembakan sekolah kami di Jabaliya, yang memicu
kecaman dan jelas serta patut dikutuk secara terbuka oleh UNRWA dan
saya pribadi. Kejadian itu mengguncang dan tak dapat dipercaya bahwa itu
terjadi lagi," katanya di acara CBS "Face the Nation".
Krahenbuhl menyatakan sekitar 3.000 orang berlindung di sekolah tersebut.
Israel
menuduh Hamas, kelompok keras penguasa Gaza, menggunakan warga sebagai
perisai dengan menempatkan senjata dan pusat komando di atau di dekat
bangunan warga.
Krahenbuhl mengakui bahwa pada tiga kesempatan pemeriksaan ditemukan senjata di gedung badan dunia tersebut.
"Yang
jelas, tidak ada yang dapat menunjukkan bahwa karena senjata ditemukan
di satu gedung lalu dibenarkan menembaki sekolah lain dan membahayakan
jiwa orang terlantar di tengah daerah perang," katanya.
Setelah
mengetahui jumlah kematian dan kerusakan itu, katanya, "Saya tidak ragu
sama sekali bahwa langkah pencegahan, pengawasan dan perlindungan tidak
cukup, termasuk oleh Angkatan Bersenjata Israel, ketika terlibat di
Gaza," katanya.
(B002)
Editor: Ruslan Burhani
0 komentar:
Posting Komentar