Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) berharap, siapapun yang terlibat dalam Pemilu
Presiden (Pilpres) 2014, termasuk pasangan Prabowo Subianto – Hatta
Rajasa dan Joko Widodo – Jusuf Kalla, agar memperlakukan rakyat secara
manusiawi.
“Cara
pandang orang-orang yang sengaja mendesain disharmoni antar suku, antar
agama adalah orang orang yang tidak mampu memahami bahwa Pemilu ini
milik rakyat. Orang-orang tersebut tidak paham bagaimana cara
memperlakukan rakyat secara manusiawi, yang telah hilang dalam praktik
kepemiluan di Indonesia,” kata Pimpinan Bawaslu Nasrullah dalam
sambutannya pada Rapat Koordinasi Stakeholders Pengawasan Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Yogyakarta, Sabtu (21/6).
Nasrullah
mensinyalir, saat ini ada yang hilang dalam praktik kepemiluan kita,
yaitu memperlakukan rakyat secara manusiawi. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya fitnah dan praktek politik uang, yang semuanya seolah melihat
posisi rakyat itu tidak penting.
Ia
lantas mencontohkan bahwa sekarang ini masyarakat mengabaikan hak
konstusionalnya hanya demi uang Rp 50 ribu. “Hak konstitusional tersebut
telah dirampas oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup bernegara,” tegas Nasrullah.
Menurut
Nasrullah, Bawaslu berharap Pilpres 9 Juli 2014 menjadi momentum dimana
rakyat dapat menerima dengan baik presiden dan wakil presiden terpilih.
Bawaslu juga mengajak para stakeholders mengarahkan pola pikir secara bersama-sama untuk mewujudkan betapa pentingnya hajatan Pemilu 2014.
“Sudah
pasti ada dua kandidat yang akan bertarung yang akan menjadi Presiden
kita. Bagaimana kita dapat menerima dengan baik,” tegas Nasrullah.
Hanya Sandiwara
Sementara
itu Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik saat menjadi
narasumber dalam acara tersebut mengemukakan, dinamika politik yang
terjadi pada Pilpres ini merupakan rekayasa.
Ia
menyebutkan, masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden
memiliki taktik tersendiri untuk menang. “Ini hanya sandiwara dan bukan
sungguhan. Seperti main bola, maka segala daya dan upaya dikerahkan.
Termasuk melakukan pelanggaran seperti tackling,” ujarnya.
Husni
meyakini,kondisi tersebut terjadi hanya di lapangan saja. Setelah
pertanding, baik yang kalah maupun yang menang akan kembali bersahabat
seperti semula. Oleh sebab itu, Husni meminta masyarakat jangan
terpancing dengan segala macam taktik politis yang dikerahkan oleh
masing-masing pasangan Capres dan Cawapres.
“Kita juga sedang euforia demokrasi. Tugas kita sebagai masyarakat hanya mendukung. Tetapi tidak boleh sakit hati,” tutur Husni.
Ketua KPU itu mengajak agar stakeholders
dalam Pemilu bisa membuat situasi di masyarakat lebih nyaman dan
tenang. Ia berharap para pemangku kepentingan harus bisa menyadarkan
kepada masyarakat untuk tidak sakit hati terhadap intrik-intrik dalam
konstestasi politik Pilpres.
“Yang
paling sulit adalah membuat masyarakat tidak sakit hati. Namun,
masyarakat harus disadarkan bahwa setiap pasangan calon menawarkan
program-program yang baik bagi Indonesia ke depan. Siapapun yang menang
itu yang akan menjadi presiden pilihan rakyat,” pungkas Husni
sebagaimana dikutip situs Bawaslu.
(Humas Bawaslu/ES)
0 komentar:
Posting Komentar